Sebagai satu-satunya murid Master, Tang San jelas paling memahami sang Master. Mendengar perkataannya, Dai Mubai mengangguk perlahan, "Mungkin memang begitu. Setelah mereka naik, mari kita berdiskusi dulu."
Tak lama kemudian, lima orang di belakang menyusul. Tang San mengulang penjelasannya tentang hukuman hari ini.
Oscar mengerutkan kening, "Menurutku apa yang dikatakan Tang San benar. Master pasti sedang menguji kita. Beban yang berbeda-beda ini pasti dihitung khusus sesuai batas kemampuan fisik masing-masing. Seperti Tang San dan Bos Dai, beban mereka masih dalam batas kemampuan bahkan mungkin masih ada sisa tenaga. Untuk Si Gendut mungkin pas di batas maksimal. Tentu ada juga yang melebihi batas kemampuan. Hanya dengan kerjasama tim kita bisa menyelesaikan ini. Beban yang melebihi batas itu mungkin termasuk aku... dan Rong Rong."
Saat mengakhirinya, wajahnya memelas. Baru dua kilometer berlari, dia sudah merasakan keranjang bambu di punggungnya semakin berat, keringat mulai mengucur di dahinya. Dengan jarak yang masih panjang, dia yakin takkan sanggup bertahan.
Ma Hongjun si Gendut berkata sembarangan, "Bagaimana kalau kita curang? Kita sembunyi-sembunyi makan sosis pemulihan milik Xiao Ao, pasti tenaga kita akan cukup!"
“Nyontek?” Oscar melototi Si Gendut dengan kesal, sebagai orang pintar dia takkan melakukan hal bodoh, “Gendut, aku cuma tanya satu hal, kamu yakin Master tidak menyuruh guru lain mengawasi kita? Kalau ketahuan nyontek, hukumannya pasti lebih berat dari sekarang. Lagipula, hukuman dari Master pasti ada maksud baik untuk kita. Sekarang kita harus cari cara untuk menghemat tenaga sebanyak mungkin.”
Tang San tiba-tiba berbicara, “Meski Guru menyuruh kita lari dengan beban dan dilarang pakai Soul Power, total beban kita bertujuh tetap segini. Asal bisa menyelesaikan hukuman dengan membawa beban ini, itu sudah cukup. Oscar, berikan batumu padaku.”
Oscar tertegun sejenak lalu terkekeh, “Wahai saudaraku. Tapi belum perlu sekarang. Menurutku begini saja. Kita bertujuh mulai sekarang lari dengan kecepatan konstan mengikuti yang paling lambat, agar bisa tetap berkumpul. Lari konstan juga paling hemat tenaga. Kalau ada yang tidak kuat, saling bantu menyesuaikan beban. Dengan begitu tenaga bisa dihemat maksimal. Bagaimana?”
Ning Rongrong di samping tertawa, “Xiao Ao, baru tahu kau pintar juga.”
Ekspresi Oscar penuh percaya diri, “Masa kecilku dijuluki Pangeran Cerdas, lupa? Ini mah biasa.”
Dai Mubai yang paling tua dan kuat di antara mereka menunjukkan kepemimpinan, “Cukup omong kosong. Bicara juga buang tenaga. Ayo lari. Ikuti saran Xiao Ao.”
Saat ini, ketujuh orang memulai kembali perjalanan lari jarak jauh mereka.
Tak diragukan lagi, di antara tujuh orang, Oscar dan Ning Rongrong sebagai Ahli Jiwa bantuan tentu memiliki stamina terlemah. Semua orang pun berlari sesuai kecepatan mereka. Dengan kecepatan konstan, mereka bergerak menuju arah Kota Suoto.
Putaran pertama berhasil diselesaikan dengan kecepatan konstan ini.
