Tang San mengangguk. Profesi pandai besi jelas yang paling cocok untuknya membuat senjata rahasia. "Ayah, usia Ayah sudah lanjut. Beberapa tahun lagi, saat aku sudah lebih besar, ajari aku membuat peralatan dapur agar bisa meneruskan pekerjaan Ayah." Sebelumnya dia hanya mengerjakan pembuatan senjata rahasia paling presisi, justru tidak bisa menempa yang paling dasar.
Tang Hao terlihat sedikit kehilangan fokus, bergumam pelan: "Jadi pandai besi, sepertinya tidak buruk juga." Ia menarik kursi tua yang reyot dan duduk di depan besi mentah itu, berkata dengan malas: "Xiao San, katakan padaku, pandai besi seperti apa yang bisa disebut pandai besi terhebat?"
Tang San berpikir sejenak, lalu menjawab: "Pandai besi yang bisa menciptakan senjata dewa, pastilah pandai besi terhebat." Ia pernah mendengar orang desa mengatakan tentang keberadaan senjata dewa di dunia ini, meski tak benar-benar mengerti apa itu senjata dewa. Tapi dengan embel-embel kata 'dewa', pastilah sesuatu yang luar biasa.
Sorot mata Tang Hao berkilat sinis, "Senjata dewa? Xiao San sudah tahu tentang senjata dewa juga. Kalau begitu, katakan padaku, dari apa senjata dewa dibuat?"
Tang San langsung menjawab tanpa berpikir: "Tentu saja dari bahan terbaik."
Tang Hao mengacungkan jari telunjuknya, menggeleng di depan wajah Tang San: "Jika kau ingin menjadi pandai besi sejati, ingat kata-kataku: Menggunakan bahan unggul untuk membuat senjata dewa, itu bukanlah pandai besi terhebat, paling banter hanya perakit biasa. Mengubah besi biasa menjadi senjata dewa, barulah disebut Pandai Besi Dewa."
"Mengubah besi biasa menjadi senjata dewa?" Tang San menatap ayahnya dengan heran. Biasanya Tang Hao jarang berbicara panjang lebar, hari ini sudah termasuk percakapan terbanyak mereka.
Berdiri, Tang Hao menunjuk sebongkah besi berukuran 50 cm persegi di sudut ruangan: "Jika ingin jadi pandai besi dan belajar tempa dariku, maka palu itu harus kau ayunkan sepuluh ribu kali pada besi ini terlebih dahulu. Barulah kau punya kualifikasi."
"Itu adalah sepotong besi biasa, mengandung banyak kotoran, jauh lebih buruk dibandingkan yang mengandung besi murni."
"Sekarang, kamu masih bisa mengubah pikiran." Tang Hao berkata datar. Dia sudah bersiap untuk kembali ke kamar tidur.
"Ayah, aku ingin mencoba." Suara Tang San jernih dan tenang, namun mengandung keteguhan.
Tang Hao menatapnya dengan sedikit terkejut, "Baik." Sambil berkata demikian, dia berjalan mengangkat bongkahan besi besar itu dan meletakkannya di dekat tungku di sebelah bellow. Cukup dengan menyalakan bara, proses penempaan bisa dimulai.
Setelah menyelesaikan ini, Tang Hao kembali ke kamar tidur.
Tang San adalah pribadi bertekad baja. Tanpa itu, mustahil dia bisa menciptakan Fo Nu Tang Lian - senjata rahasia mekanis terhebat Tang Men - hanya dengan sketsa gambar yang rusak. Itu menghabiskan sepuluh tahun waktunya.
Menyalakan bara, menarik bellow, dia memulai pekerjaannya.
Suara bellow berdesis terdengar, nyala api menyembul dari tungku membakar bongkahan besi. Meski Tang San tidak ahli menempah, dia sering menyaksikan Tang Hao membuat alat-alat pertanian sehingga tahu proses dasarnya.
