Wang Sheng menarik seorang siswa di depan ranjang, tanpa sungkan duduk di sebelah Tang San, “Tang San, karena kamu mengalahkanku, mulai sekarang kamu jadi ketua asrama tujuh.”
Tang San cepat-cepat menggelengkan tangan, “Aku datang ke sini untuk belajar.”
Wang Sheng berkata dengan serius, "Ini aturan. Siapa yang paling kuat, dialah ketua. Kau pikir jadi ketua mudah? Aku tidak bermaksud merendah. Lihat." Sambil berkata, dia menggulung lengan seragamnya.
Tang San terkejut melihat 7-8 luka memar biru keunguan di kedua lengan itu.
Wang Sheng tersenyum pahit, "Ini luka dari kemarin saat baru tiba di akademi. Kami siswa kerja dari keluarga miskin. Siswa asrama lain sering mengganggu penghuni Asrama 7. Sebagai ketua, aku harus membela saudara-saudaraku. Aku justru ingin menyerahkan tanggung jawab ini padamu."
Para siswa lain mengangguk, memandang Tang San dengan kilauan harapan di wajah mereka.
Rasa keadilan adalah elemen dasar seorang ksatria. Melindungi yang lemah termasuk di dalamnya. Pendidikan yang diterima Tang San di Tang Clan tentang hal ini sangat banyak. "Baiklah. Aku tidak akan membiarkan teman sekamar diperlakukan semena-mena."
Tiba-tiba suara nyaring terdengar dari luar, "Ini Asrama Tujuh?"
Semua orang menoleh ke pintu, mata mereka terbelalak.
Seorang gadis kecil berdiri di ambang pintu. Usianya sepertinya sebaya Tang San, tingginya hampir sama. Wajahnya yang cantik putih kemerahan, halus seperti persik matang yang menggoda untuk digigit. Meski pakaiannya sederhana, terlihat sangat rapi.
Rambut hitam panjangnya disisir menjadi kepang seperti kalajengking yang menjuntai hingga melewati pinggul. Sepasang mata besar yang berair memancarkan rasa ingin tahu. Di tangannya juga memegang seragam sekolah baru.
Semua murid di asrama adalah laki-laki. Tiba-tiba melihat gadis kecil cantik muncul, mereka semua terpana seperti patung.
Tang San tak tahan berbisik pada Wang Sheng: "Di sini boleh campur cowok cewek?"
Wang Sheng mengangguk, tetap berbisik: "Kita semua masih anak-anak. Setiap asrama sekolah tidak memisahkan gender. Katanya baru di Akademi Hunshi Menengah akan dipisah. Aneh, tahun lalu tidak ada murid pekerja sama sekali, tahun ini malah datang dua. Boss, ayo, beri dia pelajaran pertama."
"Eh... tidak usah kali." Tang San tak menyangka baru menjadi 'bos' Asrama Tujuh ini langsung dihadapkan masalah. Menindas gadis? Dia benar-benar tidak tega.
Gadis di pintu mengedipkan mata besarnya. Melihat tak ada yang memperhatikannya, dia menatap plang 'Asrama Tujuh' di atas pintu. Senyum manis merekah di wajahnya: "Halo, aku Xiao Wu, Wu dari tarian."
Wang Sheng menyikut-nyikut punggung Tang San, memberi isyarat agar tidak melanggar aturan asrama.
Dengan enggan, Tang San berdiri dan menghampiri gadis itu: "Hai, aku Tang San. Aku... aku ini..." Kata 'bos' tersangkut di kerongkongannya. Seketika dia mendapat ide: "Aku ketua asrama di sini. Panggil saja namaku. Boleh tahu Wuhunmu apa?"
“Xiao Wu mengedipkan matanya yang besar, tersenyum dan berkata, \"Wu Hun-ku adalah kelinci. Kelinci putih kecil yang sangat imut. Bagaimana denganmu?\" Saat dia tersenyum, dua lesung pipi kecil yang menggemaskan muncul di wajahnya, terlihat sangat memikat.”
“Tang San menjawab, \"Kalau begitu kau pasti bisa mengalahkanku, Wu Hun-ku adalah makanan untuk Wu Hun-mu. Rumput Lan Yin.\" Tidak punya pengalaman berkomunikasi dengan perempuan, dulu di Tang Men dia hanya terobsesi dengan senjata rahasia, kini tangannya berkeringat karena gugup.”
“Xiao Wu tertawa kecut, \"Kamu lucu sekali, tidak mau mengizinkanku masuk?\"”
“\"Ini..., begini, ada aturan di Asrama Tujuh bahwa siswa kerja baru harus menunjukkan kekuatan Wu Hun mereka. Jadi, aku ingin bertarung dengamu.\"”
“Tang San menghibur diri dalam hati: Ini hanya latihan, bukan merundung. Aku harus hati-hati jangan sampai melukainya. Setidaknya tradisi asrama tetap terjaga.”
“Xiao Wu memandang Tang San dengan ekspresi aneh, \"Kamu yakin?\"”
“Tang San mengangguk, \"Yakin.\"”
“Xiao Wu meletakkan seragamnya di samping, wajahnya bersinar antusias, \"Baiklah, ayo mulai!\"”
“Sebelum Tang San bereaksi, lutut kanannya sudah terangkat, ujung kaki menyambar ke arah dagu San dengan kecepatan luar biasa. Meski tidak terlihat kuat, gerakannya yang kilat membuat San kaget.”
Tubuh menghindar ke kiri, mengelak dari tendangan, sementara tangan kanan mencoba menggenggam pergelangan kaki Xiao Wu. Kaki kanan melangkah secara refleks, bahu menyandar ke dada Xiao Wu. Satu gerakan Iron Mountain yang standar. Dalam keadaan normal, Xiao Wu yang hanya bertumpu pada satu kaki pasti akan terlempar jatuh jika terkena serangan Tang San ini.
Tentu saja, Tang San sangat berhati-hati. Di benaknya sudah terpikir, selama Xiao Wu kehilangan keseimbangan, dengan kecepatannya pasti bisa menahan gadis itu tepat waktu. Sedangkan dorongan bahunya sengaja tidak menggunakan banyak tenaga. Asal pertarungan ini dianggap selesai, maka persyaratannya terpenuhi.
Murid-murid lain menyaksikan pertarungan Tang San dan Xiao Wu dengan penuh konsentrasi. Wang Sheng yang mengamati gerakan Tang San matanya berkilauan, berusaha mengingat-ingat setiap gerakan. Ia menyadari meskipun gerakan Tang San terlihat sederhana, tapi sangat efektif.
Namun, situasi tidak berjalan sesuai skenario yang direncanakan Tang San.
Begitu tangan kanan Tang San menyentuh pergelangan kaki Xiao Wu, tiba-tiba terasa licin. Genggaman yang diyakini pasti berhasil itu gagal. Kaki Xiao Wu yang meleset langsung diayunkan menyamping, mendarat di bahu Tang San. Menghadapi bahu kanan Tang San yang menubruk, kedua tangannya menahan dengan lembut. Kaki kanannya menggunakan bahu Tang San sebagai tumpuan, sementara kaki satunya melingkar ke bahu sebelahnya.
