Haikezuode akhirnya memilih menjadi mitra kerja.
Meski dengan perenungan rasional, tak sulit menyimpulkan ini keputusan paling masuk akal, namun menyaksikan Sang Komandan Iblis terbujuk oleh penyihir perempuan muda lalu menarik kembali pendapatnya, orang-orang masih merasakan dada sesak dan panas, tanpa sadar sedikit mengangkat tengkorak mereka.
Syarat satu-satunya Tuan Langit adalah memastikan situasi mencurigakan benar-benar seperti kata Anna, permintaan ini juga mendapatkan izin darinya.
Di bawah pengawasan bertubi-tubi Penyihir Hukuman Dewa, Haikezuode dan Seraksasi menyaksikan Roland terbaring di ranjang——Pilar cahaya dari tubuhnya tetap megah membentang, hampir menyelimuti sebagian besar pulau mengambang.
“Jika setengah tahun lebih awal, aku pasti sangat senang melihat pemandangan ini.” Haikezuode menyimpan Batu Ajaib Mako berwarna-warni di dada sambil menghela napas, "Pernahkah kalian mencoba menyambung ke dunia mimpi?"
"Tentu, tapi gagal." Filipina yang menjawab, "Jiwa kami tidak lagi diterima oleh dunia itu, dan rekan yang masuk lebih dulu juga tertidur pulas. Ini membuat kami tidak bisa menyampaikan informasi apapun kepada Yang Mulia Roland—koneksi dua dunia kini telah terputus."
"Lihat sisi baiknya, setidaknya dia masih ditemani dua penyihir." Haikezuode mengangkat bahu, lalu berkata pada Anna, "Rencana Front Barat adalah skema yang telah berlangsung hampir 100 tahun. Untuk mengangkut life ephemera—yang kalian sebut kabut merah—dari wilayah Batu Hitam ke wilayah manusia, ini tidak hanya mencakup Menara Kelahiran, tapi juga lorong tersembunyi di antara gunung. Jalan keluar lorong ini hanya terpisah satu gunung dari wilayah utara Musim Dingin Abadi. Jadi mengirim pasukan pendukungmu ke jurang tak berdasar tidak perlu membuatku bolak-balik. Jika kau berani mengambil risiko, aku bisa membukakan Pintu Terdistorsi ini untukmu."
"Baguslah." Anna mengangguk, "Aku yakin dengan Bencana Diam yang mengawal sepanjang jalan, orang-orangmu seharusnya tidak terlalu mengusik kami yang meminjam jalan pintas ini."
Menggunakan Sang Komandan Iblis untuk mengintimidasi iblis-iblis lain yang mulai gelisah, jelas ini usulan yang sangat berani. Yang lain menahan napas tegang, sementara Haikezuode justru tertawa kecil.
“Gadis kecil yang menarik. Aku tak punya keberatan, asalkan dia setuju.”
Seraksasi melepas helm besi hitam yang mengerikan, memperlihatkan rambut panjang indah yang tak sesuai dengan bentuk fisiknya. Wajahnya yang sangat feminin membuat mereka yang belum pernah melihat kebenaran wajahnya terkejut sejenak. Ia mengamati Anna beberapa saat sebelum berkata, “Aku punya syarat. Saat kalian membawa Roland masuk ke jurang tak berdasar, aku juga ikut.”
“Apakah karena Sang Komandan Mimpi Buruk?” tanya Anna blak-blakan.
Seraksasi tak menjawab.
“Aku setuju,” akhirnya dia berkata dengan sungguh-sungguh.
Setelah mendapat jawaban pasti, Bencana Diam mengenakan kembali helmnya dan lebih dulu keluar dari kamar tidur.
Jelas, dia sudah tak berencana membahas rencana spesifik setelah intervensi.
Haikezuode sepertinya sudah terbiasa dengan gaya bertindak orang tersebut, “Sekarang mari kita pindah tempat bicara—tentang bagaimana cara mencapai pulau kabut yang dikuasai Tianhaijie.”
……
Tak lama setelah tiba di markas, Roland dan Wakilisi diantar oleh penerima tamu ke sebuah aula.
Di tengah aula sudah banyak sesama pedagang, tapi sebagian besar berkumpul di area belakang. Roland langsung dipandu ke posisi baris depan. Orang yang duduk di sebelahnya cukup familiar—Fei Yuhan, sang jenius di antara bintang-bintang bela diri.
Saat tahu tak bisa meninggalkan dunia mimpi, Roland justru lebih tenang dari perkiraannya sendiri. Atau mungkin, dia sudah punya persiapan mental bahwa Utusan Dewa takkan berhenti begitu saja.
"Jika berada di Kota Tanpa Musim Dingin, dia mungkin akan merasa sedikit khawatir. Tapi kini ancaman terbesar umat manusia - ibu kota Iblis telah runtuh. Pulau terapung yang dikendalikan Eleanor adalah zona informasi terisolasi. Bahkan jika dirinya tak sadarkan diri, dampak buruk terhadap situasi akan terbatas. Asalkan bertindak cepat untuk memberantas Utusan Dewa yang diam-diam memberontak ini."