Saat besi mulai membara merah, dia menarik palu besi yang biasa digunakan Tang Hao. Palu bertangkai panjang ini bahkan lebih tinggi dari tubuhnya. Anak biasa berusia lima atau enam tahun mustahil mengangkatnya, apalagi mengayunkannya untuk menempah.
Namun, Tang San tetap mengangkatnya, mengerahkan seluruh tenaga Xuantian Gong-nya. Meski belum mencapai terobosan tingkat pertama, dia sudah memiliki kekuatan setara orang dewasa.
Dang—, palu besi bertabrakan dengan lempengan besi, menghasilkan suara nyaring. Ini adalah pukulan pertama Tang San, sekaligus membuka babak baru dalam penempaan.
Di ruang dalam, Tang Hao yang berbaring di tempat tidur membalikkan badan. Meski matanya terpejam, ekspresinya menunjukkan keheranan, bergumam pelan, "Bisa mengangkat palu? Kekuatan bawaan kah?"
Dentang-dentang palu mulai bergema di bengkel pandai besi. Kehidupan rutin Tang Hao dan Tang San berlanjut, bedanya mulai hari ini Tang Hao menyiapkan tungku kedua di kamar Tang San untuk menempa lempengan besi itu. Tanpa memberikan petunjuk apapun, sejak hari itu konsumsi alkohol Tang Hao berkurang dan persediaan makanan di rumah bertambah.
Proses penempaan memang monoton dan melelahkan, tapi Tang San menjadikannya latihan fisik. Sudah 11 hari berlalu, dia terus menghitung jumlah pukulannya. Mengayunkan palu besi mustahil dilakukan hanya dengan kekuatan fisik biasa, harus dibantu Xuantian Gong.
Seluruh tenaga dalamnya cukup untuk sekitar 100 pukulan. Setiap kali tenaganya habis, dia akan duduk bersila untuk memulihkan energi, lalu langsung melanjutkan tempaan begitu tenaga dalamnya kembali.
Ini bukan hanya latihan fisik, pengeluaran dan pemulihan berulang, tetapi juga latihan yang baik untuk Xuantian Gong dan tekadnya. Sayangnya, bottleneck tingkat pertama Xuantian Gong bagaikan tembok yang tak tertembus. Latihan Tang San sudah sangat giat, bakatnya cukup, namun tetap tidak bisa menerobos ke tingkat kedua.
Namun latihannya tidak sia-sia. Meski Xuantian Gong belum terobos, energi internal ini menjadi lebih ulet seiring tempaan bongkahan besi, dan kecepatan pemulihannya tampak sedikit lebih cepat dari sebelumnya.
Sebelas hari berlalu, Tang San telah mengayunkan lebih dari 8.000 pukulan. Bongkahan besi terus mengecil, kini volumenya kurang dari sepertiga awal. Latihan fisik dan peningkatan asupan makanan membuat tubuhnya lebih berotot, seolah ada kekuatan dari dalam yang secara bertahap mengisi tubuhnya, mengurangi konsumsi energi internal selama proses penempaan. Saat mengerahkan seluruh energi internal, kekuatannya juga meningkat signifikan.
Saat pukulan ke-1.000, perubahan mulai terlihat pada bongkahan besi - menyusut satu lingkaran penuh. Meski terbakar merah membara dalam bara, terlihat samar-samar kotorannya berkurang banyak.
"Besi menjadi baja setelah ditempa ratusan kali," frasa ini muncul di benak Tang San, memperkuat tekadnya menyelesaikan 10.000 pukulan. Target itu sudah di depan mata.
Ketekunan Tang San membuat Tang Hao sangat terkejut. Menurutnya, meskipun putranya memiliki kekuatan bawaan, tidak mungkin bertahan melebihi tiga hari. Pegangan palu yang kasar untuk anti selip dan gesekan terus-menerus dengan telapak tangan pasti akan menyebabkan luka parah. Namun dia menemukan, meski Tang San benar-benar melakukan penempaan, tangan mungilnya yang masih belia sama sekali tidak menunjukkan perubahan. Bahkan tidak ada lepuh sama sekali.
