Seorang pria paruh baya berpenampilan elegan memasuki aula didampingi sesepuh berbaju putih. Seandainya Tang San dan Xiao Wu ada di sini, pasti akan mengenali pria ini sebagai penawar di balai lelang yang bahkan Pangeran Xue Xing tak berani macam-macam.
Dialah ayah Ning Rongrong, pemimpin Sekte Qibao Glazed, Ning Fengzhi - ahli jiwa pendukung terhebat di daratan.
Ning Fengzhi langsung melihat putrinya, lalu bergegas melangkah mendekat, "Nak, kenapa membelakangi Ayah? Sudah hampir setahun, Ayah sangat merindukanmu!"
Ning Rongrong berbalik tajam, "Merindukanku? Mustahil. Ayah pasti senang kalau aku tidak pulang."
Melihat ekspresi kesal putrinya, Ning Fengzhi merasa iba. Ia duduk di sofa dan mencoba memeluk putrinya. Namun Ning Rongrong berputar menghindar.
Gagal memeluk putri, Ning Fengzhi terkejut. Meskipun dia adalah Ahli Jiwa bantuan, Soul Power-nya yang mencapai level 70 lebih telah memodifikasi tubuhnya jauh melebihi manusia biasa.
Ning Rongrong mewarisi Hunwu-nya yang juga bertipe pendukung. Gerakan spontannya tadi seharusnya cepat, tapi ternyata bisa dihindari dengan mudah oleh putrinya.
Tanpa menyadari keheranan ayahnya, Ning Rongrong langsung berlari ke pria tua berbaju putih dan meringkuk di pelukannya, "Kakek Pedang, Kakek Pedang, Aku sangat merindukanmu. Wuu..." Pertemuan setelah lama berpisah membuat gadis kecil ini menangis haru.
Pria tua berbaju putih segera memeluk tubuh lembutnya dengan penuh kasih sayang, "Sayang, akhirnya kau pulang. Kakek juga sangat merindukanmu!"
Ning Rongrong mengangkat kepala, "Benarkah?"
Orang tua berbaju putih berkata serius, "Tentu saja benar, kalau tidak percaya tanya Kakek Tulangmu."
Ning Rongrong mengedipkan mata besar jernihnya, "Tapi tadi Kakek Tulang bilang padaku, dia lebih merindukanku sedikit dibanding Kakek."
"Bicara omong kosong!" Orang tua berbaju putih sama sekali tidak memberi muka pada orang tua kurus itu, "Yang jelas aku lebih merindukanmu!"
"Kau yang omong kosong!" Orang tua kurus itu bangkit mendadak dari sofa, tinggi tubuhnya yang mengerikan hampir 2,5 meter, ditambah suara parau, membuatnya terlihat semakin menakutkan.
"Tidak terima? Ayo, kita duel di tempat lain!" Orang tua berbaju putih membusungkan dada, menatap lawan tanpa takut.
"Sudah, sudah. Paman Jian, Paman Gu, kalian sudah bertengkar seumur hidup. Rong Rong baru pulang, hari ini cukup lah." Ning Fengzhi menghela napas melihat dua orang tua di depannya.
"Hmph!" Serentak kedua orang tua itu mendengus, saling membelakangi, memusatkan pandangan pada Ning Rongrong.
Ning Rongrong memutar-matanya licik, "Aku punya cara membuktikan Kakek mana yang lebih merindukanku."
Ning Fengzhi menepuk dahinya sendiri, dalam hati berpikir: Penyihir Cilik tetap Penyihir Cilik, baru pulang suasana rumah langsung riuh. Ia tak tahan berkata, "Rong Rong, jangan asal bicara."
Ning Rongrong menjulurkan lidah ke arah ayahnya. Jelas dia sama sekali tidak takut pada ayah ini, kalau tidak dia tidak akan mendapat julukan "Penyihir Perempuan". "Ayah tidak merindukanku, tapi melarang dua kakek merindukanku? Aku pulang dari jauh, tapi Ayah malah tidak ada di rumah. Dua Kakek, begini saja. Kalian berikan masing-masing hadiah untuk Rongrong. Hadiah yang lebih Rongrong sukai berarti yang lebih merindukan Rongrong."
