"Bisa-bisanya pakai baju ini di depan orang? Bukannya malah dikira badut?" Oscar menunjuk lima karakter merah besar di dadanya: Akademi Shrek.
Si Gendut merintih: "Dulu aku tidak merasa selera guru seburuk ini. Bagaimana bisa memadukan merah dengan hijau? Apa enam bulan lagi kita harus pakai ini di Turnamen Akademi Ahli Jiwa? Sebelum bertarung, kita sudah ditertawakan dulu!"
Tang San berkata: "Sudahlah, kan bukan cuma kita yang pakai. Semua murid akademi juga pakai. Ngomong-ngomong, selama kalian berlatih di sini, ada perbedaan sistem pengajaran?"
Oscar menelan ludah: "Perbedaan sih tidak ada, tapi banyak sekali gadis cantik. Katanya jumlah Pendekar Jiwa Wanita sedikit, tapi di akademi kita justru sebaliknya. Lebih dari separuhnya wanita. Konon karena pengaruh Wakil Dekan Liu Erlong. Kebanyakan mereka menjadikan Wakil Dekan Erlong sebagai idola."
“Di dalam akademi, terdapat total enam kelas. Dibagi sesuai level yang berbeda. Selama level tercapai, bisa langsung naik tingkat kapan saja, tidak perlu melalui ujian atau sejenisnya. Hanya saat lulus ada dua ujian, satu pertarungan praktik, dan satu lagi tugas kelulusan. Berdasarkan pembagian level, level 20 sampai level 25 ada tiga kelas dengan jumlah murid terbanyak, total sekitar 120 lebih orang. Level 25 sampai 30 ada dua kelas, sekitar 80 lebih orang. Level 30 ke atas adalah satu kelas, yaitu kelas lanjutan tempat kami berada. Termasuk kami baru ada 30-an orang. Kebanyakan jauh lebih tua dari kami. Bahkan ada yang sudah berusia lebih dari tiga puluh tahun.”
Si Gendut berkata dengan penuh kesombongan: "Inilah perbedaannya dong, yang kayak mereka gitu mana mungkin mencapai level Tuan Bergelar?"
Bel berbunyi menandakan kelas dimulai, barulah mereka masuk ke dalam ruang kelas.
Karena faktor usia, postur tubuh Shrek Tujuh Monster tentu tak bisa dibandingkan dengan murid dewasa lainnya, jadi tempat duduk mereka berada di deretan paling depan. Kini semua anggota Shrek Tujuh Monster sudah mencapai level 30 ke atas, otomatis berkumpul di kelas ini.
Begitu masuk kelas, Tang San langsung merasakan atmosfer aneh di dalam ruangan. Banyak tatapan tertuju padanya. Seperti kata Oscar, jumlah murid perempuan hampir sama dengan murid laki-laki. Tatapan para murid perempuan ke Tang San kebanyakan hanya menunjukkan keheranan. Sedangkan tatapan murid laki-laki jelas-jelas bermusuhan.
Tang San tentu tak peduli dengan pandangan orang lain, tapi ia ingin tahu alasannya.
Dengan cepat, dia menyadari. Dari arah pandangan para siswa pria, dia tahu alasan dirinya dibenci.
Tang San digandeng Xiao Wu masuk ke ruang kelas. Xiao Wu terus menariknya sampai ke kursinya dan menyuruhnya duduk di sana. Dari awal sampai akhir, pandangan Xiao Wu tak pernah lepas dari Tang San, seolah hanya dia satu-satunya yang ada di matanya.
Meski Xiao Wu dan Tang San sama-sama belum genap 14 tahun, perkembangan fisik gadis memang lebih cepat dari pria. Xiao Wu bukan hanya cantik dengan rambut hitam panjangnya, tapi juga memiliki proporsi tubuh sempurna melebihi rasio emas. Tak heran banyak pemuda sekitar 20 tahun yang mengincarnya.
Oscar dan Ma Hongjun pura-pura tidak melihat Tang San sedang dibenci, mereka hanya duduk di sisi lain sambil tertawa geli.
Zhu Zhuqing duduk dengan wajah dingin di sudut ruangan. Orang yang tidak tahu pasti tak akan menyangka mereka berlima adalah rekan paling dekat.
Guru yang mengajar belum datang. Kelas yang sempat hening sejenak karena kedatangan mereka, segera kembali ramai.
Beberapa pemuda berusia sekitar 23-24 tahun di belakang kelas saling memberi kode mata, lalu bangkit dan berjalan ke arah Tang San dan Xiao Wu.
Tang San berbisik ke Xiao Wu: "Xiao Wu, sepertinya kamu sangat populer di sini!"
Xiao Wu mendengus, "Itu cuma beberapa paman membosankan. Siapa yang peduli?"
Tang San tidak bisa menahan tawa, "Tidak perlu sekejam itu, mereka hanya lebih tua sekitar sepuluh tahun darimu."
Xiao Wu menjulurkan lidah kecil merah mudanya yang imut ke arah Tang San, "Sepuluh tahun bukan termasuk paman?"
Saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba pandangan Tang San terhalang. Ketika menengadah, dia melihat empat orang tinggi besar telah berdiri mengelilinginya seperti tembok.
Tang San bertanya dengan tenang, "Ada perlu apa?"
Pemuda berotot setinggi sekitar 1,8 meter dengan rambut pendek merah kastanye berdiri paling dekat, suaranya berat menggemuruh, "Hei anak baru, kamu murid pindahan?"
Tang San mengangguk, "Ya, salam kenal, nama saya Tang San."
