Dai Mubai terjatuh di samping Zhu Zhuqing, terengah-engah dengan tubuhnya gemetar halus.
Kepang kalajengking di kepala Xiao Wu sudah berantakan, terus meneteskan keringat, bibir merahnya bergetar.
Tang San menyangga tubuh Ma Hongjun dan Oscar ke keranjang bambu mereka sendiri, lalu mengeluarkan beban berlebih. Saat ini, pandangannya juga mulai kabur. Tapi masih ada sesuatu dalam kesadarannya yang menopangnya.
Bagi yang lain, hukuman atau latihan sudah berakhir. Tapi baginya, belum.
Berpegangan pada meja tempat ember air, dengan beban 15 kilogram di punggung, Tang San bangkit dengan susah payah dan melangkah perlahan ke depan.
Meski tak perlu menyangga orang lain lagi, langkah kakinya sekarang benar-benar terhuyung-huyung.
"Kakak, aku temani." Xiao Wu juga bangkit sambil berpegangan meja, tapi baru melangkah satu kali, seluruh tubuhnya sudah terjatuh. Kondisi fisiknya meski lebih baik dari Zhu Zhuqing, tapi sebelumnya dia sempat menggendong Ning Rongrong dalam jarak cukup jauh, batasnya juga telah tiba.
“Xiao San. Aku juga akan menemanimu.” Yang berbicara adalah Dai Mubai, sambil memanggul beban sendiri, Dai Mubai terhuyung-huyung menyusul Tang San. Keduanya saling memandang, wajah pucat mereka memaksakan senyuman yang terlihat agak aneh. Secara bersamaan mereka mengulurkan tangan kanan dan saling berpegangan di udara.
Sesaat kemudian, dua orang yang menanggung beban terberat selama proses "hukuman" ini jatuh bersamaan ke tanah, menyusul nasib rekan-rekan mereka yang lain.
Shrek Tujuh Monster, tujuh anggota yang dihukum, kini tujuh-tujuhnya terbaring tak berdaya.
Master menyaksikan mereka jatuh satu per satu, namun tetap tak bergerak. Hanya setelah Tang San dan Dai Mubai akhirnya pingsan bersamaan, barulah senyum tipis mengembang di wajahnya, "Tak meninggalkan, tak menyerah, bagus. Sangat bagus."
Flender muncul bersama Zhao Wuji dan beberapa guru lain di samping Master, "Master, kau juga hebat. Benar-benar kejam."
Master mengabaikan ketidakpuasan dalam ucapan Flender, melambaikan tangan, "Cepat bawa mereka pergi."
Termasuk Master, para guru segera melepas keranjang bambu dari tubuh anak-anak itu dan menggendong mereka menuju akademi.
Ketika Tang San sadar dari pingsannya, dia mendapati dirinya sudah berada di asrama. Kehangatan mengalir dari segala penjuru ke dalam tubuhnya, kenyamanan yang menyelimuti ini hampir membuatnya merintih.
Setelah menenangkan diri, Tang San menyadari bahwa tubuhnya yang telanjang berada di dalam sebuah tong kayu besar berisi cairan berwarna coklat. Oscar berada di sisi lain, masih tertidur pulas di dalam tongnya. Keberadaan dua tong besar ini membuat asrama terasa sangat sempit.
Tang San mengaduk cairan di depannya dengan santai. Aroma obat yang tidak terlalu menyengat memenuhi hidungnya. Ia mengenduskan hidung beberapa kali dan segera memahami situasinya.
Setelah datang ke dunia ini, meskipun belum mempelajari obat-obatan secara mendalam, ia tahu bahwa banyak bahan herbal di dunia ini mirip dengan dunia sebelumnya. Cairan dalam tong ini kemungkinan direbus dari ramuan herbal yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan memperkuat fondasi tubuh. Tidak heran setelah kelelahan ekstrim tadi, ia tidak merasakan sakit yang berarti saat bangun. Hanya kaki yang sedikit pegal dan tubuh terasa lemas.
Belakangan Tang San baru tahu bahwa Master harus terus menambahkan air panas ke dalam tong secara berkala untuk menjaga suhu cairan. Untuk murid perempuan, ditugaskan perempuan desa yang dipekerjakan untuk membantu mengisi air panas.
Di samping tong terdapat selembar catatan dengan tulisan tangan Master.
"Setelah bangun, makanlah di kantin." Melihat kata "makan", perut Tang San tiba-tiba berbunyi "keroncong". Rasa lapar langsung menyerang.
Setelah berdiri dari air, dia baru menyadari bahwa di sebelah dua tong besar terdapat dua tong yang lebih kecil berisi air jernih, jelas disediakan untuk membilas tubuh. Air dingin itu membuat Tang San menggigil saat berendam, namun seketika memberinya kesegaran mental dan rasa lemas di seluruh tubuhnya pun berangsur menghilang.
Buru-buru membersihkan sisa ramuan obat di tubuhnya dan berganti pakaian bersih, Tang San akhirnya keluar dari asrama. Dia terkejut menemukan langit telah dipenuhi bintang, malam sunyi yang sesekali dipecah kicau serangga dan burung, menciptakan nuansa tenang.
Dengan sekuat tenaga meregangkan tubuhnya, rangkaian suara retakan terdengar dari tulang-tulangnya seolah seluruh tubuh telah terulur. Menghirup dalam-dalam udara segar menggantikan kekotoran dalam tubuh, dia melangkah mantap menuju kantin.
Dari kejauhan, lampu kantin sudah terlihat menyala. Saat Tang San memasuki kantin, dia menemukan seseorang sedang asyik makan di sana.
