Saat ini, hanya Si Gendut dari Shrek Tujuh Monster yang melepas topeng. Dari belasan siswa Akademi Canghui, hanya dua yang pernah melihat mereka sebelumnya. Sehingga tidak mengenali orang-orang ini.
"Kau bilang siapa kodok lumpur?" Tai Long langsung melompat ke depan.
"Siapa yang pakai seragam hijau kekuningan seperti warna kotoran dialah yang kubilang. Hmm, kurasa kalian masih kurang topi hijau. Kalau ditambah, baru benar-benar sempurna." Yang berbicara adalah seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun yang sebelumnya tidak pernah dilihat Tang San dan kawan-kawan, wajahnya pucat, bertubuh kurus tinggi, matanya kecil penuh ekspresi meremehkan.
"Laozi akan tunjukkan siapa kodok lumpur!" Tinju Tai Long langsung melayang. Temperamennya memang mudah tersulut, diprovokasi seperti ini mana bisa ditahan.
"Tai Long, kembali." Suara Tang San terdengar. Tinju yang baru hendak diayunkan Tai Long terpaksa berhenti di udara. Ia menoleh ke Tang San, "Tuan Tang, aku..."
Tang San berkata dengan tenang, "Banyak bicara tak ada gunanya. Kalau mau berkelahi, tunggu di arena. Tak tahukah kau di sini dilarang duel antar akademi Ahli Jiwa? Dari mana gerombolan anjing kecil putih ini? Apakah ada pemiliknya? Cepat bawa pergi."
Di balik topengnya, ekspresi Tang San tetap tenang, paling hanya menunjukkan sedikit ketidaksabaran. Matanya bahkan tak sekalipun menatap langsung orang-orang dari Akademi Canghui.
"Kau menghina siapa sebagai anjing?" Anggota Akademi Canghui yang tak punya kesabaran langsung mengepung, aura mengintimidasi mereka terasa nyata, tampaknya memang memiliki kemampuan.
Dai Mubai dengan kompak menimpali, "Yang menggonggong di sini adalah anjing. Itupun anjing liar tak bertuan. Xiao San, meski di sini tak boleh berkelahi, membela diri tentu diperbolehkan. Aku tak keberatan mengantar anjing-anjing kecil putih ini pulang."
Murid-murid Akademi Canghui langsung marah. Saat itu, suara berat penuh wibawa bergema, "Apa yang kalian lakukan?"
Mendengar suara itu, wajah para murid Akademi Canghui langsung berubah penuh sanjung. Mereka cepat-cepat membuka jalan. Dari belakang mereka, muncul seorang lelaki tua sekitar 60 tahun. Ia juga mengenakan jubah Ahli Jiwa warna bulan, hanya sulaman di bajunya berwarna emas.
Flender yang tadinya hanya mengamati dari samping, matanya berkedut tak sengaja saat melihat orang ini.
Ma Hongjun bersiul, \"Oh, Tuan dari anjing-anjing kecil putih itu datang. Cepat bawa pergi anjing-anjing putihmu ini. Daripada terus menggonggong di sini. Jangan-jangan buang air sembarangan dan mengotori tempat orang.\"
Yang mengejutkan para anggota Akademi Shrek, Orang tua itu hanya menyapu Ma Hongjun dengan pandangan dingin, tidak marah malah berteriak dengan suara berat: \"Pergi.\" Setelah itu, ia berbalik menuju arah lain di area istirahat. Para murid Akademi Canghui saling pandang, tak ada yang berani protes dan patuh mengikuti.
Si Gendut tertawa terbahak, \"Memang beda kalau Tuannya datang, jadi penurut.\"
\"Sudah, Gendut.\" Flender melototi Ma Hongjun yang baru menutup mulutnya, meski matanya masih menyala tanda tak terima.
Flender mengerutkan kening, \"Tak kusangka Orang tua itu malah pergi ke Akademi Canghui. Sepertinya kualitas murid peserta Akademi Canghui tahun ini bagus. Jangan-jangan kelakuan kasar tadi cuma pura-pura?\"
Ma Hongjun yang paling dekat dengan Flender segera bertanya, \"Guru, siapa kakek tadi? Bapak kenal?\"
Flender mengangguk, "Orang tua itu bernama Shi Nian. Hunwu-nya sangat istimewa, jenis khusus yang memiliki bentuk tapi tak berwujud. Mampu menciptakan berbagai ilusi, membuat orang tersesat dalam mimpi buruk. Dengan kekuatannya sekarang, dia bisa membuat lawan yang terjebak ilusi bunuh diri sendiri. Kami menyebut Hunwu-nya sebagai Mimpi Buruk. Orang tua ini sangat licik, jangan tertipu oleh sikap tenangnya, sebenarnya dia pendendam. Kalian semua harus waspada. Saat pertama aku mengenalnya dulu, Soul Power-nya sudah lebih dari level 60. Sekarang mungkin sudah mencapai level 70-an."
Ilusi? Ada Hunwu seperti itu? Shrek Tujuh Monster serentak terkejut, pikiran mereka sibuk mencari cara melawannya. Tapi sebagian besar wajah mereka terlihat bingung.
Flender berkata, "Hunwu-nya memang sulit dihadapi. Bahkan Ahli Jiwa yang lebih kuat biasanya enggan bertarung dengannya. Sudah, upacara pembukaan akan dimulai. Bersiaplah masuk ke arena. Mu Bai, Tang San, kalian berdua yang memimpin rombongan. Aku duluan ke tribun untuk menyaksikan penampilan gagah kalian."
Tanpa memberi kesempatan protes, Sang Dekan kita yang mulia ini sudah kabur bagai dicas minyak, menghilang dalam sekejap mata.
