BANG! Pintu tertutup. Siluet tinggi Tang Hao telah menghilang. Master berdiri membisu di depan pintu untuk waktu yang lama.
Setelah lama terdiam, dia perlahan menunduk. Pandangannya tertuju pada token itu, senyum pahit menguar di bibirnya, "Tak kusangka idolaku telah berubah menjadi seperti ini."
……
Matahari condong ke barat. Di depan bengkel pandai besi, dua sosok kecil duduk berjajar. Mereka mengenakan pakaian sama, duduk diam tanpa suara.
Sisa cahaya matahari yang kemerahan menyinari tubuh mereka, seolah membakar lingkaran cahaya merah keemasan di sekujur badan.
“Gadis di sebelah kiri menoleh, memandangi anak laki-laki itu, kedua tangannya menopang dagunya sendiri, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya dia menahan diri.
Yang justru berbicara adalah anak laki-laki itu. Di tangannya tergenggam palu tempa baru yang berkilau, "Xiao Wu, terima kasih."
"Terima kasih untuk apa?" tanya Xiao Wu penasaran.
"Terima kasih sudah selalu menemaniku." Tang San menundukkan kepala, memandangi lantai di bawahnya. Sorot matanya terlihat samar-samar, agak berkaca-kaca, tapi akhirnya air mata itu tak juga jatuh.
Xiao Wu tiba-tiba terkikik, mendorong bahu Tang San dengan kuat hingga hampir menjatuhkannya, "Jangan murung lagi. Ayahmu hanya pergi sementara. Suatu hari nanti kalian akan bertemu lagi. Mungkin kepergiannya justru agar kamu bisa tumbuh lebih baik, menjadi lebih kuat. Jika kamu terus seperti ini, bukankah sia-sia niat baiknya?"
Senyum getir mengambil di wajah Tang San, "Mungkin. Tapi kenapa dia bahkan tidak mengizinkanku bertemu sekali lagi? Xiao Wu, tahukah kamu, Ayah adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki. Rumah tanpa Ayah... bukan lagi rumah."
Xiao Wu menggelengkan kepala, menjuntaikan kepang kalajengking panjangnya ke depan, "Tanpa Ayah, kamu masih punya aku sebagai teman. Jika kamu memang harus mencari keluarga, aku tak keberatan menjadi kakakmu. Cepat, panggil Kakak Xiao Wu! Semua orang memanggilku begitu, hanya kamu yang pengecualian."
"Melihat penampilan manis Xiao Wu dan wajah kecilnya yang memerah diterpa sinar matahari senja, Tang San tak bisa menahan senyum. Saat seseorang berada di titik terlemah hatinya, ditemani orang lain selalu menjadi hal yang indah."
"Jika kau mau menjadi adik perempuanku, aku tidak keberatan. Seingatku, meski kita sebaya, kau beberapa bulan lebih muda dariku. Aku lahir di bulan Januari, sedangkan kau Agustus, benar kan?"
"Jangan mimpi! Aku hanya mau jadi kakak perempuan, bukan adik." Xiao Wu kesal mengangkat tangan hendak mengetuk kepala Tang San.
Tang San menghindar dengan gesit, berdiri tiga meter di depan Xiao Wu, "Xiao Wu, ikut aku ke gunung. Aku mau menunjukkan sesuatu padamu."
Ekspresi Tang San sangat serius, seolah telah memutuskan sesuatu yang penting.
Xiao Wu pun berhenti bercanda. Wajah kecilnya menunjukkan kepatuhan sambil mengangguk pada pria itu.
Tang San aktif menggenggam tangan mungil Xiao Wu, berlari menuju bukit di luar desa. Bayangan mereka memanjang di tanah diterpa cahaya senja.
Tang San baru berhenti setelah membawa Xiao Wu sampai puncak gunung. Meski memaksakan tenaga Xuantian Gong, napasnya mulai sedikit terengah.
Menghadap senja di puncak gunung, mata Tang San dipenuhi warna ungu, "Xiao Wu, inilah tempat latihanku dulu. Aku ingin menanyakan sesuatu dengan sungguh, dan harap kau jawab dengan serius."
Xiao Wu mengerutkan bibirnya, "Tahukah kau, penampilanmu sekarang sangat mirip para tua-tua di akademi itu."
Tang San perlahan berbalik, menatap Xiao Wu dengan serius: “Maukah kamu menjadi adikku? Aku benar-benar ingin punya keluarga lagi.”
"Xiao Wu baru hendak berkata sesuatu, tapi langsung dihadang Tang San. "Dengarkan dulu. Aku tidak punya apa-apa. Keadaan keluargaku seperti yang kau lihat, aku hanya berasal dari rakyat biasa yang miskin. Aku tak bisa memberimu kekayaan maupun pengaruh. Kau juga memiliki Innate Full Soul Power, tapi kau berbeda denganku. Aku bisa melihat, pasti ada cerita di balik latar belakangmu. Tapi aku tidak pernah bertanya, karena takut perbedaan status kita terlalu besar sampai-sampai tidak bisa berteman. Tapi, aku sungguh berharap punya adik seperti dirimu. Meski tak mampu memberimu kemewahan para bangsawan, aku bisa memberimu janjiku. Aku akan selalu melindungi adikku, tidak akan membiarkannya terluka sedikit pun."
Melihat mata Tang San yang berkilau oleh air mata, mata Xiao Wu perlahan memerah. "Bagaimana jika suatu hari nanti, banyak orang ingin membunuhku, dan mereka adalah orang-orang yang tak bisa kau kalahkan?"
Senyum samar tiba-tiba menguar di wajah Tang San. "Maka mereka harus menginjak mayatku terlebih dahulu."
Xiao Wu diam membisu. Tang San juga tak melanjutkan bicara. Cahaya merah senja perlahan memudar, sementara bintang-bintang di langit mulai bermunculan diam-diam.
"Kak." Hanya dengan satu kata sederhana, Xiao Wu memecah keheningan di antara mereka.
Air mata yang ditahannya selama ini akhirnya menetes. Dengan tangan gemetar, Tang San menggenggam tangan Xiao Wu. "Terima kasih... Adik."
“Ayah telah pergi, tapi sekarang dia memiliki seorang adik perempuan,” Tang San menatap langit, mengucapkan sumpah seumur hidupnya pada bintang-bintang di angkasa.
Malam tiba, dua anak duduk di puncak gunung, merasakan hembusan angin gunung yang sejuk, memandang bintang dan bulan di langit. Suasana yang tenang dan udara segar membawa kenyamanan.
“Bolehkah aku tidak memanggilmu kakak?” Xiao Wu menoleh ke arah Tang San di sebelahnya.
Tang San terkejut, “Mengapa?”
Wajah Xiao Wu memerah sedikit, “Bagaimanapun, aku adalah pemimpin semua siswa di Nuoding. Tiba-tiba punya kakak, bagaimana pandangan mereka?”
Tang San tersenyum, “Baik, panggil saja aku Xiao San seperti biasa. Yang penting di hatiku tahu kau adalah adikku, sebutan tidak penting.”
Sambil berkata demikian, Tang San mengangkat tangan dan menarik lengan bajunya, melepaskan busur lengan di pergelangan tangan kirinya.
“Kita bersaudara, aku tidak punya barang berharga. Ini hadiah untuk perlindunganmu. Karya pertamaku.”
Xiao Wu penasaran melihat busur lengan yang disodorkan Tang San, “Apa ini?”
