"Sudah, kamu juga cepat-cepat istirahat. Besok masih harus melanjutkan perjalanan." Tang San dengan perasaan berat menahan tangan Xiao Wu.
"Baik." Xiao Wu menjawab singkat sebelum kembali ke kamarnya. Detak jantungnya sedikit cepat, namun di dasar matanya terlihat keraguan dan kilau misterius.
Kembali ke asramanya, Tang San terkejut menemukan Dai Mubai dan dua lainnya belum tidur. Ketiganya menatap Tang San dengan senyum menahan tawa.
Oscar bangkit dari tempat tidur, mengangkat satu kaki ke arah Dai Mubai sambil berpura-pura manja: "Seharian bepergian, kakiku pegal semua. Kakak, pijitin kakiku dong?"
Dai Mubai tertawa terbahak-bahak, meniru suara Tang San: "Baik, di sini saja?"
Oscar buru-buru menyambung: "Iya, di sini saja. Rong Rong dan Zhuqing sudah tidur."
Melihat tingkah konyol mereka, Tang San kesal berseru: "Wah, kalian menguping percakapan kami!"
Si Gendut di samping terkekeh: "Bukan kami yang menguping, tapi di sini memang buruk. Kakak, pijitin kakiku juga dong." Sambil berkata, ia mengayun-ayunkan kaki gemuknya.
Tang San mengangguk dengan serius, "Baik, tidak masalah. Kudengar ada racun yang justru bermanfaat bagi tubuh manusia, bahkan bisa melancarkan peredaran darah. Aku penasaran apakah Delapan Tombak Laba-laba-ku bisa melakukan itu, mari kita coba padamu." Sambil berkata demikian, ia melepas baju atasnya memperlihatkan torso berotot yang kekar, bersiap untuk melepaskan Delapan Tombak Laba-laba-nya.
Si Gendut kaget, buru-buru menarik selimut menutupi tubuhnya sambil menjerit histeris, "Jangan, San Ge, aku salah!" Racun mematikan Delapan Tombak Laba-laba itu telah meninggalkan kesan mendalam baginya.
Tang San kesal berkata, "Tidur!"
Dai Mubai terkekeh, "Tang San, Xiao Wu sudah menyatakan perasaannya padamu. Sebagai kakak, jangan terlalu lambat merespons. Xiao Wu itu gadis langka, cepat tangan dapat, lambat tangan kehilangan."
Tang San tertegun sebentar, "Tapi kami saudara. Sudahlah, jangan bahas ini. Kita masih terlalu muda, terlalu dini membicarakan hal-hal begini. Kau pikir aku Si Gendut? Aku tidak punya nafsu buruk sebanyak dia."
Ma Hongjun menyembul dari balik selimut membantah, "Apa salahku? Hubungan pria-wanita itu kodrat alam, naluri paling dasar!"
Tang San melotot padanya, "Kurasa kau cuma punya naluri saja sekarang."
Dai Mubai tak melanjutkan percakapan, menggeleng sambil tersenyum lalu duduk bersila di tempat tidurnya mulai bermeditasi.
Malam itu berlalu tanpa kejadian. Pagi harinya, mereka melanjutkan perjalanan. Saat ini mereka telah meninggalkan Kerajaan Balake dan memasuki wilayah Kerajaan Xiluo.
Untungnya, hari ini Flender tidak menambah kecepatan lagi, hanya memimpin rombongan ke arah timur laut dengan kecepatan normal.
Hari itu, mereka sampai di ibu kota Kerajaan Silves yang terletak di bagian selatan perbatasan, Kota Silves. Flender secara mengejutkan memilih kota besar ini sebagai tempat bermalam. Bahkan saat mereka memasuki kota, langit baru saja mulai gelap.
"Flender, kau berubah sifat?" Saat Dekan Flender mengajak semua orang menginap di hotel yang sangat mahal, bahkan Master yang biasanya tidak peduli uang pun merasa aneh. Kali ini Flender bahkan menyewa lima kamar sehingga semua bisa tidur lebih nyaman. Bahkan makan malamnya luar biasa mewah.
Baik Master maupun guru-guru seperti Zhao Wuji sama-sama bingung dengan perilaku Flender. Si pelit ini, bagaimana bisa tiba-tiba menjadi begitu dermawan?
Saat makan malam, Flender akhirnya menunjukkan wajah aslinya.
Flender tersenyum dan mengangkat gelasnya, "Setelah dua hari perjalanan, kalian semua sudah bekerja keras. Hari ini makanlah sepuasnya. Tapi para Monster hanya boleh minum satu gelas anggur masing-masing."
Setelah mengatakan itu, dia meneguk habis anggurnya dan dengan antusias menyuruh semua orang menyantap hidangan.
Dai Mubai berbisik di telinga Tang San: "Dibandingkan senyuman, aku lebih ingin melihat ekspresi serius Dekan kita. Entah kenapa, setiap kali dia tersenyum, aku selalu merasa senyumannya begitu licik. Tunggu saja, pasti ada masalah dengan pengeluaran besar Dekan kita hari ini."
Benar saja, setelah tiga putaran minum dan lima hidangan disantap. Flender membersihkan mulutnya dengan sopan dan berkata kepada Shrek Tujuh Monster: "Kalian sudah dua bulan tidak latihan pertempuran. Kota Silves ini juga memiliki Great Soul Fighting Arena. Malam ini kalian bisa berlatih di sana. Hmm, tak perlu ikuti semua pertarungan. Agar tidak mengganggu perjalanan besok, cukup ikuti Pertarungan Jiwa kelompok saja."
Dai Mubai memandang Flender yang mulai menunjukkan ekor rubahnya dengan geli: "Dekan, apakah hadiah yang kami dapat dari pertarungan ini harus diserahkan ke akademi?"