Benar saja, staf turnamen segera memasuki area istirahat dan mulai mengorganisir para murid yang sudah berkumpul untuk masuk ke arena.
Yang membuat suasana hati semua orang dari Akademi Shrek sedikit tegang adalah para staf seolah mengabaikan keberadaan mereka, satu per satu mengatur akademi lain masuk ke arena, namun melupakan mereka. Hingga akhirnya, saat hanya tersisa satu tim di area istirahat, barulah seorang staf mendatangi dan memandu mereka masuk ke lorong masuk.
Jika bukan karena Tang San dan Dai Mubai yang menahan, kelompok yang sudah menahan amarah ini hampir meledak.
Meski menjadi yang terakhir memasuki area pertandingan, saat mereka melangkah masuk, semua langsung terpana oleh pemandangan di depan mata.
Di sekitar alun-alun luas nan megah, ribuan penonton bersorak riuh. Di depan area tengah terdapat podium utama dengan latar belakang keemasan, di belakang podium tersebut adalah area VIP yang telah direnovasi.
Area seluas diameter lebih dari 150 meter ini telah diisi formasi rapi akademi-aakademi yang masuk lebih dulu. Setiap akademi yang masuk akan diperkenalkan oleh pembawa acara khusus di podium.
"Yang terakhir masuk adalah tim peserta dari Akademi Shrek. Akademi Shrek sebelumnya bernama Akademi Lanba, berganti nama setahun lalu. Lihat, kostum unik mereka sangat mencolok! Sebanyak sebelas siswa berpartisipasi. Slogan pendaftaran mereka adalah: Juara tanpa lawan. Sungguh slogan yang provokatif, semoga penampilan mereka memuaskan."
Mendengar ucapan pembawa acara di podium, riuh rendah tawa terbahak-bahak dan teriakan penonton langsung memenuhi tribun.
“Sial, Laozi sudah tidak tahan lagi.” Dai Mubai berjalan sambil mengepal kedua tinju, Tang San di belakangnya jelas merasakan otot-otot seluruh tubuh Dai Mubai telah mengencang, siap meledak kapan saja.
“Bos, tahanlah sebentar. Nanti di pertandingan, kita akan membuat mereka diam dengan kekuatan kita.” Tang San menepuk bahu Dai Mubai.
Dai Mubai menoleh memandang Tang San, menarik napas panjang dan berusaha menenangkan diri. Andai hanya dirinya sendiri, mungkin sudah lama meledak. Tapi sebagai kapten tim, bagaimana bisa memimpin tim jika tidak bisa mengendalikan emosi?
Akhirnya seluruh peserta akademi telah masuk. Tim Akademi Shrek berdiri di barisan paling belakang.
Tang San tidak menghiraukan ejekan sekitar. Ia terus mengamati lingkungan dengan cermat - Great Soul Fighting Arena ini jelas arena terbesar yang pernah dilihatnya. Tribun penonton berkapasitas 80.000 orang dengan dekorasi dominan warna perak, meski masih pagi tetapi sudah diterangi perangkat pencahayaan magis khusus, menciptakan kesan megah dan mewah.
Saat pandangannya jatuh ke tribun tamu terhormat, dia malah melihat beberapa wajah familiar. Salah satunya adalah Pangeran Xue Xing yang pernah mengusir mereka dari Akademi Kekaisaran Tian Dou, bersama ketiga komisioner akademi tersebut. Mereka semua duduk di baris kedua tribun tamu. Sementara baris pertama hanya diisi oleh tiga orang.
Di tengah duduk seorang pria berbaju jubah merah keemasan, mengenakan mahkota berlian bersinar. Wajahnya seperti bulan kuno, terlihat sedikit lebih tua dari Pangeran Xue Xing dengan kemiripan di raut wajah. Namun aura yang dipancarkannya jauh melebihi sang pangeran. Meski terlihat sepuh, posisi duduknya yang tegak menciptakan kesan sebagai pusat gravitasi - seolah seluruh ruangan berputar di sekelilingnya.
Tanpa perlu bertanya, Tang San sudah menebak identitas pria ini. Jika Pangeran Xue Xing saja duduk di baris kedua, maka pria di baris pertama tengah pastilah Kaisar Tian Dou sendiri. Di sebelah kirinya duduk lelaki lebih tua berbaju jubah merah menyala, mengenakan mahkota platinum segi lima. Matanya terpejam seperti tertidur, tubuh kurusnya tegak bagai tombak.
Di sebelah kanan kaisar, duduk seseorang yang sangat dikenali Tang San - Ning Fengzhi, ayah Ning Rongrong sekaligus Pemimpin Sekte Qibao Glazed.
Ning Fengzhi hari ini mengenakan jubah putih panjang dengan Mahkota Tujuh Harta Emas Ungu yang melambangkan statusnya. Sebagai salah satu Pemimpin Sekte Tiga Kelas Atas dari Tujuh Sekte Besar, dia sepenuhnya berhak duduk di posisi ini. Sementara orang berbaju merah di sebelahnya, Tang San bisa menilai dari Mahkota Platinum Pentagonal di kepalanya bahwa pria ini adalah Uskup Platinum dari Kuil Wuhun.
Penguasa tertinggi Kuil Wuhun tak lain adalah Paus. Di bawah Paus, terdapat Empat Uskup Agung yang menggunakan mahkota platinum pentagonal sebagai simbol status. Orang di depan mata ini jelas salah satu Uskup Platinum. Untuk menduduki posisi ini, dia pastinya adalah Kepala Kuil Suci Wuhun Kota Tian Dou yang memiliki status sangat mulia.
Saat itu, Ning Fengzhi seakan merasakan tatapan Tang San. Matanya yang berputar kebetulan bertemu dengan Tang San. Dia tersenyum tipis dan mengangguk lembut.
