Ular Mandala dengan cepat menerobos kabut kuning. Tapi hipnosis tidak berhasil memengaruhinya. Sebagai predator beracun kelas atas, resistensi racunnya jauh melebihi soul beast biasa. Saat ini kecepatannya hanya berkurang sedikit.
Tiga jurus andalan Luo Sanpao telah habis digunakan. Tubuhnya menyusut drastis. Memberinya lobak untuk mengisi energi sekarang pun sudah terlambat.
Dua cincin roh kembali ke tubuh Master, cahaya energi roh menyala redup di seluruh tubuhnya. Kecepatannya mencapai batas maksimal, satu tangan menarik Tang San, melompat seperti bintang jatuh sambil bergerak cepat ke depan. Berharap bisa lolos dari kejaran ular mandala.
Master sangat memahami kebiasaan ular mandala. Ada satu kelemahan dari binatang roh ganas ini, yaitu kurang sabar. Jika dalam waktu tertentu tidak bisa menangkap mangsa target, ia akan mudah menyerah.
Tapi ular mandala yang mereka hadapi hari ini sangat gigih, entah karena diprovokasi oleh kentut Luo Sanpao dan bubuk realgar. Dengan tekun mengejar Master dan Tang San, kecepatannya luar biasa cepat. Terlihat semakin mendekat.
"Sanpao, halangi dia!" Di bawah perintah Master, tubuh gemuk Luo Sanpao berbalik dan menyerbu ke arah ular mandala. Mencoba menghalangi pergerakannya dengan tubuhnya.
Tapi ular mandala ini tidak hanya memiliki kecepatan luar biasa, reaksinya juga sangat tajam. Tubuhnya bergoyang, menghindari tabrakan Luo Sanpao, sekaligus menggigit tubuhnya.
"Luo-luo--" Luo Sanpao menjerit kesakitan, tubuhnya langsung terjatuh ke tanah. Master mengayunkan kedua tangannya, tubuh Luo Sanpao seketika berubah menjadi cahaya ungu, menyatu kembali ke dalam tubuhnya.
Di hati Guru Besar saat ini telah dipenuhi kesuraman, seluruh perjalanan hidupnya terus bergema dalam pikiran. Dia sangat ingin bertanya pada langit, mengapa hidupnya selalu dilanda kesialan? Mengapa? Mengapa semua ini terjadi? Bahkan sampai menyeret anak Tang San ke dalam masalah.
Saat Guru Besar hampir putus asa, bahkan sudah merasakan hawa dingin dari taring ular Mandala, tiba-tiba dia merasakan tarikan tangan Tang San yang dipegangnya. Ketika menoleh, dilihatnya Tang San menggerakkan tangan kirinya di ikat pinggang "Malam Bulan Cerah di Dua Puluh Empat Jembatan", lalu melemparkan sesuatu ke belakang tanpa menoleh.
Sebuah lobak putih yang gemuk melesat cepat, "plok!" Tepat menghantam tubuh ular Mandala. Serangan yang tadinya sudah di ujung hidung itu terhenti sejenak, memberi jarak tambahan pada mereka.
Mendeteksi posisi melalui suara adalah kemampuan paling dasar di Tangmen, tentu saja Tang San menguasainya. Adegan selanjutnya membuat Guru Besar terpana. Tang San terus mengusap ikat pinggangnya dengan tangan kiri dan melemparkan lobak demi lobak. Meski kekuatannya tidak cukup melukai ular Mandala, tapi selalu berhasil menghalangi gerakan ular itu setiap kali hendak menyergap.
Teknik yang sangat akurat.
Guru Besar menyadari, setiap kali Tang San melemparkan lobak putih, tangan kirinya selalu menekuk ibu jari ke dalam, telapak menghadap ke bawah, dengan empat jari lainnya merapat dan mengarah ke depan. Gerakannya sederhana namun efektif. Meskipun wajah kecil Tang San terlihat agak panik, tampaknya tidak menunjukkan rasa takut.
Jika berada di kehidupan sebelumnya Tang San, setiap anggota dunia persilatan pasti akan mengenali nama teknik ini - Shou Shou Jian, teknik dasar senjata tersembunyi Tang Men. Menggunakan momentum ayunan lengan untuk meluncurkan senjata tersembunyi. Meski tidak tergolong rumit, teknik ini sangat efektif dalam situasi saat ini.
Meskipun 20 jin lobak putih jumlahnya tidak sedikit, kecepatan Tang San melemparkannya dengan teknik Shou Shou Jian juga cukup cepat. Dalam sekejap, persediaan di Er Shi Si Qiao Ming Yue Ye sudah habis.
Saat ini telah mencapai momen kritis antara hidup dan mati. Tang San sangat memahami konsekuensi jika terbelit binatang roh berukuran raksasa dengan kekuatan, kecepatan, dan racun yang mematikan ini. Saatnya bukan lagi untuk menyembunyikan kekuatan sejati.
Tiba-tiba dia melepaskan genggaman pada Guru Besar, tubuhnya berputar di udara, tangan kiri terangkat - sebuah kilatan hitam telah melesat diam-diam. Panah lengan yang dibuat dengan susah payah akhirnya digunakan untuk pertama kalinya.
Mata Tang San kini telah sepenuhnya berubah menjadi ungu. Dengan efek Pupil Ungu Terlimalas, dia bisa melihat jelas setiap gerakan ular Mandala.
Reaksi ular Mandala bahkan lebih cepat dari yang dibayangkan Tang San. Panah lengan yang ditembakkan ke mata kirinya berhasil dihindari dengan gerakan memutar tubuhnya di udara. Namun kecepatan panah itu tetap melukai tubuhnya.
Dentang logam bergema, sisik keras ular Salamander memercikkan bunga api. Rasa sakit yang menusuk membuatnya mengeluarkan suara melengking aneh.
Tang San dalam hati menyesal. Meski panah lengan dengan mekanisme pegas memiliki kecepatan dan tenaga memadai, gerakannya terlalu kaku dan mudah diprediksi - kelemahan umum senjata mekanis. Yang mengejutkannya adalah pertahanan ular Mandala. Padahal panah besi berkualitas tinggi itu diluncurkan dengan kekuatan pegas maksimal.
Ular Mandala murka. Sisik hijau pekatnya memancarkan cahaya kuning samar. Kecepatannya melesat drastis, dalam sekejap sudah menerjang ke arah Tang San.
Tang San tiba-tiba melepaskan pegangan. Sang Guru yang sudah terlontar 10 meter lebih tak bisa lagi menyelamatkannya dalam sepersekian detik itu.
Di saat genting, hati Tang San justru menjadi tenang luar biasa. Xuantian Gong mengalir ke seluruh tubuh, teknik internal Taois ortodoks tingkat tinggi ini membuatnya memasuki keadaan hati sebening air. Melihat mulut ular Mandala yang menganga lebar, ia sama sekali tidak panik. Tangan kanannya berbalik, pisau pendek yang diberikan Master langsung berpindah ke telapak tangannya.
