"Bukankah itu gerombolan pengemis Wang Sheng?" Suara tak sedap terdengar begitu mereka masuk kantin.
Tang San menoleh ke arah suara itu. Sekelompok murid kelas tinggi berdiri di tangga antara lantai satu dan dua, memandang mereka dari atas.
Yang berbicara adalah seorang siswa laki-laki berpenampilan tampan sekitar 11-12 tahun, matanya memancarkan cibiran tajam sambil mengacungkan jari ke arah Wang Sheng, "Gelandangan tetap gelandangan, sepertinya kalian takkan pernah bisa makan di lantai dua."
Dalam perjalanan ke kantin, Wang Sheng telah menjelaskan aturan Bos Asrama 7 untuk membela siswa pekerja pada Xiao Wu yang langsung menyetujui. Melihat ada yang menantang, darahnya langsung mendidih, "Kau ini siapa? Istimewa banget lantai dua?"
Seorang siswa pekerja di sebelah Xiao Wu berbisik di telinganya, "Lantai dua khusus untuk pesan menu ala carte. Harganya sangat mahal, kami memang tak mampu."
Postur Xiao Wu yang hampir setinggi Tang San sebelumnya tertutupi oleh Wang Sheng. Saat maju, para siswa di tangga langsung melihat penampilannya. Mata siswa laki-laki itu berbinar, "Gadis cilik cantik sekali, sayangnya cuma siswa pekerja. Wang Sheng, aku mau makan dulu, kali ini aku lewati."
Sekelompok siswa itu pun naik ke lantai dua melalui tangga.
Xiao Wu hendak mengejar namun Tang San menarik lengannya, "Sudahlah, kita kan ke sini untuk makan."
Xiao Wu melirik Tang San dengan pandangan merendahkan, "Kau takut masalah ya?"
Tang San tidak menjawab, langsung berjalan ke ujung antrian kantin dan mengantri.
Peraturan Tang Men: Murid Tang Men dilarang mencari masalah, namun jika ada yang menyerang lebih dulu, diperbolehkan membalas dengan keras.
Dari sudut pandang orang dewasa, para siswa di akademi ini, apapun sifat mereka, hanyalah sekelompok anak-anak. Sebagai seorang transmigran dengan mentalitas dewasa, Tang San tidak berminat bersaing dengan anak berusia sekitar sepuluh tahun.
Namun, kepribadian yang ditunjukkan Xiao Wu justru semakin diapresiasi oleh Wang Sheng.
Saat itu, Tang San melihat seorang kenalan dan segera menghampiri, "Guru, Anda juga datang untuk makan?"
Orang yang datang adalah Master. Ia mengangguk ke arah Tang San, "Sudah merapikan semua barang?"
Tang San membungkuk hormat, "Terima kasih untuk selimut dan kasur dari Guru."
Master menepuk bahunya, "Ayo makan di lantai dua bersamaku. Lalu akan kuajak ke tempatku untuk mengenal lingkungan."
Tang San menggeleng, "Tidak perlu, Guru. Saya lebih baik makan bersama teman sekamar." Dia tidak pernah ingin menjadi orang yang menyendiri.
Master tidak memaksa, "Bagus, keputusanmu tepat. Tunggu di depan kantin setelah makan." Setelah itu, ia langsung menuju lantai dua.
Entah mengapa, Tang San merasa Master mirip dengan ayahnya. Meskipun ayahnya pendiam sementara Master lebih banyak bicara, ada aura khusus yang serupa. Terutama Master, keseriusannya tetap terasa bahkan saat tersenyum.
Wang Sheng mendekati Tang San, "Kamu kenal Master?"
Tang San mengangguk, "Dia adalah guruku."
Wang Sheng dengan ekspresi aneh berkata: "Tidak mungkin. Kau mengambil Master sebagai guru? Kemampuannya tidak begitu hebat. Di akademi kita, Master hanyalah tamu kehormatan. Konon dia bisa tinggal di akademi karena hubungan baik dengan kepala akademi. Kalau boleh jujur, dia cuma pemakan gratis. Katanya, Master yang hampir 50 tahun masih belum bisa menembus level Grand Soul Master, level martial soul-nya cuma 29. Sepertinya seumur hidup tidak akan bisa naik level lagi."
Tang San mengangkat kepala, menatap Wang Sheng dengan serius, "Jika kau tidak ingin berlatih lagi denganku, jangan sembarangan menilai guruku. Ini peringatan pertama dan terakhir. Terima kasih atas tawaranmu, tapi aku tidak perlu kau traktir."
Setelah berkata demikian, dia berbalik dan berjalan keluar dari kantin.
Wang Sheng tidak menyangka Tang San bereaksi sekeras itu, tertegun di tempat. Xiao Wu dan murid lainnya juga bingung dengan reaksinya.
"Satu hari sebagai guru, seumur hidup sebagai ayah" - bagi Tang San ini bukan sekadar pepatah. Sejak resmi menjadi murid Master, dia benar-benar menghormati gurunya dari hati. Andai yang menjelekkan Master tadi bukan Wang Sheng yang biasanya baik, mungkin sudah langsung dia hajar.
Wang Sheng kesal berkata: "Ini gila. Anak ini ada masalah ya."
Xiao Wu memandang punggung Tang San yang pergi. Meski masih memakai baju tambal-sulam, tanpa disadari postur tubuhnya yang kecil itu terlihat lebih tegap.
Setelah makan roti kering dengan air bening, Tang San segera kembali ke kantin. Kali ini dia tidak masuk, hanya berdiri di pintu sambil menunggu dengan tenang. Banyak murid yang lewat meliriknya penasaran, tapi dia sama sekali tidak mengangkat kelopak matanya, seolah tidak melihat mereka.
Setelah menunggu hampir setengah shichen, akhirnya Guru keluar dari kantin bersama seorang pria paruh baya yang seusia dengannya.
Pria paruh baya itu mengenakan jubah panjang, wajahnya lebih tampan beberapa tingkat dibanding Guru. Dagu nya sedikit menjorok ke depan, dengan senyum lembut menghiasi wajahnya.
"Ayo, Xiao San." Guru menyapa Tang San yang berdiri di pintu kantin.
Pria paruh baya di samping Guru tersenyum, "Inikah murid barumu?"
Guru mengangguk.
Pria itu menepuk bahu Guru, "Baiklah, semoga sukses. Aku pergi dulu." Setelah berkata demikian, dia melirik Tang San sebelum berjalan ke arah lain.
Kamar Guru terletak di sudut lantai atas asrama. Ruangannya tidak besar, hanya sekitar 30 meter persegi. Barang-barang di dalamnya sederhana, hanya rak buku yang memenuhi dua dinding penuh berisi berbagai buku yang menarik perhatian Tang San.
