Ning Rongrong melanjutkan, "Saya tahu tentang Hunwu Jiuxin Haitang ini. Berbeda dengan hunwu lain, garis keturunan ini hanya diwariskan tunggal - setiap generasi hanya punya satu penerus. Yang masih hidup pun hanya dua Ahli Jiwa Jiuxin Haitang sekaligus. Hanya setelah satu meninggal, generasi baru bisa muncul. Bisa dibilang hunwu dengan jumlah paling langka. Ayahku pernah berkata, Jiuxin Haitang adalah keajaiban di antara semua hunwu."
Siapa ayah Ning Rongrong, tidak hanya Master, Flender, dan Zhao Wuji yang tahu, bahkan anggota Shrek Tujuh Monster lainnya pun mengetahuinya. Beliau adalah Pemimpin Sekte Qibao Glazed. Mewakili otoritas Ahli Jiwa bantuan. Jika bahkan beliau menggambarkan Hunwu seperti ini, maka dapat dibayangkan betapa kuatnya efek Hunwu tersebut.
Terhadap Hunwu yang unik, Master selalu memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar dari orang biasa, segera bertanya lebih lanjut: "Lalu apa sebenarnya fungsi Hunwu Jiuxin Haitang ini? Di aspek apa efek bantuannya?"
Ning Rongrong berkata dengan suara berat: "Kemampuan unggulan Jiuxin Haitang hanya satu. Tidak peduli berapa banyak Cincin Jiwa yang dimilikinya, Kemampuan Spirit-nya hanya satu. Inilah yang membuatnya mengerikan. Fungsinya adalah penyembuhan area luas untuk seluruh anggota. Tingkat penyembuhan dikontrol sesuai keinginan Ahli Jiwa. Semakin tinggi level dan semakin banyak Cincin Jiwa, semakin banyak Soul Power yang digunakan untuk menyembuhkan. Ayahku berkata, dengan adanya Ahli Jiwa Jiuxin Haitang, bahkan mati pun sulit. Jadi, setelah Pertarungan Jiwa dimulai, kita harus segera mengeluarkannya dari medan perang, jika tidak, sebelum Soul Power-nya habis, kita tidak mungkin bisa melukai satupun lawan."
Mendengar perkataan Ning Rongrong, ekspresi Master tampak kaku, berdiri terpaku beberapa saat sebelum perlahan berkata: "Ini memang kombinasi yang hampir sempurna."
"Kita bisa menang."
Pada saat semangat sedang jatuh dan semua orang terpuruk dalam keheningan, Tang San tiba-tiba berseru dengan lantang kata-kata yang penuh daya gempur ini. Semua pandangan tertuju padanya.
"Aku bilang, kita bisa menang. Mu Bai, Xiao Ao, Si Gendut, Xiao Wu, Rong Rong, Zhu Qing. Kalian lupa? Kita sudah memiliki rekor 27 kemenangan beruntun. Memang lawan kuat, tapi kita juga tidak lemah. Kita punya Wu Hun penyerang kelas atas dari Mu Bai, kemampuan bertarung berkelanjutan dari Xiao Ao, Wu Hun binatang mutasi kelas atas Si Gendut dan Teknik Lentur ajaib Xiao Wu. Rong Rong, apa kau pikir Menara Tujuh Permatamu kalah dari Jiuxin Haitang? Zhu Qing, kecepatanmu adalah yang tercepat di antara Ahli Jiwa serangan cepat selevel kita. Meski lawan kuat, apakah kita lemah? Tidak! Kita pasti bisa buktikan bahwa kita lebih kuat! Lagipula, jangan lupa usia kita. Aku yakin mereka lebih tua. Kalaupun kalah, apa masalahnya? Kegagalan adalah ibu kesuksesan. Sekalipun hari ini belum bisa mengalahkan mereka, suatu hari nanti pasti bisa! Kemenangan akan menjadi milik Shrek Tujuh Monster. Jika kita bahkan kehilangan keyakinan untuk menang, buat apa ikut Pertarungan Jiwa ini?"
Kata-kata Tang San bagai sumbu yang menyulut kembali keyakinan. Setiap anggota tim Shrek Tujuh Monster adalah jenius di antara jenius, monster di antara monster. Mana mungkin mereka rela mengakui kekalahan?
