"Master memang 'tak terkalahkan', tapi itu secara teori. Tentu saja, teori-teorinya harus bisa diwujudkan dulu. Kepala, saya masih ingat Master punya teori sepuluh daya saing inti Hunwu. Itu benar-benar menggelikan."
“Cukup, Guru Besar adalah teman Dekan. Jangan sembarangan menilai. Meskipun tidak ada yang bisa membuktikan teorinya benar, tapi juga belum ada yang membuktikan teorinya salah. Di dunia Wu Hun, Guru Besar adalah tokoh terkenal.”
“Tidak benar, Kepala Bagian, seharusnya badut terkenal. Semua orang hanya menganggapnya lelucon belaka.”
Mendengar percakapan di dalam, langkah Tang San hanya berhenti sebentar sebelum melanjutkan pergi ke luar. Senyum tipis yang mengandung cibir muncul di bibirnya - tentu bukan untuk mentornya yang baru diakui, tapi untuk tiga guru di kantor administrasi itu.
Apakah seseorang yang bisa melihat dirinya memiliki Twin Martial Souls hanya dari selembar sertifikat sederhana, dan menyimpulkan bahwa martial soul keduanya sangat kuat, hanyalah bahan tertawaan?
Teori tak terkalahkan? Yang paling kubutuhkan sekarang justru teori. Kekuatan mentor tidak bisa diwariskan ke murid, yang diturunkan adalah pengetahuan. Mereka yang bahkan tidak memahami ini pantas disebut guru akademi?
Hanya ada satu gedung asrama yang mudah ditemukan, menampung semua murid dan staf akademi. Seperti dikatakan Old Jack, jumlah Soul Master sangat langka, terutama di kota terpencil seperti Notting. Jumlah total murid dan guru di akademi ini tidak banyak, sehingga satu gedung asrama sudah cukup.
Asrama siswa hanya memiliki tujuh ruangan total. Karena murid Akademi Hunshi Dasar umumnya masih sangat muda, untuk memudahkan manajemen terpusat, setiap angkatan tinggal di satu asrama besar. Jumlah murid setiap angkatan di Akademi Hunshi Dasar Noding sendiri hanya sekitar empat puluh orang.
Tiga lantai bawah gedung asrama menampung tujuh ruangan besar untuk siswa. Setiap ruangan diawasi oleh satu guru bertanggung jawab.
Asrama Tujuh merupakan unit khusus di antara tujuh asrama tersebut dengan fasilitas paling sederhana, dikhususkan untuk siswa pekerja. Bagaimanapun, akademi ini bukan lembaga amal. Meski uang sekolah siswa pekerja diringankan, fasilitasnya tidak bisa disamakan dengan siswa reguler.
Asrama Tujuh juga satu-satunya unit dengan campuran usia, menampung semua siswa pekerja tanpa memandang tingkat pendidikan.
Tang San baru saja sampai di depan Asrama Tujuh ketika suara riuh-rendah terdengar dari dalam. Pintu yang terbuka memperlihatkan pemandangan di dalam saat ia mengintip dari ambang pintu.
Ruangan luas seluas sekitar tiga ratus meter persegi ini dipenuhi lima puluh ranjang kosong. Hanya sebelas ranjang yang memiliki alas tidur. Saat itu, sekitar delapan anak berusia 8 hingga 12 tahun sedang bermain dengan gaduh.
Tang San mengetuk pintu. Sorot mata anak-anak langsung tertuju padanya. Seorang anak yang lebih besar memandangi pakaian tambal sulam Tang San, lalu mendekatinya.
"Anak ini hampir dua kepala lebih tinggi dari Tang San, postur tubuhnya sudah tergolong besar untuk usianya. Ia berjalan mendekati Tang San dan memandangnya dari atas ke bawah, 'Murid pekerja baru?'"
Senyum ramah mengembang di wajah Tang San, "Halo, aku murid pekerja dari Desa Sacred Soul."
"Aku Wang Sheng, Roh Martial-ku adalah War Tiger, calon Battle Spirit Master. Aku juga pemimpin di sini. Hei bocah, namamu apa? Roh Martial-mu apa?"
"Aku Tang San, Roh Martial-ku Blue Silver Grass."
"Blue Silver Grass? Sejak kapan Roh Martial Blue Silver Grass bisa dilatih?" Wang Sheng membuat ekspresi terkejut berlebihan. Anak-anak di asrama pun tertawa terbahak-bahak, memandang Tang San layaknya melihat orang bodoh.
Tang San tetap tersenyum, "Boleh minggir sebentar?"
Wang Sheng mengabaikan permintaan Tang San, "San Zi, aku bos di sini. Mulai sekarang kau harus patuh padaku, ngerti?"
Senyum di wajah Tang San perlahan memudar, "Namaku Tang San, bukan San Zi." Panggilan akrab "Xiao San" dari orang tua tidak masalah, tapi panggilan merendahkan dari si "bos" ini jelas bermaksud menaklukkannya.
Wang Sheng mendorong bahu Tang San hingga mundur beberapa langkah, "Aku tetap akan memanggilmu San Zi, mau apa? Tidak terima?"
Tang San tersenyum, menggelengkan kepala perlahan, meletakkan seragam sekolah di tangan ke sebuah tempat tidur di samping. Saat Wang Sheng agak bingung dengan apa yang dilakukannya, tiba-tiba ia menyadari Tang San di depannya telah menghilang.
Murid-murid lain melihat dengan jelas Tang San melangkah cepat dengan kecepatan ekstrim, tiba-tiba sudah berada di belakang Wang Sheng. Tanpa menoleh, siku kanannya menyentak ke pinggang Wang Sheng, sementara kaki kanannya sengaja dihentakkan di depan kaki kanan Wang Sheng.
Wang Sheng bahkan belum sempat bereaksi, seluruh tubuhnya sudah terlempar keluar, tersandung-sandung jatuh di ambang pintu asrama. Untungnya kekuatan kuda-kaki bawahnya cukup baik sehingga tidak sampai terjungkal, kalau tidak akan berakhir wajahnya mencium tanah.
"Dasar keparat, berani-beraninya kau pukul aku?" Wang Sheng murka, berbalik badan lalu menerjang ke arah Tang San bagai harimau turun gunung.
Tang San hanya berharap kehidupan akademisnya di masa depan tidak akan menemui terlalu banyak masalah, setidaknya tidak terganggu rutinitas normal. Karena itu, ia yakin perlu memberikan pelajaran pada 'bos' di hadapannya ini. Inilah yang disebut membunuh ayam untuk memberi peringatan pada monyet.
Menyaksikan Wang Sheng menerjang dengan pukulan ke arah dadanya, Tang San bukannya mundur malah maju menyambut. Langkahnya tepat menginjak di depan Wang Sheng, sementara tangan kiri menarik dan tangan kanan mendorong. Sebuah gerakan sederhana namun efektif terselesaikan.
Wang Sheng merasa seolah-olah tinju kanannya yang diayunkan ditarik oleh kekuatan misterius, mengubah arah secara tak terduga. Sementara itu, kekuatan dahsyat mengalir dari tangan kanan Tang San, ditambah kakinya tersandung, membuat tubuhnya kembali terlempar. Kali ini keseimbangan semakin sulit dikendalikan. Gerakan sederhana tangan Tang San ternyata menggunakan teknik rahasia Tang Men - Kontrol Bangau dan Jinakkan Naga, memanfaatkan kekuatan Wang Sheng sendiri ditambah tenaga Tang San. Wang Sheng terjatuh dengan suara 'plok' di atas sebuah tempat tidur.
