“Aku sangat melihat potensi pada anak bernama Tang San. Dengan kemampuan dan bakatnya, aku yakin tidak lama lagi dia akan menonjol di kalangan Ahli Jiwa. Anak ini jelas tipe yang tidak suka dibatasi, tapi juga tidak ambisi akan ketenaran. Buktinya dia berikan ramuan berharga itu ke Rekannya. Untuk anak yang berpotensi menjadi penguasa di masa depan, kita cukup menjalin hubungan baik. Bahkan kupikir, jika memungkinkan melalui cara pernikahan untuk mengikat hatinya pada Sekte Qibao Glazed kita, ini pilihan yang bagus.”
“Pernikahan politik? Tapi bukankah Rong Rong bilang dia sudah punya kekasih?” Gu Rong bertanya bingung.
Ning Fengzhi tersenyum tenang, "Seberapa hebat pun dia sekarang, dia masih hanya seorang anak. Sebagai anak, pola pikirnya belum matang. Siapa tahu perubahan apa yang akan terjadi di masa depan? Apakah putriku tidak pantas untuknya? Ini masih spekulasi, semuanya tergantung perkembangan anak ini dalam beberapa tahun ke depan. Jika dia bisa mempertahankan laju pertumbuhan secepat ini, aku sudah punya strategi. Paman Gu, jangan beri tahu siapa pun tentang hal hari ini setelah kembali, terutama kemungkinan Tang San berasal dari Sekte Haotian. Aku tidak ingin orang Sekte Haotian menghampirinya. Meski Tang Hao telah meninggalkan sekte, akar darahnya tetap di sana. Bahkan sekarang, tak ada yang berani menyangkal statusnya sebagai salah satu Dua Jagoan Haotian. Jika Tang San benar-benar kembali ke Sekte Haotian, situasinya akan rumit."
"Aku mengerti." Gu Mang mengangguk. Dia bisa melihat masih ada hal yang belum diungkapkan Ning Fengzhi, tapi itu tidak penting baginya. Selama Ning Fengzhi sebagai pemimpin Sekte Qibao Glazed bisa melihat semuanya dengan jelas, itu sudah cukup.
Ketika Tang San kembali ke asrama, dia menemukan Oscar, Zhu Zhuqing, Ma Hongjun, dan Xiao Wu sudah menunggunya. Saat dia baru saja masuk, Ning Rongrong juga sudah menyusul dari belakang.
"Apa kalian ingin menanyakan sesuatu padaku?" Tatapan Tang San menyapu seluruh orang di ruangan itu, raut pahit terpancar di wajahnya.
Oscar pertama kali menggelengkan kepala, "Aku tidak punya pertanyaan. Urusanmu adalah urusanmu sendiri. Yang aku tahu, kau adalah anggota ketiga Shrek Tujuh Monster."
Ma Hongjun menggaruk kepalanya, "Aku sampai sekarang belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ingin bertanya pun tidak bisa."
Zhu Zhuqing di sisi lain berkata, "Kamu juga tidak pernah menanyakan latar belakang kami, setiap orang punya privasinya sendiri, itu adalah dunia pribadi masing-masing."
Xiao Wu menyambung, "Yang kami pedulikan hanyalah dirimu, tidak ada hubungannya dengan yang lain. Kamu kembali dengan selamat, itu sudah melegakan kami semua."
Ning Rongrong kesal, "Xiao Wu, apakah ayahku akan menyakiti Xiao San? Dengarkan, aku beri tahu rahasia - Xiao San baru saja kaya raya. Dia menjual 500 set Senjata Rahasia ke ayahku dengan total nilai lima juta koin emas!"
"Apa?!" Oscar langsung melompat dari tempat tidur, memandang Ning Rongrong dengan semangat, "Rong Rong, di mana tempat termahal di Kota Tian Dou ini?"
Ning Rongrong terkejut, "Mau melakukan apa kamu?"