Semua orang tidak berbicara, namun pandangan mata setiap orang menjadi teguh. Dai Mubai pertama kali mengulurkan tangan kanannya, diikuti Oscar, Shrek Tujuh Monster. Tujuh orang menumpuk telapak tangan mereka, sorot mata masing-masing membara. Kepercayaan diri yang hilang telah kembali, saat ini hati mereka dipenuhi semangat bertarung yang menggebu.
"Guru, izinkan aku mengatur seluruh Pertarungan Jiwa ini, bolehkah?" Tang San menatap Master dengan tekad. Dia tahu pertempuran ini akan menjadi ujian tersulit. Alasan mengungkapkan kata-kata sebelumnya adalah karena tak ingin melihat rekan-rekannya lesu. Telah hidup dua kali, dia paham bahwa untuk meraih sesuatu harus diperjuangkan dengan usaha sendiri.
Sebelum setiap Pertarungan Jiwa, Master selalu memberikan petunjuk taktis. Namun kali ini Tang San secara aktif meminta mengambil alih tugas Master. Meski terlihat agak arogan, Master, Flender, dan Zhao Wuji mengangguk pelan-pelan tanda setuju.
Sebuah tim membutuhkan taktik, persatuan, dan kerja sama tim. Tapi ada satu hal lain yang tak boleh kurang - semangat berdarah. Tim tanpa semangat berdarah takkan pernah bisa membangkitkan potensi terdalam. Kini Tang San sebagai jiwa tim telah mencapai hal ini.
Bagi Flender dan dua lainnya, kemenangan sudah tidak penting lagi. Anak-anak ini telah tumbuh melebihi perkiraan mereka. Sekarang yang bisa dilakukan hanyalah menyaksikan anak-anak ini menghadirkan lebih banyak kejutan dan keajaiban, mengamati sejauh apa mereka bisa melangkah.
Soto Great Soul Fighting Arena, Area VIP. Kamar VIP No. 3.
Ruangan mewah seluas 200 meter persegi, sofa kulit asli raksasa dengan panjang melebihi 15 meter mampu menampung lebih dari sepuluh orang untuk beristirahat dengan nyaman. Seluruh dekorasi ruangan didominasi warna emas - lentera istana emas, wallpaper emas, dan berbagai ornamen emas menciptakan kesan megah berkilauan. Di depan sofa kulit putih raksasa terpajang meja kristal dengan kudapan lezat dan aneka minuman. Yang terpenting, salah satu dinding ruangan ini merupakan panel kristal transparan utuh. Melalui proses khusus, dari dalam bisa melihat keluar, tapi dari luar sama sekali tidak bisa melihat ke dalam. Di balik dinding kristal ini terletak arena utama pusat Soto Great Soul Fighting Arena yang paling bergengsi.
Saat ini, hanya ada tujuh orang di dalam ruangan, tujuh orang dengan karakteristik unik masing-masing. Mereka semua terlihat berusia sekitar awal dua puluhan.
Di tengah sofa duduk seorang pemuda berambut hitam panjang bertubuh ramping. Wajahnya tidak bisa dibilang tampan, dengan ekspresi datar seolah otot wajahnya kaku. Ia mengenakan pakaian ketat biru tanpa hiasan apapun. Seluruh penampilannya terkesan sederhana, namun justru kesederhanaan ini menimbulkan kesan berbahaya. Pemuda itu sedang bersandar di sofa nyaman sambil memejamkan mata.
"Di sofa juga duduk seorang wanita, tetapi posisinya tidak normal. Dia tidak bersandar di sandaran sofa, melainkan di bahu pemuda berbaju biru. Tampak malas dengan rambut pendek ungu tua yang gagah, anehnya matanya berwarna hijau yang memberi kesan misterius. Wajahnya tidak bisa dibilang sangat cantik, tapi memiliki daya tarik yang menggoda. Saat ini dia sedang memainkan kuku yang dicat hijau pirus sambil menyandar di bahu pemuda berbaju biru yang sedang meremukkan mata."
"Yan Zi, jangan terus-terusan pamer mesra di depan kami sama Bos. Kami kan para perjaka, kalau sampai timbul hasrat... bahaya lho. Hehe."