"Hmm..." Kedua orang tua itu saling memandang. Dalam hati mereka berpikir sama: Kenapa jurus ini lagi?
Ning Fengzhi menahan tawa, "Sudah Rongrong, cepat ke sini biar Ayah lihat. Siapa bilang Ayah tidak merindukanmu? Ayah sudah menyiapkan hadiah untukmu. Kalau tidak mau nurut lagi, hadiahnya tidak ada."
"Hadiah? Apa itu?" Begitu mendengar kata "hadiah", Ning Rongrong langsung tertarik. Dia berlari ke depan ayahnya dalam dua tiga langkah.
Ning Fengzhi diam-diam mengangkat tangan hendak memeluk putrinya. Tapi tiba-tiba Ning Rongrong berputar lagi, dengan mudah menghindari tangannya. Bibir kecilnya mencebil, "Kasih hadiah dulu, baru boleh peluk."
Kali ini bukan hanya Ning Fengzhi yang terkejut. Kedua orang tua itu juga saling memandang penuh keheranan.
Karena keunikan Menara Tujuh Permata, bahkan Tuan Bergelar pun tidak bisa melihat tingkat Soul Power-nya.
Ning Fengzhi tergerak hatinya, bertanya, "Rongrong, beri tahu Ayah dulu tingkat Soul Powermu sekarang. Kalau ada peningkatan, baru Ayah kasih hadiah."
Begitu mendengar ayahnya menanyakan Soul Power-nya, Ning Rongrong langsung tampak bangga, "Ayah, bakatku jauh lebih baik daripada Ayah. Tahun ini aku tidak malas sama sekali, Soul Power-nya hanya naik biasa-biasa saja, sekitar Level 10 lah."
"Cuma segitu? Rong Rong, kamu harus lebih giat. Tunggu, kau bilang berapa?" Ning Fengzhi terlalu mengenal putrinya. Sejak kecil, Ning Rongrong paling membenci latihan. Meski berbakat luar biasa, dia selalu harus dipaksa untuk berlatih sebentar. Itupun harus ditukar dengan berbagai imbalan.
Ketika menyadari Ning Rongrong mengatakan Level 10, raut ketidakpercayaan langsung terpancar di wajahnya.
Ning Rongrong mengedipkan mata besarnya, memandang ayahnya dengan polos, "Aku bilang Level 10! Memang sedikit, tapi aku akan berusaha lebih giat."
Suara Ning Fengzhi mulai bergetar, "Level 10? Saat kau pergi kau Level 27, berarti sekarang sudah Level 37? Jangan-jangan kau membohongi Ayah?"
Ning Rongrong menjawab, "Ayah jahat, tidak percaya padaku. Meskipun dulu Rongrong nakal, tapi tidak pernah berbohong. Kalau tidak percaya, mintalah dua Kakek ini memeriksa." Sambil berkata demikian, dia langsung berlari ke depan orang tua berbaju putih dan mengulurkan tangannya.
Orang tua berbaju putih menggenggam tangan Ning Rongrong. Setelah beberapa saat, wajahnya dipenuhi ekspresi takjub. "Feng Zhi, benar. Soul Power gadis ini sudah mencapai Level 37. Ini benar-benar luar biasa. Aku belum pernah mendengar ada yang bisa meningkatkan Soul Power sebanyak 10 level dalam setahun. Bahkan anak muda yang dijuluki Tuan Bergelar termuda dulu pun tidak bisa. Apakah Rong Rong keluarga kita benar-benar jenius? Ataukah Akademi Shrek memang sehebat itu?"
Ning Rongrong penasaran bertanya, "Kakek Pedang, bagaimana Kakek tahu aku pergi ke Akademi Shrek?"
Orang tua berbaju putih tersenyum, "Bagaimana mungkin tidak tahu? Kamu adalah harta berharga kami. Setiap pergerakanmu selalu dipantau oleh Ayahmu."
