Tubuhnya melesat lagi, benang petir bergerak mengikuti tubuh rampingnya yang anggun. Di udara, tubuh Xiao Wu tiba-tiba melipat dengan pusat di pinggang, membuat gerakan yang hampir mustahil dilakukan manusia biasa, berhasil menghindar hanya beberapa inci dari benang petir.
Saat itu, jaring petir di atas sudah menutup, tubuh Xiao Wu belum mendarat. Sepertinya mustahil baginya untuk menghindar. Tepat pada detik itu, Xiao Wu menghentakkan kepala ke belakang, kepang kalajengking panjangnya menyentak tanah. Memanfaatkan gaya pantul kecil itu, tubuhnya terlempar beberapa meter lagi. Membuat waktu tertutupnya jaring petir tertunda. Waktu sepersekian detik ini memungkinkan tubuhnya yang terbalik itu mendarat di tanah.
Kedua lengan menopang tanah, Tendangan Pinggang diaktifkan. Tapi kali ini, Xiao Wu tidak menghindar ke luar. Tubuhnya seperti peluru meriam, langsung menerjang ke arah jaring petir.
Kedua kaki menegang lurus, saat ini dia bagaikan anak panah yang melesat dari busur. Yang mengejutkan, saat tubuh Xiao Wu melesat, posisinya justru tegak lurus dengan jaring petir. Titik yang dipilihnya untuk menembus juga tepat pada celah yang agak besar di jaring tersebut.
Sreeeek! Tubuh Xiao Wu berhasil menembus keluar, namun sekujur tubuhnya menyala oleh rangkaian kilatan listrik biru.
Di luar arena pertandingan, Tang San sudah berdiri dengan kedua tangan mengepal. Situasi di arena jelas di luar perkiraannya. Menurut rencana semula, Xiao Wu seharusnya sudah menyerah di saat seperti ini.
Bahkan Tang San tak menyangka Xiao Wu akan memilih nekat menembus kemampuan spirit ketiga lawan, apalagi Lei Dong. Jaring petirnya yang ditembus Xiao Wu langsung menghilang saat menyentuh tanah. Saat ini Xiao Wu melayang di udara, sementara kemampuan spirit ketiga Lei Dong baru saja habis - momen canggung dimana tenaga lama habis dan belum sempat mengumpulkan tenaga baru.
Seandainya Xiao Wu dalam kondisi prima, mungkin bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati lawan dan menang dengan satu serangan. Tapi kenyataannya, sekarang dia tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan tubuhnya hanya terjatuh bebas ke tanah seperti benda jatuh.
Jaring petir berhasil ditembus, dan hanya menerima serangan minimal. Namun, efek listrik yang menyertai jaring tersebut membuat Xiao Wu yang kekurangan Soul Power benar-benar lumpuh, tubuh lembutnya gemetar hebat. Sudah tak bisa dikendalikan, apalagi memanfaatkan kesempatan untuk melancarkan serangan.
Lei Dong menarik napas dalam-dalam. Melihat tubuh Xiao Wu terjatuh, dia tahu itu akibat jaring petirnya. Setelah mengatur napas, dua helai benang listrik kembali menyembur dari telapak tangannya, membelit ke arah tubuh Xiao Wu. Cukup dengan melumpuhkan lawan sepenuhnya menggunakan benang listrik ini, pertandingan akan dimenangkannya.
Mendarat, meloncat. Prediksi Lei Dong tepat, tapi jawaban Xiao Wu justru berbeda. Tepat sebelum tubuhnya menyentuh tanah, rasa mati rasa akhirnya hilang. Kedua tangan memukul tanah keras-keras, skill Tendangan Pinggang kembali diaktifkan. Tubuhnya melenting tepat melewati dua benang listrik, langsung menerjang Lei Dong tanpa henti.
Lei Dong terkejut. Bagaimana mungkin? Efek lumpuh jaring petir seharusnya tidak sebentar ini.
Benar, Kemampuan Spirit ketiga Lei Dong memang sangat kuat dalam membatasi gerak lawan. Tapi ingat, sebelumnya Xiao Wu memilih titik terlemah saat menembus jaring petirnya. Saat itu Lei Dong sama sekali tidak memprediksi gerakannya, sehingga Soul Power-nya tidak bisa dikeluarkan sepenuhnya.
Semakin luas area yang dicakup, berarti kekuatan serangan dalam jangkauan tertentu semakin kecil. Meskipun merupakan Martial Soul bertipe petir, tetap tidak bisa melampaui hukum alam. Justru karena itu, serangan petir yang diterima Xiao Wu jauh lebih sedikit dari perkiraan Lei Dong. Dan karena alasan inilah dia bisa melompat kembali sesaat sebelum tubuhnya menyentuh tanah.
Ketepatan penilaian, ini penjelasan dari pengamat. Namun sebenarnya, meski Xiao Wu telah melakukan perhitungan sederhana, dia masih merasa beruntung dalam hati atas hasil yang dicapai.