Yang berbicara adalah seorang pemuda tampan bertubuh sedang, rambut pendek emas, matanya lincah. Dia bersandar di jendela kristal besar dengan sikap santai.
Gadis di sofa meliriknya, mata hijaunya memancarkan senyum genit, "Mau? Biar kakak ajari caranya jadi lelaki sejati?"
"Ehh, tidak usah! Racun Bilin-mu cuma Bos yang tahan. Aku tidak beruntung menikmatinya." Pemuda itu menolak panik, wajahnya menunjukkan ketakutan yang jelas terhadap gadis bermata hijau.
“Salah sendiri. Siapa suruh gangguin Yanzi.” Di seberangnya, di balik jendela kristal, bersandar seorang pemuda berambut emas berpakaian serba hitam dengan wajah secantik perempuan, sambil menggoyang-goyangkan minuman di tangannya, berseru dengan nada mengejek.
Pemuda tampan itu membentak: "Macan tutul, lu ada masalah ya? Habis pertarungan kelompok hari ini, kita duel satu lawan satu. Akan kulihat bagaimana caraku menghajarmu."
Pemuda hitam itu mendengus sinis, "Duel sama gue? Enak saja ngomong. Pilot ahli jiwa lawan ahli jiwa daratan, jelas-jelas ngerjain. Kalo jagoan, tantang bos duel satu lawan satu. Ga usah menang, bisa tahan tiga menit aja, gue langsung sungkem."
"Kamu..." Meski tak terima, pemuda tampan itu terpaksa mengakui bahwa dirinya memang tak bisa bertahan lebih dari tiga menit melawan kapten.
"Sudah, kalian diamlah. Tak bisakah mencontoh saudara Shi yang sedang mengumpulkan energi?" Pemuda berbaju biru yang tak bergerak dari sofa akhirnya angkat bicara. Saudara Shi yang disebutnya sedang duduk bersila melakukan meditasi di lantai dekat dinding. Keduanya memiliki hidung mancung dan rahang persegi dengan postur kekar. Kehadiran mereka saja sudah memancarkan aura kokoh dan stabil.
Pemuda tampan itu tertawa, "Bos, buat apa kami mengumpulkan energi? Dengan level Silver Soul Fighter yang sudah kami raih sebelum level 40. Jaminan, Soto Great Soul Fighting Arena ini pasti tak ada lawannya. Jangan di sini, bahkan di arena pertarungan terkemuka di Kota Kekaisaran Tiangou pun, tak ada yang bisa menyaingi kami."
"Pemuda Baju Biru berkata dengan tenang, "Meski begitu, kamu tidak boleh membiasakan diri menjadi ceroboh. Di dunia Ahli Jiwa, selalu ada orang yang lebih kuat. Tidak ada yang bisa memastikan apakah kita akan bertemu dengan lawan yang lebih kuat. Lingling, duduklah di sofa sebentar. Berdiri terus-menerus juga menguras tenaga."
Kalimat terakhirnya ditujukan pada seorang perempuan lain di ruangan itu. Perempuan itu berdiri di sudut paling gelap, mengenakan pakaian hitam lengkap dengan kerudung hitam di wajahnya. Rambut birunya yang seperti air terjun terurai di punggungnya. Mata birunya yang kosong tidak menampakkan emosi apapun. Dari dirinya, hanya terpancar kesepian dan keterasingan.
"Tidak perlu, aku baik-baik saja di sini." Suara Ye Lingling terdengar merdu namun hampa, seolah tak berasal dari dunia nyata.
Tujuh orang di ruangan ini adalah anggota Tim Huangdou yang tercatat dalam data Tang San. Yang duduk di sofa adalah Kapten Yu Tianheng dan Wakil Kapten Dugu Yan. Pemuda tampan itu adalah Ahli Jiwa Burung Angin, Yu Feng. Pria berjubah hitam yang sedang bertengkar dengannya adalah Ahli Jiwa Macan Tutul Hantu, Osler. Dua bersaudara yang sedang bermeditasi di lantai adalah Ahli Jiwa Kura-kura Hitam. Sementara di sudut gelap berdiri satu-satunya Ahli Jiwa pendukung tim, Ye Lingling dengan bunga sembilan hati.