Flender menjawab dengan penuh wibawa: "Meski akademi sudah ditutup, sebagai Dekan kalian, kalian pikir aku akan mengambil keuntungan? Semua pendapatan boleh kalian bagi sendiri. Mu Bai, apa kau sampai meragukan niatku?"
Kali ini Dai Mubai yang terkejut. Ia mengira Flender ingin mereka menyerahkan hadiah Pertarungan Jiwa kelompok dimana di level mereka sekarang, setiap anggota bisa dapat minimal 100 koin emas per pertarungan - jumlah yang cukup besar. Tak disangka justru ditegur dengan keras oleh Flender.
“Apakah Dekan benar-benar berubah sifatnya?”
Ma Hongjun yang paling memahami gurunya, di sisi lain memberi isyarat dengan gerakan bibir ke Dai Mubai. Baru kemudian Dai Mubai tersadar. Gerakan bibir Ma Hongjun hanya mengandung dua kata: judi.
Benar, dalam level yang sama, bahkan Tim Huangdou tak mampu mengalahkan Shrek Tujuh Monster. Bagaimana mungkin mereka menemukan lawan? Asalkan kita bertaruh besar saat pertarungan kelompok mereka, tentu akan diperoleh keuntungan besar. Inilah strategi sesungguhnya Flender.
"Baik, mari kita berangkat." Flender dengan cepat menyelesaikan pembayaran, menanyakan lokasi Arena Pertarungan Jiwa Besar Silves, lalu membawa semua keluar penginapan.
Arena Pertarungan Jiwa Besar Silves terlihat lebih megah dibanding Soto Great Soul Fighting Arena. Ini ibukota Kerajaan Silves, levelnya lebih tinggi dari Suotuo.
Mengenakan topeng yang pernah menggemparkan Soto Great Soul Fighting Arena, Shrek Tujuh Monster kembali beraksi.
Namun saat Flender mendaftarkan Shrek Tujuh Monster untuk pertarungan kelompok, ia malah terdiam.
Petugas Arena Pertarungan Jiwa Besar Silves memeriksa Medali Pertarungan Jiwa Shrek Tujuh Monster dengan teliti, lalu memandangi ketujuh Ahli Jiwa bertopeng ini dengan takjub. Dengan suara berat ia berkata: "Maaf, para Ahli Jiwa terhormat. Tampaknya kalian tak bisa ikut Pertarungan Jiwa kelompok malam ini."
"Shrek Tujuh Monster tidak masalah, tapi Flender sudah tidak sabar."
Perlu diketahui, setelah memasuki Kota Silves, dia sudah menghabiskan banyak uang dan berharap bisa mendapatkan keuntungan di sini.
"Mengapa? Apakah Great Soul Fighting Arena Silves kehabisan petarung?" Flender membentak marah.
Meskipun ucapan Flender terdengar sombong, staf sama sekali tidak membantah. Tim Emas level 30 memang memiliki hak untuk sombong. Setelah bekerja lebih dari 20 tahun di arena pertarungan, ini pertama kalinya dia melihat tim pertarungan aneh seperti ini.
"Maaf, Tuan terhormat. Great Soul Fighting Arena Silves benar-benar tidak memiliki tim Emas level 30 yang bisa melakukan pertarungan yang adil," kata staf dengan canggung.
Flender berkata: "Tim Perak juga bisa! Tidakkah kau lihat, hanya ada satu Ahli Jiwa di antara mereka yang baru mencapai gelar Emas?"
Staf menggeleng: "Ini pasti tidak mungkin. Pertama, tim Perak level 30 di sini hanya ada satu tim. Memaksa mereka bertarung jelas tidak adil. Tentunya Anda pahami aturan arena pertarungan - tingkat tim dihitung berdasarkan Ahli Jiwa tertinggi dalam tim."
Zhao Wuji di samping berseri-seri dengan senyum puas: "Sepertinya rencana seseorang akan gagal."
Di samping Zhao Wuji, tiga ahli jiwa senior Lu Qibin, Li Yusong, dan Shao Xin juga tak bisa menahan tawa. Mereka bukan bawahan Flender, melainkan sahabat lama sejak sebelum Akademi Shrek didirikan. Melihat Flender terjepit jelas menjadi hiburan yang menyenangkan bagi mereka.
Flender bertanya dengan penuh kekecewaan, "Tidak ada cara lain?"
Staf berpikir sejenak lalu menjawab, "Bukan tidak mungkin. Jika kalian memutuskan untuk ikut pertarungan lintas level, saya bisa mengatur. Pertarungan lintas level tidak terikat batasan level medali. Artinya, kalian bisa menantang tim pertarungan level 40 terendah. Di sini, tim level 40 hampir semuanya tim Silver Soul Fighter, ada juga beberapa tim medali Emas. Kalian bebas memilih."
Level 40? Flender tertegun sejenak, lalu menggeleng dengan tegas. "Lebih baik tidak usah."
Prinsip "orang bijak mencintai harta dengan cara yang benar" masih dipahami Flender.
Meski di Arena Pertarungan umumnya tidak sampai membunuh lawan, dia takkan membiarkan murid-muridnya mengambil risiko demi keuntungan pribadinya.
Menghasilkan uang tambahan dalam kondisi kemenangan terjamin tanpa risiko masih bisa diterima. Tapi mencari keuntungan dengan mempertaruhkan Shrek Tujuh Monster? Flender sama sekali tak mau melakukannya. Meski pelit, dia tetap punya prinsip.
"Tidak, menurutku bisa." Suara khas Master yang kaku tiba-tiba terdengar. Langkahnya perlahan mendekati Flender.