Oscar menunjuk Tang San, "Tentu saja 'memukul tuan tanah dan membagi-bagikan lahan'."
Ning Rongrong terkekeh, "Kalau mau 'memukul tuan tanah', tunggulah beberapa hari. Tidak lihat San Ge capek? Coba kamu tahan tekanan aura Roh Dou Luo selama itu."
Oscar melirik Tang San dengan niat jahat, "Lagipula dia sekamar denganku, tidak bisa kabur. Sudah, karena Xiao San lelah, kalian semua pulanglah. Biarkan dia istirahat."
Semua mengangguk, pandangan Xiao Wu ke Tang San penuh perhatian, tapi saat ini perasaan Tang San sangat kacau dan tidak membalas pandangannya.
Bahkan Oscar sendiri telah pergi dari asrama bersama yang lain, menyisakan Tang San sendirian di dalam kamar.
Duduk di tempat tidur, merasakan kehangatan sinar matahari dari jendela yang menyinari tubuhnya, hati Tang San justru dipenuhi kegelisahan.
Ayah, di manakah kau sebenarnya? Siapa yang bisa memberitahuku, apa yang sebenarnya terjadi? Semua perkataan orang-orang begitu ambigu. Jika ayah berasal dari Sekte Haotian, bahkan merupakan salah satu dari Dua Dou Luo Haotian, mengapa dia bisa merosot menjadi pemabuk? Sejak kecil pun dia tidak pernah mengajarkanku pengetahuan apa pun tentang Hunwu. Satu-satunya warisan yang ditinggalkannya hanyalah keterampilan penempaan sederhana dan Teknik Palu Angin Kacau.
Ayah telah menghilang selama delapan tahun. Apa yang dia lakukan selama ini? Mengapa sampai sekarang dia tidak datang mencariku?
Titan dan Klan Kekuatannya mengundurkan diri dari Sekte Haotian demi ayah. Dari sini bisa disimpulkan bahwa kepergian ayah dari Sekte Haotian dulu pasti disebabkan oleh konflik dengan sekte tersebut. Konflik inilah yang menjadi kunci utama. Dari mana asal konflik ini? Bagaimana ibuku meninggal? Mungkin, semua kunci jawaban ini terletak pada sosok ibuku.
Menyendiri di kamar dengan pikiran yang tenang, Tang San perlahan merapikan semua informasi yang didapat hari ini dalam benaknya. Meski begitu, segalanya tetap sangat membingungkan. Dia masih belum bisa memahami apa sebenarnya inti permasalahan ini.
Saat Tang San sedang merenung di kamarnya, Oscar juga sedang melakukan hal paling krusial dalam hidupnya.
Keluar dari asrama, Xiao Wu pulang ke kamarnya dengan perasaan khawatir, Zhu Zhuqing seperti biasa pergi berlatih, Si Gendut pergi setelah mendapat isyarat dari Oscar. Kini hanya tersisa Oscar yang menemani Ning Rongrong.
"Rong Rong, tak kusangka kau kembali secepat ini. Sekarang mau kemana?" ujar Oscar sambil tersenyum.
Ning Rongrong tampak bingung, "Aku juga tidak tahu. Ingin berlatih tapi tak bisa konsentrasi. Ayah mengusirku keluar, entah apa yang dibicarakannya dengan Kakek Tulang. Mungkin mereka masih perlu berbicara dengan Guru Zhao. Apa buruknya aku cepat kembali?"
Oscar langsung menjawab, "Tidak, tentu baik. Kau tak tahu, saat kau pergi, aku khawatir ayahmu tidak mengizinkanmu kembali. Kalau sampai..."
"Apa?" Ning Rongrong berhenti berjalan, memandang Oscar dengan penuh tanya.
Sebelum Ning Rongrong kembali, Oscar sebenarnya sudah mengumpulkan keberanian. Tapi kini menghadapinya, melihat pipi merah muda yang lembut itu, entah mengapa keberaniannya menghilang.
