“Tang San tidak pernah melihat ekspresi ayahnya serumit ini sebelumnya. Berbagai emosi yang rumit terus bermunculan di wajah Tang Hao. Setelah lama terdiam, akhirnya dia perlahan berkata, 'Ingat, di masa depanmu, kau harus menggunakan palu di tangan kirimu untuk melindungi rumput di tangan kananmu. Selamanya.'”
Tang San mengangguk tanpa mengerti. Tang Hao berdiri dan langsung menuju ke kamar dalam tanpa menoleh lagi.
Sambil menyiapkan makan siang, Tang San merenungkan dunia Hunwu yang baru dikenalnya hari ini. Dua Jiwa Martial Soul sepertinya sangat langka di dunia ini, kalau tidak, ayahnya tidak akan terkejut seperti tadi. Tampaknya palu Hunwu miliknya membuat ayahnya sangat terkesan.
Yang lebih penting baginya adalah hubungan antara Hunwu dengan Xuantian Gong. Jika Cincin Jiwa itu adalah kunci mengapa Xuantian Gong-nya tidak bisa berkembang, maka bagaimanapun caranya, dia harus mencari cara mendapatkan Cincin Jiwa untuk diuji.
Saat makan siang, Tang Hao terlihat sangat pendiam. Bahkan porsi makannya lebih sedikit dari biasanya. Matanya sesekali melirik ke Tang San, seolah sedang ragu akan sesuatu.
Setelah makan siang, Tang San yang sudah terbiasa langsung bersiap membereskan peralatan makan, tiba-tiba dipanggil oleh Tang Hao.
“Bersihkan nanti saja. Xiao San, ayah tanya, apakah kau ingin menjadi seorang Ahli Jiwa?”
Tang San tertegun sejenak. Memandangi Tang Hao, dia tidak mau membohongi ayahnya. Setelah ragu beberapa saat, akhirnya dia mengangguk.
Tang Hao menghela napas, wajahnya tampak lebih tua beberapa tahun. "Akhirnya kau tetap memilih jalan ini." Hanya itu yang dia katakan sebelum kembali ke kamarnya.
Tang San memperhatikan bahwa dalam desahan Tang Hao, selain kekecewaan tersirat juga kepuasan. Dia paham, di hati ayahnya ini sepertinya tersimpan banyak rahasia.
Setelah merapikan peralatan makan, Tang San kembali ke kamar melanjutkan pekerjaannya. Dentang berirama palu tempa menghantam besi mentah terdengar teratur. Meski tak tahu kapi besi mentah ini bisa menyusut sebesar kepalan tangan sesuai permintaan Tang Hao, metode penempaan ini sangat bermanfaat untuk melatih penguasaan Xuantian Gong sekaligus menguatkan tubuhnya. Tang San mulai mencoba menggunakan energi internal Xuantian Gong seminimal mungkin untuk mengayunkan palu, agar bisa bertahan lebih lama dalam setiap sesi tempa.
Saat tempaan sore hari mencapai lebih dari 300 kali pukulan, dan terasa kotoran dalam besi semakin berkurang, tirai kamar terbuka. Tang Hao masuk. Tampaknya hari ini dia tidak membuat peralatan pertanian, setidaknya Tang San tidak mendengar suara tempaan biasa.
"Ayah." Tang San menoleh ke arah ayahnya, palu di tangannya berhenti bergerak secara tak sadar.
Tang Hao memberi isyarat agar dia melanjutkan, lalu berdiri di samping ruangan tanpa berkata-kata, hanya mengamatinya.
Tang San kemudian melanjutkan mengayunkan palu. Saat ini, bajunya sudah basah kuyup oleh keringat. Dengan energi internalnya saat ini, dia belum cukup kuat untuk beradaptasi dengan suhu, apalagi ini jelas merupakan pekerjaan fisik yang berat.
Deng, deng, deng, deng... Bunyi pukulan terus bergema. Tubuh kecil Tang San tidak proporsional dengan palu besi di tangannya, namun setiap ayunan palu terlihat penuh tenaga.
Tang Hao berpikir dalam hati, "Daya bawaan yang luar biasa ditambah kekuatan jiwa penuh sejak lahir. Pantas saja dia bisa mengayunkan palu di usia begitu muda. Perkataan Lao Jieke mungkin benar, tidak seharusnya kemalanganku mempengaruhi perkembangan anak ini. Biarkan dia menentukan jalannya sendiri ke depannya."
Melihat Tang San yang terus berkeringat deras, Tang Hao akhirnya mengambil keputusan.
"Berhenti sebentar," kata Tang Hao.
Tang San meletakkan palunya, bernapas agak tersengal, diam-diam menggerakkan Xuantian Gong dalam tubuhnya untuk memulihkan stamina.
Tang Hao mendekati Tang San, mengambil palu dari tangannya, lalu melihat besi yang membara merah di perapian. "Dengan cara memukul seperti ini, bahkan setahun pun tidak akan bisa mengecilkannya sebesar kepalan tangan."
Tang San menengadah melihat ayahnya yang tinggi besar. "Lalu apa yang harus kulakukan?"
Tang Hao berkata dingin, "Katakan, bagian tubuh mana yang pertama kali mengeluarkan tenaga saat kau mengayunkan palu tempa?"
Tang San berpikir sejenak, "Mungkin pinggang? Dari pinggang menggerakkan punggung, lalu lengan mengayunkan palu tempa?"
Tang Hao tidak mengkonfirmasi maupun menyangkal pernyataan Tang San, melanjutkan pertanyaannya, "Selain otak, bagian terpenting apa dalam tubuh manusia?"
"Jantung." Tang San menjawab tanpa ragu. Jantung dan otak sama-sama titik vital yang mematikan dalam sekejap. Namun otak masih dilindungi tengkorak, sementara jantung hanya dilindungi kulit dan otot. Sebagai murid Tang Men, dia sangat memahami struktur tubuh manusia. Menggunakan senjata tersembunyi untuk menembus jantung musuh adalah metode paling efektif dan efisien untuk membunuh.
Tang Hao berhenti sejenak sebelum berkata, "Lalu katakan padaku, berapa jumlah jantung yang dimiliki seseorang."
"Hah?" Tang San menatapnya dengan bingung. Bukankah jumlah jantung manusia sudah jelas?
"Jawab." Tatapan dingin Tang Hao dan tekanan aura tubuhnya membuat Tang San sulit bernapas.
"Satu."
Tang Hao menggelengkan kepala, "Tidak, kau salah. Ingat, manusia punya tiga jantung, bukan satu."
"Tiga?" Tang San terbelalak memandang Tang Hao, tak memahami maksudnya.
Tang Hao membalikkan palu tempa di tangannya, menyentuhkan gagangnya ke kedua betis Tang San. "Di sini. Otot di kedua betis manusia adalah jantung kedua dan ketiga. Jika seseorang ingin mengeluarkan seluruh kekuatannya, ketiga jantung ini harus bekerja bersamaan. Jadi saat mengeluarkan tenaga, pinggang bukanlah awal gerakan. Tiga jantung inilah titik awalnya."
“Saat jantung di dalam dada berdegup kencang, mulai dari kedua betis mengumpulkan tenaga, kekuatan mengalir ke atas melalui paha, melewati pinggang, punggung, lengan, dan akhirnya dilepaskan. Inilah pukulan penuh kekuatan. Jantung sebagai sumber tenaga, pinggang sebagai poros. Perhatikan.”
