Akhirnya ada kesempatan untuk istirahat, Oscar langsung merebahkan diri di tempat tidur dan tidur nyenyak. Tang San seperti biasa melanjutkan latihan kultivasinya. Karena Zhu Zhuqing bersikeras terus melatih dasar fisik, Dai Mubai dengan sukarela menawarkan diri untuk menemani. Xiao Wu dan Ning Rongrong hampir sama dengan Oscar, memutuskan untuk memanfaatkan tujuh hari ini untuk beristirahat. Hanya Ma Hongjun yang tak bisa diam. Selama pelatihan intensif, dialah yang paling sering mengeluh. Tapi begitu liburan tiba, si gendut ini langsung menyelinap keluar akademi menuju Kota Suoto untuk mengatasi masalah nafsu buruknya.
Sambil mendengarkan dengkuran Oscar, Tang San merakit komponen-komponen yang dikirim dari bengkel pandai besi. Hari ini akhirnya ada waktu. Keterampilan saudara Tie dari bengkel pandai besi membuatnya sangat puas. Sejauh ini, komponen senjata tersembunyi mekanis seperti Silent Sleeve Arrow, Han Sha She Ying, dan busur leher-tunduk telah selesai dibuat. Hanya busur silang Zhuge yang persyaratannya lebih tinggi masih dalam proses penempaan. Tang San berencana selama hari-hari istirahat ini, selain berlatih, akan merakit semua senjata rahasia yang sudah jadi ini dan membagikannya ke semua orang, sekaligus mengajarkan cara menggunakannya.
Tenggelam dalam perakitan senjata rahasia, waktu berlalu dengan cepat. Baru ketika Oscar bangun dari tidurnya dan memanggilnya untuk makan, Tang San menyadari sinar matahari di luar telah berubah menjadi cahaya bulan - sehari telah berlalu begitu saja.
Keduanya keluar dari asrama dan berjalan bersama menuju kantin. Di tengah perjalanan, tiba-tiba mereka melihat seseorang terhuyung-huyung mendekat dari depan.
"Aduh, siapa ini? Kok kepalanya mirip babi?" Oscar berteriak dengan nada berlebihan.
Tang San memandang tajam - tubuh yang terhuyung-huyung dan berjalan limbung itu ternyata Ma Hongjun. Namun penampilannya sangat mengenaskan: baju compang-camping penuh debu, wajah bulatnya bengkak sebesar kepalan tangan, lingkaran hitam keunguan di mata, dan bekas darah kering di sudut bibir.
"Si Gendut, kenapa kau begini?" Tang San segera menyangga tubuh Ma Hongjun yang hampir roboh. Oscar dengan sigap memanggil Sosis Besar pemulihnya dan menyerahkannya.
Tanpa sungkan, Ma Hongjun melahap sosis itu dalam tiga dua suap. Baru setelah itu kondisinya tampak membaik.
"Sial, malu banget gue kali ini." Mata Ma Hongjun dipenuhi dendam. Wajahnya yang bundar dengan mata kecil itu kini hampir tak terlihat karena bengkak.
"Siapa yang berani memukulmu sampai begini?" Suara Tang San terdiba berisi hawa dingin.
Setelah tiga bulan pelatihan neraka yang mereka lalui bersama, hubungan mereka sudah jauh melebihi sekadar teman sekelas. Melihat saudara seperjuangan terluka parah, bagaimana Tang San tidak murka?
Ma Hongjun menggerutu: "Gue dipukuli paman mesum itu. Malu, sialan! Malu banget!"
Oscar mengerutkan keningnya, "Si Gendut, jangan-jangan kau dipukuli karena bersaing berebut cinta dengan orang?"
Ma Hongjun membentak, "Bukan berebut cinta! Aku yang duluan melihat gadis itu. Paman mesum itu benar-benar tak tahu malu!"
Mendengar penjelasan Ma Hongjun, Tang San langsung paham situasinya. Jelas seperti kata Oscar, si gendut ini dipukuli saat sedang menyelesaikan masalah nafsu buruknya.