Pemuda berotot itu berkata, "Kalau memang baru, berarti kamu belum tahu peraturan kelas lanjut di sini."
"Peraturan?" Tang San mengerutkan kening.
Pemuda itu mengangguk tegas, "Benar, peraturan. Tidakkah kamu tahu bahwa tidak boleh ada yang duduk di sebelah Xiao Wu? Siapa yang mengizinkanmu duduk di sini?"
“Aku.” Sebelum Tang San sempat membuka mulut, Xiao Wu sudah menampar meja dengan keras dan berdiri. Di depan Tang San dia bersikap lembut, tapi di hadapan orang lain, dia tetap si kepala geng yang dulu di Akademi Nuoding. Tamparannya membuat meja berdengung keras seperti gemuruh gunung, aura garangnya terpancar jelas. Setelah tamparan itu, empat pemuda tinggi hampir serentak gemetar dan mundur selangkah secara refleks.
Xiao Wu menginjak kursi di sebelahnya dengan satu kaki, tangan kiri menangkup pinggang, jari tangan kanan menunjuk ke arah keempat orang itu sambil berteriak marah: "Kalian tidak ada kerjaan ya? Pergi sana semua! Atau jangan salahkan Kakak Xiao Wu kalau nanti aku tidak segan-segan!"
Wajah murid laki-laki berotot itu memerah karena malu diteriaki Xiao Wu, "Xiao Wu, ini urusan antar lelaki, jauhilah. Selama ini aku mengalah bukan karena takut. Kira-kira posisi Kepala Akademi ini aku dapatkan dengan cuma-cuma?"
Tang San yang berdiri di samping tak tahan bertanya: "Senior, apa maksudnya Kepala Akademi?"
Seorang murid kurus tinggi di sebelah murid berotot itu menyela: "Dasar orang udik dari mana ini, istilah Kepala saja tidak tahu. Kepala Akademi berarti murid terkuat di seluruh akademi!"
Mendengar penjelasan itu, Tang San malah mulai waspada. Matanya menyoroti murid berotot di depannya dari ujung kepala sampai kaki: "Oh begitu rupanya." Dalam pikirannya, jika klaim mereka benar, berarti kekuatan murid berotot ini pasti melebihi Dai Mubai. Dari penampilannya, sepertinya kekuatannya mendekati Level 40.
"Siswa kekar itu berkata dengan sedikit sombong, \"Hei bocah, kau punya dua pilihan sekarang: bertarung satu lawan satu denganku, kalau menang aku akui hakmu duduk di sini. Atau minggat sekarang juga, cari tempat duduk lain!\""
Tang San tidak pernah suka cari masalah, tapi juga tak pernah takut menghadapinya. Apalagi target mereka jelas-jelas adalah Xiao Wu. Sebagai kakak Xiao Wu, bagaimanapun situasinya, mana mungkin dia mundur.
\"Satu lawan satu? Di sini?\" Tang San bertanya bingung.
Siswa kekar itu menyombongkan diri, \"Lawan kecil sepertimu perlu pilih tempat? Tenang, aku tak akan pake Kemampuan Spirit ketiga, biar adil.\"
Oscar di dekat mereka tak tahan berkomentar, \"Kata pepatah: Bencana alam masih bisa dimaafkan, tapi bencana buatan sendiri pantas mati!\"
Tang San mengangguk, \"Ayo mulai.\" Menghadapi lawan yang tak diketahui kekuatannya, dia langsung serius. Bangkit dari kursi, Hunwu-nya langsung aktif.
Saat tiga Cincin Jiwa (Dua Kuning, satu Ungu) muncul di tubuh Tang San, wajah keempat siswa itu berubah pucat. Jelas mereka tak menyangka kombinasi Cincin Jiwa sempurna ini.
\"Tang San, Hunwu Blue Silver Grass, Level 37 Roh Terhormat Tempur Control System, mohon bimbingan.\"
\"Apa? Level 37?!\" Siswa kekar itu terkejut, menyesali ucapannya tentang tidak menggunakan Kemampuan Spirit ketiga. Tapi sebagai mantan Kepala Akademi Lanba, dia tak bisa mundur dari tantangan yang dia sendiri mulai.
"Mengaum rendah, tubuhnya dengan cepat mengalami perubahan."
Tubuhnya yang sudah sangat kekar itu kembali membesar, terutama otot-otot di lengan yang hampir membengkak dua kali lipat. Lengan memanjang hingga menyentuh lutut, bagian yang terbuka ditumbuhi bulu hitam pekat.
"Tai Long, Hunwu Kera Besar, Roh Terhormat Tempur serangan kuat Level 37, mohon bimbingannya."
Level 37? Tang San tertegun sejenak, senyum aneh tak terbendung mengambang di wajahnya.
Jika kekuatan lawan melebihinya, mungkin akan merepotkan. Tapi Soul Power mereka setara, pertarungan ini akan berjalan mudah.
Tai Long melambaikan jari ke arah Tang San, menyuruhnya menyerang duluan. Tanpa basa-basi, Tang San mengangkat tangan kanan yang berpendar cahaya hijau. Dalam jarak dekat itu, para murid hanya melihat kilatan hijau sebelum tubuh Tai Long terbelit jaring raksasa.
Pertarungan yang mulai cepat berakhir lebih cepat lagi. Setelah melepas Jaring Pengikat, Tang San langsung kembali duduk di sebelah Xiao Wu tanpa menengok. Meski ceroboh, Tai Long jujur dalam bertarung, karena itu dia langsung menggunakan Kemampuan Spirit ketiga.
Tai Long merasa seluruh tubuhnya terkekang, secara refleks mulai bergerak keras melepaskan diri.
