Tai Long merasa seolah tinjunya menghantam udara. Kekuatan di tinjunya lenyap seketika. Kemudian, kekuatan dahsyat menghantam dadanya. Kakinya tersandung-sandung, dan seluruh tubuhnya terlempar ke belakang.
Braak—, tubuh besar Tai Long terlempar beberapa meter, menimpa sepetak Blue Silver Grass di tengah hutan.
"Kamu menyerah?" Tang San berdiri dengan tangan di belakang punggung, meski usianya masih muda, posturnya saat itu memberikan kesan kokoh layaknya gunung.
"Tidak!" Tai Long mengaum dengan liar, melesat bangkit dari tanah lalu menerjang Tang San seperti batu raksasa.
Alis Tang San berkerut, "Kalau begitu aku akan memukulmu sampai kamu menyerah."
Sepuluh menit kemudian, Xiao Wu pertama kali keluar dari hutan sambil menghela nafas, "Tai Long memang menyebalkan, tapi kemampuan bertahannya luar biasa. Terjatuh lebih dari seratus kali masih bisa bangun."
"Sifatnya juga pantang menyerah," Tang San menyusul Xiao Wu keluar dari hutan, "Kalau tidak kulepas sendinya, entah sampai kapan dia akan terus mengganggu."
Tai Long sama sekali tak punya peluang melawan kombinasi Guiying Mizong dan Kontrol Bangau dan Jinakkan Naga milik Tang San. Kekuatan fisiknya memang melebihi Tang San, tapi tak bisa dimanfaatkan. Sepenuhnya dikuasai.
Pada akhirnya, Tang San terpaksa melepas sendi keempat anggota tubuhnya dengan jurus qinna untuk menghentikan gangguan itu.
Xiao Wu menarik tangan Tang San, "Ayo, kita makan."
Tang San mengangguk, pandangannya tertuju pada Xiao Wu dengan ekspresi sedikit melayang.
"Ada apa? Tidak kenal lagi?" Xiao Wu tertawa.
"Tang San" segera menggelengkan kepala untuk menutupi rasa canggungnya, "Ayo, siang ini ke mana pun kamu mau, aku akan menemanimu."
Akademi memang terletak strategis di pusat kota, begitu keluar gerbang langsung terhubung dengan jalan raya yang lebar. Kota Tian Dou pantas menyandang status ibukota Kekaisaran Tian Dou, dengan jalan-jalan yang bersih dan luas dipenuhi deretan toko. Keramaian yang tak pernah pudar memenuhi jalanan.
Karena keterlambatan Tai Long, Tang San dan Xiao Wu mendapati beberapa restoran yang mereka datangi sudah penuh sesak. Tanpa terasa, mereka telah sampai di pusat kota.
"Kakak, tempat apa itu di sebelah sana?" tanya Xiao Wu sambil menunjuk bangunan berkubah bulat tak jauh di depan.
Bangunan itu terlihat unik, bentuknya bulat sempurna seperti setengah bola yang menempel di tanah. Tak ada plang nama, hanya simbol palu terpampang di atasnya.
Tang San teringat perkataan Master, palu itu bukan sekadar simbol pandai besi, "Itu mungkin balai lelang. Lambang palu itu pasti simbol palu lelang khusus."
Mata Xiao Wu berbinar, "Balai lelang? Boleh kita lihat? Aku ingat Master pernah bilang, hanya di ibukota dua kerajaan besar ada balai lelang kelas atas yang bahkan menjual Spirit Bone."
Tang San mengenal balai lelang justru karena Spirit Bone. Benda itu adalah harta karun yang didambakan semua Ahli Jiwa. Dalam tingkat jiwa tertentu, Ahli Jiwa bisa memperoleh Cincin Jiwa walau kualitasnya bervariasi. Namun Spirit Bone adalah perkara berbeda sama sekali.
Kelangkaan Spirit Bone membuatnya menjadi incaran segelintir Ahli Jiwa. Siapapun yang memiliki Spirit Bone akan berusaha menyembunyikannya mati-matian agar tidak diketahui orang lain. Banyak sekali insiden berdarah yang terjadi karena Spirit Bone. Bahkan Spirit Bone paling biasa pun bisa dijual dengan harga selangit.