Tang San menepuk bahu Ma Hongjun, "Ayo, kita ke kantin dulu sambil makan. Ceritakan perlahan."
Dengan bantuan sosis pemulih Oscar, kondisi fisik Ma Hongjun membaik. Bertigalah mereka memasuki kantin.
Di dalam kantin, Dai Mubai sedang asyik menyantap makanan. Zhu Zhuqing tak terlihat di sampingnya.
"Dasar gendut, kenapa kau bisa seperti ini?" teriak Dai Mubai kaget melihat penampilan compang-camping Ma Hongjun. Sifatnya yang lebih temperamental dari Tang San membuatnya langsung bangkit dari kursi, mata jahatnya menyala-nyala.
Dengan wajah menyedihkan, Ma Hongjun merengek, "Bos Dai, kau harus membelaku! Lihatlah mereka memukuliku sampai wajah tampanku yang rupawan ini jadi bengkak. Bagaimana aku bisa menggoda cewek nanti?"
Oscar cekikikan, "Wajah rupawan? Bengkaknya seperti kepala babi! Cerita yang sebenarnya dong, bagaimana kejadiannya?"
Ma Hongjun menarik kursi dan duduk, baru kemudian menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Aku pergi pagi ini ke Kota Suoto untuk menyelesaikan masalah nafsu burukku. Di sana, benar-benar menemukan phoenix emas di sarang rumput. Pas mau mengajak si gadis untuk menyelesaikan masalah, tiba-tiba muncul paman mesum. Orang itu kira-kira 40 tahunan, rambut pendek, sekilas terlihat jujur tapi kalau diperhatikan matanya penuh nafsu. Tangannya yang satu masih dibalut perban, tapi maksa merebut si gadis dariku. Langsung kutanya: 'Paman, tanganmu sudah begini masih mau main? Coba tebak dia jawab apa? Dia bilang 'Laozi nggak perlu pakai tangan buat main'. Pernah lihat orang mesum, belum pernah lihat yang semesum ini!"
Dai Mubai bertanya, "Lalu kamu bertarung dengannya?"
Si Gendut membusungkan dada, "Tentu saja! Dia sudah menginjak-injak kehormatanku, mana mungkin aku diam saja? Awalnya aku cuma mau mengusirnya. Siapa sangka orang ini ternyata juga seorang Ahli Jiwa, bahkan Roh Zong dengan empat cincin. Seketika dia menghajarku dan melemparku keluar dari sarang rumput itu. Yang paling tak tertahankan - dia bahkan memetik burung kecilku dan mengejek ukurannya! Sebagai pria, mana mungkin aku terima penghinaan seperti ini? Aku melawannya lagi sampai akhirnya jadi begini. Kalian tidak lihat kesombongannya itu! Bos Dai, Kak Er, Kak Tang San, kalian harus membelaku! Andai bukan karena latihan belakangan ini, mungkin aku sudah tidak bisa pulang."
Ma Hongjun jelas dipukuli dengan parah, terutama trauma psikologisnya sangat serius. Ia bercerita sambil ingus dan air mata bercucuran, membuat alis ketiga pendengarnya berkerut.
Tang San bertanya, "Siapa nama orang itu?"
Ma Hongjun mengusap wajahnya dengan lengan baju, "Kudengar muncikari di sarang rumput itu memanggilnya Bu Le, mungkin bukan nama asli."
"Bu Le? Seorang Roh Zong berani mengganggu saudaraku? Ayo, Si Gendut kau tunjukkan jalan, kita pergi lihat sekarang. Xiao San, Xiao Ao, kalian berdua ikut tidak?" Dai Mubai sangat memahami perasaan Si Gendut saat ini. Urusan cemburu dan persaingan cinta memang sering dilakukannya dulu, meski kebanyakan hanya mencari keuntungan. Sejak Zhu Zhuqing datang, barulah dia mengendalikan diri. Apalagi Si Gendut dipukuli sedemikian parah, meski terlihat tidak ada tulang patah, tapi muka sudah sangat tercoreng.
