Tang San menekan dada Master dengan satu tangan, mengerahkan tenaga dalam Xuantian Gong yang baru ditingkatkan. Jari-jarinya menotok empat meridian di area dada untuk mencegah racun menyebar, sementara tangan kanannya mulai memijat lembut sambil mengalirkan energi untuk menggerakkan sirkulasi darah, secara perlahan mengumpulkan racun di satu titik.
Xuantian Gong sebagai teknik tenaga dalam tertinggi Tang Clan memiliki efek penetral racun yang kuat. Meski tidak seganas tenaga dalam lain, energi yang dihasilkan sangat halus dan menyeluruh, merasuk ke setiap sudut tubuh Master untuk memastikan tidak ada residu racun tersisa.
Setelah membuka baju Master, Tang San mengamati gas hitam di tubuhnya. Di bawah pengaruh Xuantian Gong, gas hitam berkumpul dan mengalir ke arah lengan kanan. Saat ini, perban di lengan Master masih belum dibuka.
Darah beracun mengalir keluar, lengan Guru yang bengkak perlahan menyusut, warna kulit juga berangsur normal. Ekspresi kesakitan terpancar di wajah Guru, suara rintihan mulai keluar dari mulutnya.
Seiring darah hitam keunguan yang perlahan habis, darah merah segar mulai muncul. Lengan Guru telah menjadi pucat. Tang San baru kemudian membuka perban di lengan Guru, menggunakan energi internalnya untuk mengeluarkan sisa racun sekaligus dengan cepat, lalu menutup pembuluh darah di lengan Guru dengan gesit, merobek beberapa helai kain dari bajunya sendiri untuk membalut luka.
Alasan dia sebelumnya tidak terburu-buru membuka perban di lengan Guru adalah khawatir Guru akan kehilangan terlalu banyak darah, mengingat waktu sejak keracunan sudah cukup lama.
Setelah racun sepenuhnya tereliminasi, wajah Tang San sudah basah oleh keringat. Meski Xuantian Gong telah mencapai tingkat kedua, kekuatannya masih terbatas. Menggunakan energi internal untuk membantu detoksifikasi seperti ini sangat menguras tenaga dan konsentrasi. Perasaan kuat yang didapat dari menyerap cincin roh pun kini melemah.
Tang San membersihkan lengan Guru dengan air bersih, kemudian menimbun lubang kecil yang penuh darah beracun dengan tanah. Barulah seluruh proses ini bisa dianggap selesai.
"Selanjutnya, Guru tidak sadarkan diri selama tiga hari penuh. Selama itu ia terus demam. Setiap hari, Tang San hanya bisa memberinya air putih. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh Guru, ia bahkan memotong sebatang pohon untuk membuat panci kecil, memasak sup daging dengan daging kering yang dibawa. Karena ini adalah Hutan Roh Pemburu, Tang San tidak berani menjauh dari Guru sedetik pun."
"Untungnya, keberuntungan masih berpihak. Meski kadang ada roh binatang lewat, sebagian besar adalah roh binatang 10 tahun yang tidak agresif, tidak menimbulkan masalah bagi Tang San."
"Apa yang terjadi padaku?" Ketika Guru sadar, hari sudah menjelang tengah hari di hari keempat.
"Tubuh yang lemah tak bisa mengeluarkan tenaga sedikit pun. Matanya berkunang-kunang, sensasi pusing berputar membuatnya kehilangan arah. Bahkan mengangkat tangan pun terasa sangat melelahkan."
"Guru, Anda sudah sadar." Tang San terkejut mendekati Guru, menyalurkan sejumlah energi internal murni ke tubuh Guru.
"Dengan bantuan Xuantian Gong, semangat Guru mulai pulih perlahan. Sorot matanya akhirnya mulai fokus."
"Xiao San, aku masih hidup?" Guru memandang Tang San di sampingnya dengan heran.
"Tang San mengangguk, "Guru, Anda baik-baik saja. Tapi mungkin perlu istirahat cukup lama kali ini.""
"Dengan susah payah Guru menoleh, melihat lengan kanannya sendiri. "Kamu yang menyelamatkanku, kan?""
"Waktu kecil, ayah pernah mengajariku cara sederhana menangani luka racun. Saat itu aku melihat Guru pingsan, terpaksa mencoba. Mencoba masih ada peluang, mengobati kuda mati seperti kuda hidup." Tang San menggaruk-garuk kepalanya.
"Kurang ajar! Ada yang menyebut guru sebagai kuda?" Master menyeringai lemah. Wajahnya yang kaku ditambah pucat membuat senyumannya lebih buruk dari tangisan.
Hidup selamanya adalah hal yang indah, bahkan bagi Master yang sombong dan ambisius yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk penelitian jiwa martial.
Tang San tersenyum: "Guru, istirahatlah dulu. Aku akan memaskan sup daging. Setelah sadar, beberapa jam lagi Guru bisa makan ransum kering. Kita harus cepat keluar dari Hutan Jiwa Pemburu. Lingkungan sini terlalu buruk, udara lembap tidak baik untuk penyembuhan luka."
Master teringat sesuatu: "Xiao San, apakah kau berhasil?" Baginya, teori penelitiannya bahkan lebih penting dari nyawa.
Tang San tersenyum lembut: "Guru tenang saja. Lihat ini."
Tang San mengangkat tangan kanannya. Cahaya putih samar muncul di permukaan kulit, diikuti tumbuhnya rumput Biru Nila dari telapak tangan. Cincin kuning terang melingkari tubuhnya dari bawah, ciri khas Pendekar Jiwa dengan satu cincin.
“Dulu, Lebar rumput Lan Yin Cao tidak sampai setengah jari, namun sekarang lebarnya telah mencapai tiga jari. Daunnya juga menjadi puluhan kali lebih tebal dengan pola aneh. Puluhan helai Lan Yin Cao merambat cepat ke segala arah, ujung daunnya terangkat seperti belasan Ular Mandala yang sedang mencari mangsa.
Pada Lan Yin Cao tidak tercium bau amis ular Mandala, melainkan aroma teh samar. Wangi memabukkan itu justru penuh bahaya.
Sorot mata Guru dipenuhi kegembiraan yang tertahan, “Bagaimana elastisitasnya?”
Tang San membuktikan dengan tindakan. Salah satu dari belasan helai Lan Yin Cao yang terlepas dari telapak tangannya tiba-tiba melesat, melilit batang pohon kecil seukuran lengan. Ujung lainnya kembali ke tangan Tang San. Saat tangan kanannya menarik kuat, batang pohon itu melengkung hingga Lan Yin Cao terentang kencang, sama sekali tidak menunjukkan tanda akan putus.
“Bagus! Ini luar biasa! Ternyata analisaku benar. Lan Yin Cao menjadi lebih ulet setelah menyerap cincin roh Ular Mandala. Menurut prediksiku, pasti ada racun ular yang tersisa. Tapi... skill apa yang dimilikinya sekarang?”