Wajah Ning Fengzhi kini berubah serius. Proses kultivasi Ahli Jiwa adalah hal yang sangat dipahami olehnya dan dua penasihat keluarga yang hadir di sana.
Seorang Ahli Jiwa yang ingin meningkatkan Kultivasinya harus melangkah dengan mantap. Jika terlalu terburu-buru, nyawanya akan langsung terancam.
Di dunia Ahli Jiwa juga ada metode kultivasi sesat yang menukar nyawa sendiri untuk meningkatkan kekuatan lebih cepat. Dia sama sekali tidak ingin putrinya diajari metode seperti itu di Akademi Shrek.
Jika benar demikian...
Memikirkan hal itu, mata Ning Fengzih mulai memancarkan aura pembunuhan.
Orang tua berbaju putih dan orang tua kurus itu jelas juga memikirkan kemungkinan yang sama. Wajah kedua orang itu langsung muram.
Ning Rongrong melihat dua kakek di depannya, lalu menatap ayahnya dengan bingung, "Ada apa dengan kalian? Kenapa tiba-tiba diam semua?"
Ning Fengzhi berdiri dan mendekati putrinya, "Rong Rong, segera ceritakan semua detail latihanmu selama setahun terakhir di Akademi Shrek. Jangan ada yang terlewat. Aku harus tahu alasan peningkatan Soul Power-mu yang begitu cepat ini."
Jika putrinya benar-benar mempraktikkan metode kultivasi terlarang itu, masih mungkin untuk diperbaiki mengingat hanya setahun. Sebagai tokoh terkemuka Ahli Jiwa bantuan, mungkin masih ada cara untuk menyelamatkan situasi.
Ning Rongrong memandang ayahnya dengan tatapan bingung, "Ayah, kau baik-baik saja? Dulu kau mengeluhku malas saat tidak rajin berlatih, sekarang ketika Soul Power-ku meningkat pesat, kenapa malah panik begini?"
Ning Fengzhi berkata dengan serius, "Aku khawatir kau tersesat jalan. Ini bukan lelucon. Segera jelaskan proses latihanmu!"
Meski biasanya tidak takut pada ayahnya, Ning Rongrong gemetar menghadapi keseriusan Ning Fengzhi, "Saat aku kabur ke Akademi Shrek dan bergabung, baru kusadari akulah yang terlemah di antara..."
Ning Rongrong mulai bercerita dari awal masuk Akademi Shrek, menjelaskan proses latihannya, termasuk deskripsi singkat tentang kelompok mereka yang dijuluki Shrek Tujuh Monster.
Ketika Ning Rongrong menceritakan penolakan awal anggota Shrek Tujuh Monster lainnya terhadapnya, orang tua kurus di sampingnya tak bisa menahan diri berkata: "Rong Rong, apa kau tidak salah? Anak-anak sebaya mu di sana lebih kuat darimu?"
Ning Rongrong tersenyum kecut: "Sudah kuduga kalian tidak percaya. Dekan Flender kami punya kata-kata mutiara: Akademi Shrek hanya menerima monster, bukan orang biasa. Bahkan dia memanggil kami monster kecil."
Orang tua berbaju putih berkata: "Jika benar seperti yang kau katakan, kalian memang pantas disebut monster kecil. Akademi Shrek memang sesuai dengan reputasinya. Tapi meski begitu, aku tetap tidak percaya mereka bisa membantumu meningkatkan Soul Power sebanyak 10 level dalam setahun."
Ning Rongrong menjelaskan: "Dengarkan lanjutannya..." Dia melanjutkan cerita tentang kedatangan Master ke Akademi Shrek dan proses pelatihan intensif mereka. Mendengar deskripsinya, Ning Fengzhi dan dua orang tua itu perlahan menunjukkan ekspresi tercerahkan sekaligus takjub.
Narasi Ning Rongrong berlanjut sampai masuknya mereka ke akademi Shrek yang baru: "...Dua bulan lalu, setelah mencapai breakthrough level 30, dengan bantuan para guru, aku akhirnya mendapatkan Cincin Jiwa ketigaku."
