“Kamu bisa menyembuhkan racun di tubuhku?” Akhirnya Dugu Bo menanggalkan gengsinya dan tak kuasa menahan diri untuk bertanya.
Tang San berkata datar: "Bahkan jika bisa, aku takkan menyembuhkanmu. Kondisimu akan lebih parah dariku. Bunuh saja aku. Mungkin kau sendiri sudah tak takut mati, toh manusia yang hidup sampai tujuh puluh tahun sudah langka. Sayangnya, cucu perempuanmu yang secantik bunga itu mungkin tidak akan bertahan selama dirimu, apalagi memiliki keteguhan sepertimu untuk menanggung penderitaan yang terus bertambah. Racunnya akan bereaksi lebih ganas dibandingkanmu, karena sejak dalam kandungan dia sudah terendam racun ini."
Untuk bertahan hidup, Tang San mulai melakukan upaya terakhir. Saat pertama kali bertemu Ahli Jiwa Ular Hijau Beracun Dugu Yan, dari penampilan fisik Dugu Yan dia sudah curiga. Sebab menurut pengetahuannya, di dunia ini tidak ada warna rambut dan mata seperti milik Dugu Yan. Ditambah dengan racun ular Hijau Fosfor yang digunakan Dugu Yan kemudian, semakin menguatkan penilaiannya.
Hari ini setelah bertemu kakek Dugu Yan, si Monster tua ini, Tang San semakin yakin dengan kesimpulannya. Meski Dugu Yan mewarisi Hunwu kakeknya dan memiliki kemampuan racun yang kuat, dia juga mewarisi efek Membalik menyerang dari racun tersebut. Setiap perkataan Tang San adalah fakta yang tak terbantahkan, bahkan kesombongan Dugu Bo pun tak mampu membantahnya.
“Melepaskan tangannya, Dugu Bo membiarkan Tang San tergelincir dari genggamannya, memandangnya dengan dingin, \"Apa yang membuatku percaya bahwa kau bisa menghilangkan racun mematikan di tubuhku?\"”
Tang San kali ini memilih tidak bangkit, tetap duduk bersila di tanah, \"Perlukah aku membuktikannya padamu? Lagipula kau akan membunuhku. Orang sepertimu hanya menjadi bencana di dunia. Jika aku menyelamatkanmu, itu sama saja membantu kejahatan.\"”
Seperti yang dikatakan Tang San, Dugu Bo mungkin tidak peduli dengan nyawanya sendiri, tapi tidak bisa mengabaikan masa depan cucu perempuannya. Dugu Yan baru berusia dua puluh tahun, masih memiliki masa depan cerah. Terlebih, sebelum Dugu Yan, dia sudah merasakan pahitnya kehilangan orang tercinta. Dia sama sekali tidak ingin hal yang sama terulang lagi.
Sepanjang hidupnya Dugu Bo bermain dengan racun, tapi justru tidak berdaya menghadapi racun mematikan di tubuhnya sendiri. Dia telah mencoba berbagai cara, namun yang didapat hanyalah penderitaan yang lebih besar.
Ekspresi wajahnya semakin berubah-ubah, Dugu Bo perlahan menyatukan kedua tangannya di belakang punggung, nada suaranya melunak beberapa tingkat, \"Dengar dari Yan Yan, namamu Tang San, benar kan?\"”
\"Lelaki sejati tidak mengubah nama saat bepergian maupun duduk. Benar!\" Tang San menjawab dingin dengan kepala tegak.
Dugu Bo mendengus menghina, \"Anak kecil tiga belas tahun sudah berlagak lelaki sejati? Sudahlah. Jika kau benar-benar bisa menyembuhkan racun pada diriku dan cucuku, tidak hanya aku tidak akan membunuhmu, tapi juga bersedia memenuhi tiga permintaanmu. Tiga hal yang tidak melanggar batasanku.\"”
“Tang San berkata dengan tenang, ”Kau tidak akan membunuhku? Seperti yang kau katakan tadi, atas dasar apa aku harus mempercayaimu? Membunuhku bagimu hanyalah hal sepele. Orang sepertimu yang membalas budi dengan kejahatan bukanlah hal yang aneh.””