Tang San mengangguk, "Ayo, kita pergi lihat bersama."
Sebenarnya sulit menentukan siapa benar salah dalam hal seperti ini, tapi tentu kita harus membela saudara sendiri. Jika melihat saudara dipukuli tapi tidak bertindak, itu bukanlah sikap pria sejati.
Oscar terkekeh, "Aku pasti ikut. Aku ingin lihat siapa yang lebih menjijikkan dari Si Gendut kita. Kalaupun tidak bisa menang, dengan Sosis Jamurku, kita bisa lari kapan saja."
Ma Hongjun langsung berseri-seri mendengar ketiganya mau membelanya, "Saudara baikku! Ayo kita berangkat sekarang, mungkin masih bisa menyergapnya." Usai bicara, dia langsung melompat dan berlari ke luar, seolah luka di tubuhnya sudah tidak terasa.
Dai Mubai menarik lengan Ma Hongjun, "Buru-buru apa? Sebelum pergi kita harus makan dulu biar ada tenaga. Sekalian jelaskan kondisi Hunwu lawanmu itu. Mengenal diri sendiri dan musuh adalah kunci kemenangan."
Walau wajah Si Gendut terlihat panik, perutnya benar-benar kosong sehingga dia duduk kembali. Sambil menyantap makan malam, Ma Hongjun menceritakan pengalamannya dipukuli.
"Orang itu bertubuh pendek, sekitar 160 cm saja. Mukanya hitam legam seperti baru keluar dari tambang batu bara. Hunwu-nya aneh. Bukan tipe serangan, pertahanan atau kecepatan. Rasanya... rasanya..."
Pandangan Si Gendut beralih ke Tang San, "Sepertinya efeknya mirip dengan Hunwu Kakak Tang San, hanya bentuknya berbeda."
Tang San dan Dai Mubai saling memandang, hampir bersamaan berkata: "Soul Master tipe pengendali?"
Si Gendut mengangguk, "Seharusnya tipe pengendali. Hunwu-nya terlihat seperti dua kubah setengah lingkaran seukuran mantou, berwarna merah muda. Saat memanggil Hunwu, dia mengenakannya di kepala. Dua kemampuan spirit yang digunakan: pertama memperbesar kubah untuk menahan Phoenix Fire Line-ku, kedua menjebak tubuhku dengan kubah depan-belakang. Materialnya elastis, Api Phoenix-ku pun tak bisa merusaknya. Terikat seperti bakcang, lalu aku jadi sasaran pukulnya."
Dua kubah merah muda? Hunwu apa ini? Meski telah belajar bertahun-tahun dari Master, pengetahuan luas Tang San pun tak bisa mengidentifikasinya.
Tang San berkata: "Kalau begitu, dia seharusnya masih memiliki dua Kemampuan Spirit lain yang belum digunakan."
Si Gendut berkata: "Kakak Tang San, dengan tiga Roh Terhormat seperti kalian, ditambah aku yang Dà Húnshī level 27, masa kita takut dia? Lagipula, kau juga Soul Master tipe pengendali!" Dia salah paham, mengira Tang San takut.
Tang San menjelaskan: "Soul Master tipe pengendali memang spesial. Dalam pertarungan satu lawan satu, Soul Master tipe pengendali punya keunggulan besar. Gendut, jika kita menghadapinya, kau bertanggung jawab untuk serangan jarak jauh. Aku dan Bos Dai akan hadapi langsung. Xiao Ao urus logistik. Dia pasti bukan lawan kita. Berbeda dengan tipe penyerang, selama dia tidak bisa mengendalikan kita semua, dia pasti kalah. Jika tebakanku benar, Hunwu-nya seharusnya secara alami menahan api, makanya nafsu burukmu tidak berpengaruh. Saat bertarung, aku akan kontra-kendalikan dia. Meski Soul Power-ku di bawahnya, setidaknya bisa mengganggu upayanya mengontrol kita. Kemampuan bertarung jarak dekat Soul Master tipe pengendali mustahil menahan serangan kalian. Sekalipun dia level 40."