Meskipun Kuil Wuhun secara resmi melarang praktik perburuan Binatang Roh secara besar-besaran untuk mendapatkan Spirit Bone, tetap banyak Ahli Jiwa yang nekat mengandalkan kemampuan mereka. Tentu saja, tidak banyak yang mau menjual Spirit Bone. Kebanyakan saling bertukar.
Untuk mendapatkan Spirit Bone yang lebih cocok atau barang-barang berharga lainnya.
Tang San juga sangat tertarik dengan balai lelang ini, "Xiao Wu, ayo kita makan dulu. Setelah makan baru kita lihat-lihat."
Mendengar soal makan, Xiao Wu geram, "Ini semua salah Tai Long yang menyia-nyiakan waktu! Kedai enak di depan akademi sudah penuh semua. Kok bisnis restoran semuanya ramai sekali? Sampai tidak ada tempat duduk tersisa."
Tang San mengangkat bahu pasrah, "Tapi kita tidak mungkin pergi ke balai lelang dengan perut kosong. Kota Tian Dou sebesar ini, pasti ada tempat makan."
Xiao Wu tiba-tiba tersenyum, "Lihat di sana, ada yang jual makanan cepat saji. Kita makan sembarangan saja."
Tang San mengikuti arah tunjuk Xiao Wu. Terlihat seorang kakek sedang mendorong gerobak sambil berteriak jualan. Di atas gerobak terdapat beberapa kuali besar. Di sampingnya ada keranjang bambu yang ditutupi selimut penghangat.
“Pak, berapa harga nasi ini?” Xiao Wu berlari-lari kecil mendekat dan bertanya.
Melihat Xiao Wu adalah gadis kecil yang imut, sang tua langsung tersenyum: “Nak, nasi kotak saya rasanya enak sekali. Hari ini dagangan lumayan laris, sisanya tinggal sedikit. Saya kasih diskon. Dua koin tembaga per porsi, boleh nambah. Bagaimana?”
“Terima kasih.” Xiao Wu cepat-cepat mengeluarkan empat koin tembaga dari bajunya, “Saya mau dua porsi. Kakak, ayo cepat makan.”
Sang tua membuka beberapa tutup panci, terlihat dua lauk daging dan dua sayur yang dihidangkan rapi. Di keranjang bambu tersusun mantou putih bersih. Meski tidak terlalu panas, masih terasa hangat.
Xiao Wu mengambil mantou untuk Tang San terlebih dahulu, baru kemudian mengambil satu untuk dirinya. Setelah menerima lauk yang dihidangkan sang tua, ia makan dengan lahap. Meski hanya nasi kotak murah, wajahnya tetap berseri-seri.
Tang San berdiri di samping Xiao Wu, ikut menyantap nasi kotak sambil memandangi wajah puas gadis itu. Untuk sesaat, ia seperti terpana.
Sesekali Xiao Wu menyendoki daging dari porsinya ke mangkuk Tang San, sementara ia sendiri hanya memakan sayur dan sisa daging.
“Xiao Wu, kamu juga harus makan.”
Xiao Wu tersenyum: “Aku memang makannya sedikit. Lagipula, kamu sedang dalam masa pertumbuhan. Master pernah bilang, pria harus banyak makan daging, kalau tidak akan kehabisan tenaga.”
Kalimat sederhana ini menghantam bagian paling lembut di kedalaman hati Tang San. Secara tiba-tiba, kebingungan dan keraguan beberapa hari terakhir seakan terlepas dari ikatan. Tang San terdiam di sana, memandang Xiao Wu dengan pancaran aneh di matanya.
"Kakak, ada apa? Kenapa akhir-akhir ini kakak sering melamun? Apa kakak tidak enak badan?" Xiao Wu mengangkat tangan dan menyentuh dahi Tang San.