Saat benar-benar mulai berlari, mereka baru merasakan tekanan dari beban tambahan. Jika hanya lari biasa, meski tanpa menggunakan Soul Power, jarak pulang-pergi sekitar enam kilometer ini sebenarnya bukan beban berarti bagi mereka. Transformasi tubuh oleh Soul Power memberi mereka stamina yang jauh melebihi manusia biasa, termasuk Oscar dan Ning Rongrong yang merupakan Ahli Jiwa bantuan.
Dengan beban tambahan, tubuh jelas menjadi tidak nyaman. Setelah satu putaran, keringat sudah membasahi tubuh Ning Rongrong dan Oscar. Yang lain juga mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Ning Rongrong jelas yang paling lemah stamina di antara mereka. Meski Oscar juga Ahli Jiwa bantuan, dia telah mencapai breakthrough level 30. Dengan bonus atribut dari Cincin Jiwa ketiga yang bersifat Milenium, kondisinya jauh lebih baik daripada Ning Rongrong.
Beban di tubuh Tang San dan Dai Mubai adalah batu seberat 15 kilogram. Beban Xiao Wu, Zhu Zhuqing, dan Ma Hongjun 10 kilogram. Meski beban Ning Rongrong dan Oscar hanya 5 kilogram, saat ini rasanya seperti menggendong gunung. Tubuh semakin berat, mereka hanya bisa menggemeratakkan gigi mempertahankan kecepatan konstan.
Gerbang Akademi sudah terlihat di depan mata, membuat semua orang agak terkejut adalah Master yang berdiri di pintu gerbang Akademi menyaksikan mereka menyelesaikan perjalanan pulang-pergi pertama. Di samping Master, terdapat sebuah meja dengan tong besar di atasnya.
"Masing-masing minum air sedikit, lalu lanjutkan." Perkataan Master selalu singkat dan padat.
Di dalam tong berisi air hangat dengan rasa sedikit asin, sepertinya diberi garam. Di bawah pengawasan Master, setiap orang hanya diperbolehkan minum satu cangkir air hangat, lalu segera didorong untuk melanjutkan perjalanan hukuman.
Seiring berjalannya waktu, bola api besar di langit perlahan bergerak ke tengah, meningkatkan suhu secara bertahap. Setelah meminum air garam, stamina mereka sedikit pulih. Tang San dan Dai Mubai tidak masalah, tapi Oscar dan Ning Rongrong jelas merasakan tenaga mereka mulai kembali.
Melihat siluet para murid yang semakin menjauh, Master tetap berdiri dengan wajah datar. Namun ketika melihat ketujuh orang kembali bersama, kepuasan jelas terpancar dari kedalaman matanya.
Sambil membawa tong besar menuju dalam Akademi. Saat ini, dia bukan hanya guru yang mengajar murid, tapi juga orang yang lebih tua yang peduli pada mereka. Tujuannya bukan menyiksa murid, tapi memberi mereka latihan yang sesungguhnya.
Perjalanan pulang-pergi kedua, ketiga, keempat...
Setiap kali mereka kembali ke Akademi, mereka akan meminum air garam dengan suhu yang tepat yang sudah disiapkan oleh Master. Air hangat mudah diserap tubuh, garam menggantikan keringat yang menguras tenaga. Bahkan Ning Rongrong dan Oscar merasa seperti mengalami keajaiban karena berhasil menyelesaikan empat putaran lari konstan tanpa berhenti kecuali untuk minum.
Namun ketika putaran kelima dimulai, kecepatan Oscar dan Ning Rongrong jelas melambat. Pemandangan di depan mata mulai buram, kaki terasa seperti diisi timah. Keranjang bambu di punggung terasa seberat gunung.
Dalam kecepatan konstan, stamina yang lain masih bisa dipertahankan. Meski semua sudah basah kuyup oleh keringat, semangat mereka tetap terjaga dengan baik.
"Xiao Ao, berikan batu mu padaku," kata Tang San kepada Oscar.
Dai Mubai juga mengulurkan tangan ke arah Ning Rongrong.
