Di bawah tatapan tertegun tak berkutik para hadirin, Liu Erlong yang berubah menjadi Naga Merah menyemburkan api kemarahan mengerikan dari matanya. Menghadapi Raja Bumi yang menggeliat di bawahnya, ia mengangkat cakar depannya.
"Hati-hati!" teriak Master dari kejauhan, karena dari sudut pandangnya ia bisa melihat ekor kalajengking panjang Raja Bumi yang sedang diayunkan.
Meski semburan api dari ekor kalajengking itu sama sekali tidak mempan melawan Naga Merah yang se-attribut, kekuatan serangannya sendiri sangat dahsyat. Bagaimanapun juga, ini adalah Binatang Roh dengan kultivasi mendekati lima ribu tahun.
Liu Erlong segera menunjukkan sisi brutalnya. Satu cakar belakang masih menginjak punggung Raja Bumi, sementara cakar belakang lainnya diangkat lalu dihempaskan dengan keras. Bum! Seluruh ekor Raja Bumi terbenam ke dalam tanah, kait merahnya bergetar lemah tak berdaya.
Dalam hal kekuatan, Binatang Roh Milenia ini sama sekali bukan lawan Liu Erlong.
Cakar depan yang terangkat menghantam bersamaan, menampar kepala Raja Bumi dengan keras. Liu Erlong meraung garang, "Kuberikan kau merusak urusan baik nyonya tua!"
Teriakan tajam Raja Bumi terputus tiba-tiba. Kini hanya dua capit depannya yang masih berada di atas tanah dari tubuh besarnya.
"Hari ini nyonya tua takkan berhenti menyiksamu sampai mati, atau namaku bukan Liu Erlong!"
Boom, boom——
Tanpa menggunakan skill sama sekali, Liu Erlong hanya mengandalkan kekuatan fisik setelah transformasi tubuh naga merah. Kedua cakarnya menghantam capit depan Raja Bumi tanpa ampun, lalu menyusur ke bawah tepat di persambungan capit dengan tubuh.
Suara retakan mengerikan terdengar. Kepala dan ekor Raja Bumi bergetar hebat, tapi kekuatan Liu Erlong terlalu dahsyat. Bagaimanapun ia meronta, tak mungkin bisa melepaskan diri.
Dua suara sobekan keras. Sepasang capit besar kalajengking itu tersobek hidup-hidup oleh Liu Erlong. Darah merah gelap menyembur deras.
Tapi bagi Liu Erlong, ini baru permulaan.
Di bawah tatapan tertegun tak berkutik semua orang, tubuh raksasa Liu Erlong berputar. Sebuah cakar depan mencengkeram kait ekor Raja Bumi - senjata pamungkas yang super keras dan bersuhu ekstrem.
Hanya Liu Erlong, Ahli Jiwa menyeramkan dengan atribut api yang sama, yang berani langsung menangkap seperti ini.
Sesaat kemudian, Liu Erlong melompat turun dari tubuh Raja Bumi. Tentu saja ini bukan berarti melepaskannya.
Cakar depannya mengayun, mengangkat Raja Bumi yang tertancap di tanah lalu menghantamkannya keras ke permukaan tanah.
Di tangan Liu Erlong, Raja Bumi bagaikan karung tua yang sobek, terus diayunkan dan dihantamkan berulang kali.
Adegan kekerasan itu membuat perut semua orang mual. Bahkan Tang San yang biasa tenang ingin bertanya pada gurunya: "Apakah dia benar-benar manusia?"
Saat ini, Shrek Tujuh Monster tak ada yang berani mendekat untuk membujuk Liu Erlong bahwa Binatang Roh ini masih berguna.
Setelah beberapa kali dihantam, mungkin karena merasa bosan melihat Raja Bumi sudah tak melawan, Liu Erlong berhenti. Tepat ketika semua mengira kekerasan telah usai, terdengar gumamannya: "Berani-beraninya kau merusak urusan baik sang nyonya, berani datang di saat seperti ini..."
Setiap kali dia bergumam, satu bagian tubuh Raja Bumi hilang dicabik cakar naganya. Mulai dari kaki-kaki kecil mutasi, lalu ruas ekor kalajengking. Dalam sekejap, Binatang Roh yang seharusnya perkasa ini hanya menyisakan kepala dan badan, dengan puing-puing tubuh dan genangan darah berserakan.
Namun, daya hidup Raja Bumi ini memang luar biasa. Sampai saat ini, ia masih menyimpan satu embusan napas terakhir.
Cakar naga Liu Erlong melemparkan tubuh Raja Bumi membentuk parabola di udara, lalu menghantam keras di depan Shrek Tujuh Monster. "Nah, Si Gendut, ini untukmu. Kamu juga punya atribut api, cocok digunakan."
Saat Raja Bumi menghantam tanah, Shrek Tujuh Monster serentak mundur selangkah. Ketiga gadis sudah pucat pasi menyaksikan adegan mengerikan ini. Jika bukan karena pelatihan khusus Master sebelumnya, mungkin mereka sudah muntah-muntah.
"Ber...berikan untukku?" Ma Hongjun menatap naga merah yang menakutkan itu sambil bertanya dengan ragu.
"Masih belum cepat? Kalau Nyi bilang ambil, ya ambil! Banyak tingkah!" Sorot mata naga Liu Erlong membuat Ma Hongjun hampir terjengkang. Dengan tergopoh-gopoh ia mengakhiri nyawa malang Raja Bumi sambil berusaha menjaga welas asih.
Cahaya merah mereda. Liu Erlong kembali ke wujud manusia. Pandangan penuh gairah tadi telah berubah dingin. Ia melirik Master dengan penuh kekecewaan sebelum langsung masuk tenda untuk tidur.