Tang San meletakkan mantou di tangannya, menggenggam erat tangan Xiao Wu. Pada detik kilat itu, tiba-tiba dia memahami segalanya. Memandang wajah manis penuh perhatian Xiao Wu di depannya, Tang San merasakan darahnya mendidih, "Xiao Wu, apapun yang terjadi di masa depan, aku akan tetap menjagamu seperti sekarang. Kamu selamanya akan menjadi Xiao Wu tercinta bagiku."
Xiao Wu tertegun sejenak. Meski tak mengerti mengapa Tang San mengatakan hal ini sekarang, hatinya tetap hangat. Dengan senyum manis dia berkata, "Kakak, aku tahu kakak yang paling baik padaku. Cepat makan. Nanti masakannya dingin."
Tang San kembali mengambil mantou. Mungkin karena beban hatinya telah terurai, nafsu makannya menjadi sangat besar. Ia makan mantou dan lauk-pauk dengan lahap, wajahnya kembali dipenuhi senyum khasnya yang biasa.
"Sebelumnya, si tua melihat Tang San dan Xiao Wu adalah anak-anak, awalnya berpikir mereka tidak bisa makan banyak, sehingga memberikan janji makan sepuasnya. Tapi menyaksikan Tang San semakin banyak makan, wajahnya tak bisa tidak berkerut sedih. Penjual prasmanan bertemu raksasa perut, betapa tragisnya.
Tang San terus makan sampai kekenyangan baru mengakhiri makan siang ini.
"Pak Pemilik, terima kasih. Nasi kotak buatanmu sangat enak." Tang San mengangguk sopan ke pemilik warung, pergelangan tangannya berputar, sebuah koin perak telah diletakkan di atas gerai.
"Anak muda, ini mau apa?" Pemilik warung tertegun, lalu berteriak memanggil Tang San dan Xiao Wu yang sudah mulai menjauh.
Tang San menoleh sambil tersenyum, "Ini hak Bapak." Setelah berkata demikian, ia menarik Xiao Wu pergi dengan langkah lebar. Bagi dirinya, ini sama sekali bukan sekadar makan siang biasa.
Xiao Wu merasakan genggaman tangan Tang San sangat erat, senyum di wajahnya tampak sudah normal kembali. Dia yang selalu cerdik ini tidak banyak bertanya, dengan semangat tinggi berjalan menuju gedung lelang.
Semakin dekat, baru bisa benar-benar merasakan skala bangunan melingkar itu.
Berdasarkan pengamatan Tang San, setengah lingkaran yang menempel di tanah ini diameternya setidaknya mendekati 500 meter, titik tertingginya melebihi 80 meter. Meski sedikit lebih sederhana dibandingkan Great Soul Fighting Arena yang pernah dilihatnya, perlu diketahui ini hanyalah gedung lelang yang tidak membutuhkan penonton.
Dan, Kota Tian Dou ini adalah ibu kota Kekaisaran Tian Dou, bisa digambarkan sebagai "setiap jengkal tanah bernilai emas". Ini menunjukkan betapa pentingnya tempat lelang ini di seluruh Kota Tian Dou, dengan latar belakang yang sangat misterius.
Pintu masuk balai lelang juga berbentuk setengah lingkaran, sama seperti keseluruhan bangunannya yang berwarna putih susu. Di depan pintu berdiri empat gadis muda bertubuh jenjang.
Gadis-gadis ini jelas melalui seleksi ketat. Tidak hanya tinggi badan mereka sekitar 1,75 meter, tetapi proporsi tubuh mereka juga sangat seimbang. Meski bukan kecantikan sempurna, wajah mereka yang manis cukup menarik, terlihat paling berusia 20 tahun.
Mereka mengenakan gaun panjang sampai mata kaki yang bahkan menutupi lengan, tidak memperlihatkan sedikit pun kulit berlebih. Namun gaun tersebut sangat pas di badan, mengikuti lekuk tubuh mereka yang indah.
Gaun putih salju itu dihiasi sulaman pola perak yang samar-samar membentuk karakter tulisan, tapi Tang San dan Xiao Wu sama-sama tidak bisa mengenalinya. Keempat gadis itu berdiri dengan pose seragam, tangan disatukan di depan, tersenyum ramah - meski senyum profesional, tetap mudah menimbulkan kesan baik.
