Tentu saja, "dia" mungkin juga ilusi, boneka, atau sesuatu yang lain—tapi esensinya sama: Kota Awan mungkin sudah lama diserang oleh Utusan Dewa.
“Itu adalah benteng di puncak gunung yang dihuni puluhan ribu orang…” Batu bergumam. Dengan kemampuan Utusan Dewa, menghancurkan sesuatu sebenarnya tidak sulit, mengingat mereka bisa menyobek celah dan menciptakan korosi. Tapi menyelesaikan invasi di hadapan puluhan ribu pasang mata tanpa ada satu orang pun yang menyadari, kemampuan seperti ini benar-benar tak terbayangkan.
“Aku juga berharap tebakanku salah, tapi inilah kesimpulan paling logis.” Roland menghela napas.
Dunia mimpi memiliki aturan yang relatif independen, sehingga Utusan Dewa tidak bisa mengeluarkan seluruh kekuatannya. Untuk melakukan apapun, mereka membutuhkan dukungan energi sihir.
Sedangkan wilayah dengan penyimpanan inti Makhluk Jatuh terbanyak, hanya ada di Kota Prisma dan Kota Awan.
Pilihan Utusan Dewa untuk muncul dari perut bumi Kota Prisma sejak awal jelas bukan kebetulan - sebagai orang asing, mereka tidak benar-benar buta tentang dunia ini.
Mungkin sejak kehancuran Kota Prisma, mereka sudah mengincar markas asosiasi. Adapun Utusan Dewa yang tertinggal di lokasi, selain mencari kesempatan untuk membunuh Jieluo, sisanya hanyalah kedok untuk menutupi mata orang.
“Khawatir di sini tidak ada artinya. Di sana kita akan tahu jawabannya.” Roland menahan bahu Penjaga, “Masih ingat ucapanku? Sekarang dua dunia sedang melawan dewa, dan asosiasi telah memberikan banyak kontribusi untuk Perang Makna Ilahi. Kini giliranku untuk membalas kalian.”
“Tuan Roland…”
“Serahkan sisanya padaku.”
Di bawah tatapan berat Batu, Roland berjalan keluar dari aula.
Fei Yuhan dan Wakilisi sedang menunggunya di luar.
Yang pertama tidak mengejutkan. Sebagai generasi baru asosiasi dengan kekuatan luar biasa, kehadirannya selalu ada di tempat paling berbahaya. Tapi yang kedua cukup aneh — Ia tidak yakin Wakilisi memiliki ikatan emosional dengan dunia mimpi, apalagi berperang untuk mempertahankannya. Menurut kebiasaan orang biasa, seharusnya mencari tempat sepi untuk cari aman.
Kekalahan beruntun Utusan Dewa bukan berarti tidak mengancam. Bahkan dalam kerangka dunia mimpi, mereka bisa dengan mudah membunuh seorang ahli bela diri. Wakilisi bukan lagi Sang Komandan Mimpi Buruk masa lalu. Kehilangan kemampuan Batu Ajaib Mako membuatnya tak berbeda jauh dengan ahli bela diri biasa. Berangkat ke Kota Awan pasti penuh bahaya.
"Jangan buat ekspresi aneh begitu," Wakilisi kesal. "Aku hanya ingin memastikan wujud dewa dan Utusan Dewa yang selalu kau sebut-sebut itu. Kalau jadi kamu, juga tak akan melewatkan kesempatan ini kan?"
Roland mengangkat bahu. "...Benar juga."
Saat mereka berbicara, gemuruh helikopter terdengar dari kejauhan perkemahan — Saatnya berangkat tiba.
Disusul perjalanan melelahkan selama satu setengah hari.
Diantar helikopter ke bandara, naik pesawat khusus menuju tujuan, lalu setelah pengelompokan sederhana dan penjelasan tugas, akhirnya diantar helikopter militer ke area pertempuran.
Tampaknya mekanisme tanggap bencana pemerintah telah sepenuhnya diaktifkan. Kemacetan lalu lintas baru muncul saat mendekati 100 kilometer dari Kota Awan. Kerumunan pengungsi juga telah dikendalikan oleh pasukan penyelamat, sehingga tidak benar-benar terjerumus dalam kekacauan.
Wakilisi sejak lepas landas terus menatap tajam ke luar jendela. Setelah naik ke pesawat khusus, ia bahkan meminta pindah ke kursi dekat jendela, jelas menunjukkan rasa penasaran yang besar terhadap pengalaman pertamanya ini.
"Selain suaranya agak berisik, kecepatannya cukup bagus. Setidaknya lebih cepat dari terbangku." Baru setelah lama ia mengeluarkan komentar, "Manusia memang memiliki kemampuan unik dalam meneliti hukum alam semesta."
"Kamu juga bisa terbang?" tanya Fei Yuhan penuh ketertarikan.
"Kecuali dibatasi oleh energi sihir dan volume tubuh, sebagian besar yang naik status akan memilih menyatu dengan Batu Ajaib Mako yang memiliki kemampuan bergerak cepat, termasuk terbang tentunya."