Trio tersebut bertukar salam singkat. Meski hanya beberapa patah kata, Roland tetap menangkap kesan bahwa Wakilisi bersikap lebih ramah kepada Fei Yuhan daripada dirinya.
Kapan Sang Komandan Iblis menjadi begitu dekat dengan bintang bela diri ternama ini?
Padahal dia selalu menyediakan kopi Peninsula...
Setengah keit kemudian, Penjaga Batu memasuki aula.
"Kawan-kawan, kita menghadapi masalah tambahan." Ucapannya langsung membuat yang lain terdiam.
Batu kemudian menekan pena kendali di tangannya, memproyeksikan beberapa foto ke dinding di belakangnya.
Begitu melihat konten foto tersebut, semua orang serentak menarik napas pendek.
Tampak beberapa lubang merah terang muncul di jalanan kota. Bentuknya bervariasi - yang besar hampir memutus gedung di bagian pinggang, sementara yang kecil bisa menyelimuti mobil. Ahli bela diri sangat familiar dengan fenomena "korosi" semacam ini yang pernah menghancurkan Kota Prisma.
Jelas bahwa warga di radius lubang tersebut sudah tak tertolong. Tapi ini belum situasi terburuknya.
Dalam foto terlihat banyak siluet Makhluk Jatuh, mereka memenuhi area sekitar kekosongan, seolah ingin menceburkan diri ke dalam Kekosongan merah darah itu.
"Ritual persembahan," bisik Fei Yuhan.
"Kuduga juga begitu," Roland mengangguk. Adegan semacam ini bukan pertama kali dia lihat - saat menjalankan Misi Penumpasan Gabungan, musuh pernah menggunakan inti tak tergantikan dalam jumlah besar untuk memicu korosi dan memanggil monster sihir murni. Sekarang mereka hanya menghilangkan satu langkah tengah saja.
Saat ini kota tempat mereka berada masih dalam kondisi laut tenang, sehingga sumber masalahnya sudah jelas terlihat.
"Semua foto ini dikirim dari sekitar Kota Awan, tempat yang kini telah terjebak dalam kekacauan ekstrem," suara berat Batu Besi terdengar. "Tak ada yang tahu dari mana mereka muncul, atau bagaimana situasi Kantor Pusat sebenarnya. Di mana-mana penuh dengan arus pengungsi dan orang banyak. Bahkan ahli bela diri yang mengirim foto ini mungkin nasibnya sudah..." Dia berhenti sejenak, "Ini adalah Perang yang dimulai oleh Makhluk Jatuh. Kita harus segera bergerak untuk mendukung Kota Awan!"
Saat mengucapkan ini, Sang Penjaga sengaja menatap Roland.
"Mengingat desakan waktu, pengaturan tugas spesifik akan dijelaskan oleh petugas setelah semua sampai di tujuan. Pesawat angkut akan tiba di markas Asosiasi dalam 30 menit. Semua orang harus berangkat saat itu juga tanpa penundaan - operasi ini melampaui faksi, dan merupakan kesempatan terbaik untuk membuktikan kemampuan kalian."
Setelah rapat kilat berakhir, orang tersebut membuatnya tetap tinggal berdua saja. "Tuan Roland... Kita akhirnya terlambat selangkah."
Sejak dia menunjukkan kemampuan menyerap inti kekuatan alam, jajaran tinggi mulai mempertimbangkan untuk menyerahkan inti tersimpan di cabang-cabang lain untuk ditangani. Faktanya, banyak cabang yang telah melakukannya. Namun Kota Awan sebagai pusat asosiasi tak kunjung memberikan jawaban pasti. Tak disangka kabar yang tiba-tiba diterima kali ini justru berita duka.
Roland terdiam penuh arti sejenak, lalu perlahan menggelengkan kepala, "Mungkin kita sudah terlambat sejak awal."
Batu tertegun beberapa saat sebelum memahami maksudnya, ekspresi wajah berubah drastis, "Bagaimana mungkin? Di Kota Awan bukan hanya ada beberapa Penjaga, bahkan tak lama lalu Ketua masih berbicara denganku via telepon——"
"Selain itu, aku tak bisa menemukan alasan kemunculan tiba-tiba begitu banyak Makhluk Jatuh: Inti kekuatan alam sebanyak ini hanya bisa disediakan oleh Kota Awan," jawab Roland. "Cahaya merah tiba-tiba muncul dari ujung Kota Awan, musuh membanjiri jalan, ditambah korosi yang tiba-tuka terbuka—semua ini mustahil dilakukan dalam sekejap. Sekarang terlihat jelas, diamnya mereka setelah merebut sudah melanggar prinsip."
"……" Batu tak bisa berkata-kata.
"Jadi Ketua yang berbicara denganmu itu, entah sudah jadi mayat……" Roland mengucapkan kata demi kata, "Atau dia sendiri adalah Utusan Dewa."