”Dugu Bo tertegun sejenak. Ia tak menyangka remaja belasan tahun di hadapannya ini begitu sulit dihadapi. Dengan geram ia membentak, ”Kau tidak pernah mendengar reputasiku, Dugu Bo? Meski aku tak pernah menganggap diri sebagai orang baik, tapi aku sangat menepati janji. Belum pernah ada yang berani meremehkan integritasku seperti ini!””
”Tang San menutup kedua matanya, ”Ini hanya omong kosongmu belaka. Kecuali kau bersumpah dengan racun, aku tidak akan percaya.””
”Sorot mata ganas berkilat di pupil Dugu Bo, nyaris tak tertahan. Tapi begitu teringat cucu perempuannya, ia akhirnya menahan amarahnya.”
””Baik. Asalkan kau bisa membuktikan bisa menyembuhkan racunku, aku akan bersumpah.””
”Sinar harapan akhirnya muncul. Tang San diam-diam menghela napas lega, baju di punggungnya sudah basah kuyup. Sebagai manusia, takut mati adalah hal wajar - termasuk dirinya. Apalagi mati sia-sia tanpa makna, itu yang paling ia hindari.”
”Berdiri kembali, ia menarik Delapan Tombak Laba-laba di punggungnya. ”Bagaimana kau ingin aku membuktikannya?””
Dugu Bo menyembunyikan kilatan kejam di matanya, "Buktikan kemampuanmu dalam menggunakan racun lebih kuat dariku, maka aku akan mempercayaimu." Dalam alam bawah sadarnya, ia penuh ketidakpercayaan terhadap Tang San. Bagaimanapun, remaja di hadapannya ini baru berusia tiga belas tahun. Mungkinkah seorang anak tiga belas tahun memiliki penguasaan racun yang setara dengan dirinya yang telah berkecimpung dalam bidang ini selama puluhan tahun? Namun perkataan Tang San tepat menyentuh titik lemahnya, dan deskripsi gejala pada tubuhnya sama persis. Menghadapi kesempatan seperti ini, Dugu Bo terpaksa mencoba. Membunuh Tang San atau tidak tidak ada hubungannya baginya. Meski bakat Tang San luar biasa, diperlukan waktu puluhan tahun untuk mencapai level yang bisa mengancamnya. Dalam puluhan tahun, mungkin ia sudah tua dan mati. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Jika benar-benar bisa menetralkan racun, terutama racun mematikan yang diwariskan pada cucu perempuannya, itu yang paling penting bagi Dugu Bo.
Tang San membentangkan kedua tangannya dengan pasrah, "Aku tidak membawa peralatan apa pun, bagaimana cara membuktikan kemampuan menggunakan racun yang lebih hebat darimu?"
Dugu Bo berkata dingin, "Ini mudah. Ini adalah kediaman sampinganku, berbagai tanaman obat tumbuh subur di sini. Ambil apa saja yang kamu butuhkan. Aku memberimu waktu satu hari. Dalam satu hari, racik sendiri berbagai penawar racun. Setelah satu hari, aku akan memberimu tiga jenis racun. Asalkan kamu bisa bertahan dengan penawar racun buatanmu sendiri, itu membuktikan kamu memenuhi syarat untuk menyembuhkanku. Jika tidak, kamu akan mati."
Dalam satu hari, menyiapkan penawar, terdengar seperti waktu yang cukup. Namun kenyataannya, ada ribuan jenis racun dengan karakteristik masing-masing. Racun yang diberikan Dugu Bo, seorang Master Racun, pasti tidak biasa. Menyiapkan penawar yang mampu menetralisir racunnya dalam satu hari, tingkat kesulitannya sungguh luar biasa.
Dugu Bo mengira Tang San akan menawar-nawar waktu, bahkan mencoba mengulur waktu. Namun jawaban Tang San justru mengejutkannya, bahkan meningkatkan kepercayaannya pada pemuda itu.
"Baik. Bawa aku ke kebon obatmu. Jangan ganggu aku selama satu hari penuh." Tang San membersihkan debu di bajunya dengan santai, menyetujui permintaan Dugu Bo.
Dugu Bo memandanginya dari atas ke bawah, lalu berbalik menuju pintu gua. "Ikuti aku."