Kali ini Oscar dan Ning Rongrong tidak menolak. Mereka sadar stamina mereka hampir habis. Jika dipaksakan, mungkin mereka tidak akan sanggup menyelesaikan putaran ini.
Beban Tang San dan Dai Mubai langsung bertambah dari 15 kg menjadi 20 kg. Keranjang bambu kini berisi dua batu. Tambahan 5 kg terlihat ringan, tapi dalam kondisi kelelahan, beban kecil ini memberi tekanan nyata. Meski kecepatan tetap konstan, napas mereka mulai terengah-engah.
"Sebaliknya, kehilangan tekanan lima kilogram, Oscar dan Ning Rongrong tiba-tiba merasakan sensasi melampaui segalanya, seolah seluruh tubuh mereka menjadi ringan seperti bisa melayang." Setelah beberapa kali terengah-engah, berlari tiba-tiba menjadi jauh lebih mudah, tidak hanya kembali ke kecepatan semula, tetapi bahkan terasa masih memiliki tenaga cadangan.
Perjalanan kelima, keenam, dan ketujuh berakhir dalam kondisi seperti ini. Saat perjalanan kedelapan dimulai, sudah hampir dua shichen berlalu. Matahari saat ini sudah menyimpang dari tengah hari. Siang hari telah lewat.
Nafas setiap orang mulai tersengal-sengal, paru-paru terasa terbakar seperti api. Setiap langkah meninggalkan bekas air jelas di tanah, yaitu keringat yang mengalir dari tubuh mereka. Sejak perjalanan sebelumnya, asupan air garam di gerbang akademi telah berubah menjadi dua gelas. Dan ada waktu istirahat singkat. Master tidak mendesak mereka, tetap menyiapkan air garam hangat setelah setiap perjalanan.
"Aku tidak bisa lagi, benar-benar tidak bisa." Yang berbicara adalah Ma Hongjun. Kaki nya tersandung, hampir terjatuh. Si Gendut berhenti, kedua tangan menopang lututnya, terengah-engah keras. Wajah gemuknya sudah pucat pasi, sepertinya setiap tarikan nafas sudah sangat sulit.
Semua orang akhirnya berhenti. Saat ini, mereka semua tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Saling memandang, mereka menyadari baju setiap anggota tim sudah basah kuyup oleh keringat. Yang paling mencolok adalah Zhu Zhuqing. Meskipun usianya paling muda di antara mereka, perkembangan tubuhnya justru yang terbaik di antara tiga gadis. Baju basahnya melekat erat di tubuh, menggambar lekuk tubuh yang menakjubkan.
Sayangnya, tak seorang pun punya tenaga untuk menikmati pemandangan indah ini. Mereka semua hanya terengah-engah di tempat masing-masing.
Sebenarnya Tang San dan Dai Mubai seharusnya tidak kelelahan seperti ini, tapi mereka membawa beban tambahan dari Ning Rongrong dan Oscar. Di antara tujuh orang, satu-satunya yang terlihat lebih santai adalah Xiao Wu. Meskipun Xiao Wu sudah mencapai level 30, bebannya sama dengan Zhu Zhuqing dan Ma Hongjun. Ditambah berat tubuhnya yang ringan, hanya dia yang masih terlihat punya sisa tenaga.
Mereka terengah-engah selama hampir lima menit sebelum perlahan-lahan mulai pulih.
Ma Hongjun tak tahan lagi, "Karena kita sudah telat makan siang, lebih baik kita pelankan langkah. Aku tidak sanggup lagi. Jika terus lari seperti ini, aku bisa mati kelelahan."
Dai Mubai mengerutkan kening, "Lambat? Kau tidak sadar suhu air garam yang disiapkan Master selalu sama setiap kali? Tapi kecepatan kita terus menurun. Jelas Master sudah menghitung kondisi fisik kita. Jika lari pulang terlalu lambat, mungkin akan ada hukuman tambahan. Meski latihannya keras, ini demi kebaikan kita. Harus bertahan. Si Gendut, berikan bebanmu padaku."