Kecuali Ma Hongjun yang langsung duduk dan melepas diri Hunwu untuk mulai menyerap Cincin Jiwa, yang lain berdiri kaku seolah takut membuat suara yang mungkin memancing kemarahan Liu Erlong.
Setelah lama, Zhao Wuji melirik tenda di belakangnya dan berbisik: "Sulit dibayangkan, aku tadi berada dalam satu tenda dengan naga humanoid. Flender, dulu kau bilang adik Erlongmu ini berwatak buruk aku tak percaya, dia terlihat begitu mempesona. Sekarang aku tahu, pernyataanmu tidak berlebihan bahkan masih kurang. Aku putuskan, jaga malam selanjutnya tugasku. Jangan ada yang merebut."
Flender mengangguk cepat: "Sebagai guru, aku harus menjaga Si Gendut yang sedang menyerap Cincin Jiwa. Xiao Gang, kau tidurlah. Aku dan Wuji yang akan jaga di sini."
"Tidur apanya!" Master melotot kesal ke Flender. Api dalam hatinya telah padam. Melirik tenda, ia langsung duduk di bawah pohon dan menutup mata tanpa bicara.
Dai Mubai batuk: "Guru Erlong benar-benar idolaku. Baru sekarang aku paham arti kekerasan sejati. Pantas dia dijuluki Sudut Membunuh dari Segitiga Emas."
Xiao Wu, Ning Rongrong, dan Zhu Zhuqing tak mau berlama-lama di luar. Mereka sudah buru-buru kembali ke tenda. Apakah pemandangan ledakan Liu Erlong tadi akan mempengaruhi tidur mereka, hanya mereka yang tahu.
Oscar menarik lengan Tang San: "Sepertinya jaga malam tidak diperlukan lagi. Xiao San, Bos Dai, ayo kita tidur juga."
Kembali ke tenda, karena kehilangan seorang Ma Hongjun, Tang San yang sudah sadar menyuruh Dai Mubai dan Oscar minggir. Dia mengosongkan tempat tidur di antara dirinya dan Xiao Wu sebelum berbaring kembali. Namun, saat ini di tenda yang berisi enam orang, setiap orang terus-menerus membayangkan pemandangan naga merah yang mengamuk.
Inilah kekuatan sebenarnya dari Ahli Jiwa tingkat tinggi - binatang roh berusia lima ribu tahun hancur dalam sekejap, bahkan dengan cara 'khusus' berupa pencincangan.
Malam berlalu tanpa kejadian. Ketika fajar menyingsing dan semua orang bangun dari tidur keluar tenda, Ma Hongjun masih duduk di tempat yang sama seperti semalam. Hanya saja sekarang penampilannya telah mengalami perubahan signifikan.
Yang pertama menarik perhatian adalah empat Cincin Jiwa-nya: Dua Kuning dua Ungu.
Tubuhnya yang sempat menyusut setelah mengonsumsi herbal immortal tingkat dewa kini kembali membulat. Aura keseluruhan tubuhnya dipenuhi ledakan energi api.
Flender berdiri di samping Si Gendut dengan wajah puas. Muridnya yang bisa mendapatkan Cincin Jiwa keempat lebih cepat daripada Tang San memang membuatnya bangga.
Setiap orang punya rasa ingin dipuji, dia pun tak terkecuali.
"Dekan Flender, apakah Si Gendut belum selesai menyerap?" Tang San bertanya heran. Biasanya proses penyerapan Cincin Jiwa hanya membutuhkan Setengah Jam, sementara ini sudah berlangsung semalaman.
Flender berkata, "Sudah selesai diserap sejak lama. Saya yang menyuruhnya terus berlatih, memadukan energi dari Cincin Jiwa sepenuhnya dengan tubuhnya. Raja Bumi ini sangat cocok untuknya. Sepertinya skill Cincin Jiwa keempatnya pasti sangat bagus. Kalian juga harus bekerja keras, carilah Binatang Roh yang cocok secepatnya."
Yang membuat tiga gadis merasa lega adalah mayat Raja Bumi semalam sudah menghilang, jelas dibersihkan oleh Flender dan Zhao Wuji. Namun cekungan di tanah masih mengingatkan semua orang tentang pertarungan sepihak yang terjadi di sini kemarin.
Saat semua anggota selesai mencuci muka sederhana dan sarapan pagi, Ma Hongjun juga sudah bangun dari meditasinya.
Suara fenghuang yang nyaring melengking dari mulutnya. Tubuh gempalnya melompat bangkit, api mengalir di sekujur tubuhnya. Cahaya merah keemasan tiba-tiba menyembur lalu menyusut kembali. Empat Cincin Jiwa menyatu ke dalam tubuhnya. Saat sepasang matanya yang kecil terbuka, sorot mata berkilat tajam. Tampak segar bugar sepenuhnya.
Tepat saat Shrek Tujuh Monster hendak menanyakan perasaan Si Gendut setelah menyerap Cincin Jiwa keempat, teriakan marah terdengar dari tenda lain, "Siapa yang berisik pagi-pagi begini?"
Si Gendut yang tadinya terlihat agak sombong langsung gemetar mendengar suara itu. Tanpa ragu dia menyelinap bersembunyi di belakang Flender.
Flender mengerutkan kening, "Sudahlah, sembunyi apa. Apa Guru Erlong kalian benar-benar akan menyerang kalian? Kalian harus memahaminya, umurnya sudah tidak muda lagi, ada sedikit ketidakseimbangan hormonal. Wajar jika temperamennya sedikit lebih besar."
"Flender, kau ingin mati?" Meski suara Flender sudah direndahkan, pendengaran Liu Erlong lebih tajam.
Sosak naga humanoid yang berpakaian tidak rapi langsung menerobos keluar dari tenda.