Keluar dari gua, Tang San baru menyadari mereka berada di bukit setinggi 500 meter di tengah hutan lebat. Karena malam hari, pemandangan sekitar tak terlihat jelas.
Dugu Bo mendaki lereng gunung seolah berjalan di tanah datar. Langkahnya terlihat lambat, namun setiap jejak kakinya melangkah 10 meter lebih, dengan presisi sempurna. Tubuhnya terlihat seperti naik vertikal.
Tang San segera mengerahkan Soul Power-nya untuk mengikuti dari belakang. Dia tak berkhayal bisa melarikan diri di depan seorang Tuan Bergelar - itu hanya lelucon belaka.
Dengan cepat, Tang San dibawa oleh Dugu Bo sampai ke puncak gunung. Sesampainya di sana, Tang San terkejut melihat kondisi geografis di depannya. Ternyata ada lembah berbentuk kerucut terbalik, tempat mereka berdiri saat ini merupakan tepi dari lembah tersebut. Uap panas yang pekat mengepul dari dalam lembah, sangat lembap dan membawa aroma khas belerang.
"Apakah ada sumber air panas di sini?" Tang San tak bisa menahan keheranannya.
Dugu Bo meliriknya, "Anak muda, pengetahuanmu lumayan luas."
Tang San menjawab, "Aku tidak mungkin tak mengenal bau sumber air panas. Apakah kebun obatmu berada di tepi sumber air panas? Ini memang tempat yang bagus."
Sumber air panas sendiri sebenarnya tidak cocok untuk menyuburkan tanaman karena kandungan mineralnya yang berlebihan. Namun beberapa tanaman khusus justru membutuhkan mineral dan panas dari sumber air panas. Menurut pengetahuan Tang San, banyak tanaman beracun mematikan yang tumbuh dengan cara seperti ini.
"Ikut aku." Dugu Bo melompat dari tepi jurang gelap yang tak terlihat dasarnya. Karena kabut tebal dan malam hari, ditambah tebing yang curam, dalam sekejap sosok Dugu Bo telah menghilang dalam kabut air.
Apakah dia sengaja mempersulitku? Kilatan kesombongan muncul di mata Tang San. Dugu Bo, jika kau pikir bisa menghentikanku dengan cara seperti ini, kau salah besar.
Cahaya Ungu berkedip dari belakang, Delapan Tombak Laba-laba kembali dilepaskan. Tang San tidak melompat turun seperti Dugu Bo. Dua tombak laba-laba di bagian bawah secara bersamaan menusuk ke bawah, "ceng!" menembus dinding tebing. Kemudian, delapan tombak laba-laba bergantian mengeluarkan tenaga, membawa Tang San turun dengan cepat menelusuri tebing curam seolah berjalan di tanah datar.
Delapan Tombak Laba-laba dengan ketajamannya dan karakteristik kaki laba-laba, bisa mengabaikan sebagian besar medan di permukaan tanah. Tebing terjal seperti ini mungkin menyulitkan orang lain, tapi tidak bagi Delapan Tombak Laba-laba.
Saat Dugu Bo mendarat di gunung, hatinya dipenuhi rasa puas diri. "Bocah, kau pikir dirimu hebat? Aku ingin lihat bagaimana kau turun. Jika kabur, itu hanya membuktikan kau pengecut belaka."
Tentu saja, jika Tang San benar-benar melompat turun, Dugu Bo tidak akan membiarkannya terluka. Dengan kekuatannya, menangkap Tang San adalah hal sepele. Seiring dengan ketenangan dan kemampuan yang ditunjukkan Tang San, Dugu Bo semakin tertarik pada remaja ini. Dari dirinya, Dugu Bo melihat kedewasaan yang tak dimiliki remaja biasa, serta kualitas khusus dalam merencanakan strategi.
Setengah hari tidak melihat Tang San melompat turun, Dugu Bo tidak tahu mengapa, merasa sedikit kecewa. Saat hatinya baru berpikir ini hanya anak pengecut, tiba-tiba melihat sosok bergerak cepat menyusuri tebing. Dengan penglihatannya yang tajam, tentu dia bisa melihat jelas kondisi sosok tersebut.