"Katakanlah! Laki-laki sejati tidak boleh terlalu lamban!" Ning Rongrong tak sabar menendang betis Oscar.
Akhirnya Oscar memberanikan diri, "Rong Rong, bisakah kau memberiku jawaban?"
“Memberikanmu sebuah jawaban?” Jantung Ning Rongrong berdegup kencang, seolah sudah menyadari sesuatu. Perempuan memang lebih peka dan matang lebih awal dibanding laki-laki, tatkala melihat Mata Peach Oscar yang dipenuhi keanehan, detak jantungnya langsung semakin cepat.
“Ya, berikan aku jawaban. Jika jawabannya negatif, aku akan ikhlas. Saat kita bersama setiap hari, aku tak terlalu merasakan apa-apa. Tapi kali ini saat kau pergi, meski hanya sehari lebih, aku merasa seperti duduk di atas bara. Pikiranku dipenuhi bayanganmu. Jika suatu hari kau benar-benar pergi dariku, aku tak tahu akan menjadi apa diriku. Seperti kata pepatah, sakit yang lama lebih baik diputuskan. Jika kau tak punya perasaan padaku, tolaklah aku sekarang juga. Mungkin aku akan menderita sebentar, tapi itu lebih baik daripada menderita seumur hidup.”
Mendengar perkataan Oscar, Ning Rongrong membelalakkan matanya. Ia menyadari Oscar hari ini tidak hanya memakai baju rapi dan bersih, tapi juga telah mencukur bersih janggutnya. Meski Mata Peach-nya memancarkan kesungguhan, namun tetap memberi kesan yang memesona. Wajah tampannya bagai gelombang yang menerjang jantungnya tanpa henti.
“Kamu... kenapa bicara begitu. Kita masih kecil.” Ning Rongrong menundukkan kepala panik, tak berani menatap mata Oscar. Hatinya berdebar seperti rusa yang berlari, bingung tak tahu harus berbuat apa.
Oscar mengangkat tangannya dan menggenggam bahu ramping Ning Rongrong, "Rong Rong, lihat aku. Aku hanya butuh satu jawaban darimu. Apapun jawabannya, saat ini aku masih bisa menerimanya. Jika benar-benar menunggu sampai kita dewasa, mungkin saat itu aku benar-benar tidak akan tahan."
Pilihan yang dia berikan pada Ning Rongrong terlihat sederhana: terima aku, atau tolak aku.
"Tapi..." Hati Ning Rongrong sudah kacau, bahkan lebih kacau daripada Tang San sebelumnya. Merasakan aura Oscar, dia tak sanggup mengucapkan kata penolakan, namun juga tak bisa langsung menerima. Dia tahu, meskipun Ayah sangat memanjakannya, dan ada dua Kakek yang melindunginya, begitu menyangkut peraturan sekte, Ayah pasti tidak akan toleransi.
"Di hatimu juga ada aku, bukan?" Oscar melihat sikap Ning Rongrong yang seolah menolak tapi juga menerima, tak kuasa menahan diri untuk tidak berseru.
"Aku..." Ning Rongrong ingin menolak Oscar. Secara logika, dia tahu hampir mustahil baginya bersama Oscar. Namun ketika melihat pancaran api dalam Mata Peach Oscar, jiwanya seolah tersiram kehangatan, satu kata penolakan itu tak juga bisa terucap.
“Rong Rong, di hatimu ada aku, bukan? Tidak bicara berarti setuju. Jika tidak ada, kamu pasti akan langsung menolakku. Baiklah, aku tidak memaksamu, kita masih kecil sekarang. Asalkan aku tahu bahwa aku masih punya kesempatan, itu sudah cukup. Tenang saja, aku pasti akan berusaha keras. Meskipun aku tidak punya latar belakang apapun, aku pasti akan mendapatkan pengakuan dari Ayahmu dengan usahaku sendiri, membuatnya menikahkanmu denganku.”