Mendengar langkah kaki, orang yang sedang makan itu menoleh ke arah Xiao San. Ternyata Dai Mubai. Cultivasi Soul Power-nya membuatnya bangun lebih awal daripada Tang San.
"Xiao San, cepat makan. Rasanya benar-benar enak." Mata jahat dengan pupil ganda Dai Mubai telah pulih sepenuhnya. Melihat Tang San, senyum langsung merekah di wajahnya. Mereka sudah berulang kali berbagi suka dan duka. Perasaan saling menghargai itu tak perlu diungkapkan dengan kata-kata. Tatapan yang saling berpandangan sudah cukup merasakan persahabatan.
Ia duduk di sebelah Dai Mubai. Di atas meja kantin masih tersisa enam porsi makanan yang jelas disiapkan untuknya dan yang lain. Di atas meja juga terdapat kertas bertulisan tangan Master.
“Setelah makan, cuci bersih peralatan makan. Buang air dalam ember di kamar dan bersihkan. Dilarang tidur, latih Soul Power sebelum fajar. Kumpul pagi hari untuk kelas.”
Makan malam sangat mewah: semangkuk besar daging rebus beraroma harum, lima mantou putih salju, semangkuk sup kental, sepiring sayuran, dan beberapa buah.
Protes dari perut membuat Tang San tak sempat bicara dengan Dai Mubai. Ia langsung melahap makanan secepat angin menyapu awan.
Nikmat, sangat nikmat. Setelah stamina terkuras, suplai makanan terasa seperti diserap tubuh dengan cepat.
"Dai Mubai sudah selesai makan saat Tang San masih sedang makan dengan lahap, bersandar di meja sambil memperhatikannya. Setelah melihatnya selesai, baru berkata: "Xiao San, Master benar-benar kejam. Ini lebih parah dari pelatihan Dekan Flender dulu. Dari pesan Master, sepertinya hari-hari kita akan sulit ke depannya. Apakah dulu Master juga mengajarimu seperti ini?"
Tang San menggelengkan kepala, "Sebelumnya Guru lebih banyak mengajarkan teori kepadaku. Pelatihan seperti ini juga pertama kali kualami. Tapi kemarin Guru mengatakan kepadaku, sebagai Ahli Jiwa, fisik adalah dasar. Kemampuanku menahan dampak Soul Power dari Cincin Jiwa Manusia Laba-laba yang melampaui batas, terkait erat dengan kondisi fisikku. Hanya tubuh yang kuat yang bisa menampung lebih banyak Soul Power. Mungkin karena itulah Guru memutuskan untuk meningkatkan latihan dasar fisik kita."
Dai Mubai tersenyum pahit, "Ini bukan sekadar peningkatan biasa. Pelatihan Master benar-benar dirancang sampai batas maksimal. Kalau bukan karena fisik kita bagus, mungkin kita tidak bisa bangun selama beberapa hari. Tapi cairan aneh di ember itu sepertinya juga berpengaruh."
"Lapar banget, mana makanannya?" Suara itu datang dengan gegas dari luar, langsung menuju makanan di meja tanpa sempat menyapa Tang San dan Dai Mubai.
Yang datang adalah Xiao Wu. Melihat pipi merahnya yang menggemaskan, Tang San langsung tersenyum. Jelas Xiao Wu juga sudah pulih dari kelelahan ekstrem sebelumnya.
"Xiao Wu yang sedang makan juga melihat catatan di meja, sambil memberikan beberapa gerakan isyarat ke Tang San, maksudnya menunggu dirinya selesai makan dulu."
Setelah bangun dari pingsan dan menyantap makanan, Tang San merasa tubuhnya lemas tak bertenaga. Meniru gerakan Dai Mubai, ia bersandar di meja sambil memperhatikan Xiao Wu yang melahap makanannya tanpa sikap anggun sedikitpun.
Makanan untuk perempuan diberi dua mantou selain porsi sama dengan yang lain. Meski mulut Xiao Wu kecil, lahapnya luar biasa. Dalam sekejap hidangannya sudah hampir habis.
Orang keempat yang datang ke kantin bukan Oscar yang sudah mencapai level 30, melainkan Zhu Zhuqing.
Saat masuk, ekspresi Zhu Zhuqing tenang. Baru setelah melihat Dai Mubai, ia sengaja memasang muka masam. Tapi dari matanya, Tang San tak melihat penolakan sama sekali.
Cara makan Zhu Zhuqing jauh lebih elegan daripada Xiao Wu. Kunyahan pelan, gerakan anggun, tapi di baliknya tersembunyi kecepatan. Andai tak menyaksikan langsung makanannya berkurang cepat, Tang San sulit percaya gerakan lambannya bisa secepat ini.
"Enak banget, kenyang." Xiao Wu tanpa sungkan menyandar di bahu Tang San, "Xiao San, tadi kamu lari dua putaran lagi?"
Tang San tersenyum pahit dan menggelengkan kepala, “Tidak, setelah kamu pingsan, aku dan Mu Bai juga tidak sadarkan diri. Saat terbangun, kita sudah berada dalam air obat di bak kayu.”
Xiao Wu tiba-tiba memerah wajahnya, duduk tegak dan berbisik pelan, “Kamu juga tidak pakai baju ya?”
Tang San tertegun sejenak, secara reflek mengangguk.
Xiao Wu menjulurkan lidahnya, “Di asrama kita ada catatan yang bilang, jangan panik, baju kalian ditanggalkan oleh ibu-ibu desa. Pergi ke kantin untuk makan.”
Tang San terkikik, “Xiao Wu, wajahmu yang merah itu lucu sekali. Seperti apel.” Sambil berkata demikian, ia mencubit lembut pipi Xiao Wu. Xiao Wu hanya melotot kesal padanya, tapi tidak menghentikan gerakannya.