"Bagaimana? Sekarang tahu potensi tersembunyi manusia kan?" Roland tak lupa membual.
"Sayangnya... tidak ada jejak energi sihir di sini." Wakilisi mengangkat bahu.
"Mengapa begitu?" Fei Yuhan tak mengerti, "Jika pesawat membutuhkan energi sihir untuk dioperasikan, hanya ahli bela diri seperti kami yang bisa mengendarainya."
"Bukan itu maksudku. Jika kalian bisa membuat alat presisi seperti ini tanpa menggunakan energi sihir, bagaimana jika ditambah kekuatannya?" Wakilisi berbicara perlahan, "Aku selalu bertanya-tanya perbedaan antara dewa dan kita. Mungkin di titik inilah? Lagipula, energi sihir juga termasuk dalam hukum alam semesta."
Roland mengangkat alis dengan heran, harus diakui memang pantas disebut Sang Komandan Mimpi Buruk. Baru berada di dunia mimpi kurang dari setengah tahun, dia sudah bisa menggunakan pola pikir ilmiah untuk memahami segala sesuatu.
Tampaknya penjelasan bahwa umur panjang menjadi penghalang bagi peradaban tidak sepenuhnya benar.
Kuncinya terletak pada jenis orang seperti apa yang berumur panjang.
Hingga tengah hari berikutnya, Roland telah melihat Kota Awan yang berdiri di puncak gunung.
Sementara kota di kaki gunung dipenuhi kepulan asap tebal di mana-mana, sesekali terdengar suara ledakan - jelas para ahli bela diri dari seluruh penjuru dunia sedang bertempur dengan Makhluk Jatuh. Dibandingkan dengan tim evakuasi yang tertata rapi, area ini lebih mirip medan perang sejati.
Mungkin bahkan mereka sendiri tidak menyangka bahwa suatu hari musuh akan berduyun-duyun menerjang jalanan.
Tugas yang diberikan kepada Roland sangat jelas: langsung menyerbu pusat gravitasi peristiwa kali ini, markas asosiasi.
Helikopter mengangkut rombongan langsung ke titik kumpul di lereng gunung. Di sini, sudah menunggu lebih dari dua puluh ahli bela diri dari cabang lain yang menyambut kedatangannya.
Sepertinya sudah mendapat pengarahan sebelumnya, yang lain tidak saling menyapa atau mempertanyakan status Roland. Setelah percakapan singkat, mereka langsung memastikan rute dasar dan pembagian tugas. Dibandingkan operasi penumpasan gabungan pertama kali, kali ini jelas datang para elit dari faksi pertarungan nyata yang tidak hanya memiliki kedekatan batin dalam kerja sama tim, tapi juga disiplin tingkat tinggi.
Struktur Kota Awan justru berlawanan dengan Kota Prisma. Karena korosi di sini muncul di tengah hampa, asosiasi membangun menara tinggi yang menyelubunginya. Hanya saja, mempertimbangkan evakuasi dan penyelamatan, di bawah menara terdapat lorong tersembunyi yang terhubung ke puncak menara. Asal hapal rutenya, bisa menghindari para Makhluk Jatuh yang berkeliaran di puncak gunung.
Di bawah panduan pemandu markas, tim serang hampir tidak menemui penghalang. Beberapa Makhluk Jatuh yang sesekali ditemui, diselesaikan dengan cepat dalam proses sunyi, bahkan Roland tak perlu turun tangan.
Tak lama kemudian, sekelompok orang tiba di ruang isolasi lantai paling atas tempat inti terjerumus disimpan.
Ruangan itu seperti tong raksasa, dinding logam empat sisinya menyimpan inti terjerumus yang dikumpulkan markas hingga kini. Di pusat ruangan terdapat platform yang bisa naik-turun, serta dua lengan mekanik untuk mengambil inti. Dari segi kespektakulerannya, Kota Awan tidak kalah dari Kota Prisma.
Sosok yang berdiri di pusat platform tak lain adalah Ketua Asosiasi Ahli Bela Diri.
Namun saat "dia" berbalik, perlahan berubah menjadi orang lain——transformasi ini tidak terjadi sekejap mata, melainkan menyusun ulang seluruh wajah dengan kecepatan terlihat mata manusia, tinggi badan juga berkurang banyak, akhirnya membentuk penampakan perempuan asing.
"Aku Utusan Dewa Ipsilon," ujarnya tenang. "Roland, sudah lama kutunggu."
“Bukan hal baik jika ditunggu musuh, ini berarti kami semua mungkin sudah berada dalam perangkap. Tapi yang mengejutkan, Roland tidak mendengar gerakan apa pun dari yang lain.”
“Seandainya Fei Yuhan, saat ini seharusnya sudah menghunus pedang dan siap meledak——”
Ia melirik sekilas ke samping, hatinya tiba-tiba terasa berat.
Sekelilingnya ternyata kosong melompong, tak ada seorang pun.