Jarak antara keduanya semakin cepat menyempit. Setiap kali tubuh Xiao Wu menyentuh tanah, arahnya berubah dengan misterius. Bahkan di udara, tubuhnya yang lentur bak tak bertulang mampu melakukan gerakan-gerakan fleksibel non-manusiawi untuk menghindari serangan petir.
Melihat Xiao Wu yang semakin mendekat, kegelisahan jelas terpancar dari sorot mata Lei Dong. Siapapun yang pernah menyaksikan pertandingan Akademi Shrek pasti takkan melupakan nasib para Ahli Jiwa yang berhadapan langsung dengannya. Lei Dong tentu bukan pengecualian.
Tanpa pilihan lain, Cincin Jiwa keempat di tubuh Lei Dong akhirnya berpendar. Saat ini, memasang Jaring Petir sudah terlambat. Satu-satunya cara untuk segera mengalahkan lawan adalah Kemampuan Spirit keempat.
Kilauan Biru menyilaukan memancar dari lengan Lei Dong. Delapan kaki biru panjang di punggungnya menggeliat, menyemburkan delapan sinar petir yang menyatu dengan kilat dari kedua lengannya. Sebuah cincin berdiameter tiga meter sebesar lengan terbentuk di hadapannya.
"Ini adalah Kemampuan Spirit keempat Lei Dong, Cincin Pengunci Dewa. Sama seperti Kemampuan Spirit keempat Tang San, Kandang Perak Biru, Cincin Pengunci Dewa tidak bisa dihindari. Satu-satunya cara adalah bertahan dengan Soul Power."
Kilauan Biru berkedip, sosok Xiao Wu yang melompat aneh tiba-tiba berhenti. Seluruh tubuhnya benar-benar lumpuh oleh efek mati rasa. Cincin Pengunci Dewa berdiameter tiga meter kini menyusut hingga seukuran pinggangnya, mengikat erat tubuh Xiao Wu.
Kilatan-kilatan petir biru bergerak ritmis mengelilingi tubuh Xiao Wu. Wajahnya dipenuhi ekspresi kesakitan, pipi pucatnya menjadi putih sepenuhnya.
"Kami menyerah." Suara Master terdengar tepat waktu.
Cahaya Cincin Pengunci Dewa mengalir deras dan meresap ke tanah. Sesaat sebelum Xiao Wu terjatuh, Tang San sudah cepat berlari dan memeluk tubuhnya.
Tubuh Xiao Wu terasa sangat panas, masih mengalami kejang ringan akibat sengatan listrik. Melihatnya dengan mata tertutup rapat, Tang San merasakan sakit hati yang tak terucapkan.
Mengangkat pandangan ke lawan, Lei Dong yang telah menggunakan Kemampuan Spirit ketiga dan keempat juga terlihat pucat.
Andai saja Master tidak melarang Tang San ikut pertandingan ini, saat ini dia benar-benar ingin segera naik panggung untuk membalaskan dendam Xiao Wu.
Menggendong Xiao Wu, Tang San berjalan perlahan keluar dari arena pertandingan. Dai Mubai yang mewakili peserta kelima Akademi Shrek juga memasuki arena dengan langkah mantap. Saat tubuh mereka bersilangan, telinga Dai Mubai berkedut. Pandangan mereka bertemu, dan dia mengangguk tegas ke arah Tang San.
Langkah Dai Mubai tidak cepat, tapi setiap jejak kakinya terasa kokoh. Di balik sorot mata jahatnya, pupil ganda memancarkan cahaya misterius yang menatap tajam ke arah lawannya.
Memandangi Dai Mubai yang mendekat dengan wajah dingin, entah mengapa jantung Lei Dong tiba-tiba berdebar tidak teratur. Seolah-olah sulit bernapas.
Macan Bermata Iblis Dai Mubai. Hunwu: Macan Emas Putih. Soul Power: level 44. Battle Spirit Master spesialisasi serangan kuat. Kapten Tim Akademi Shrek.
Serangkaian data melintas di benak Lei Dong. Dia tahu mustahil memenangkan pertarungan ini. Energinya sudah terkuras habis saat menghadapi Xiao Wu. Dominasi Dai Mubai telah terbukti jelas di pertandingan-pertandingan sebelumnya. Satu-satunya yang bisa dilakukannya sekarang adalah - seperti yang dilakukan Xiao Wu padanya - memaksimalkan konsumsi Soul Power lawan, demi menciptakan kondisi kemenangan bagi kapten terakhir timnya, Sang Kapten Tim Guntur.
Akademi Shrek saat ini masih memiliki tiga pasukan baru, kekuatan mereka semua di atas level 40. Kesulitan yang akan dihadapi Akademi Leiting untuk memenangkan pertandingan ini bisa dibayangkan. Tapi mereka pasti tidak akan menyerah. Babak kualifikasi hanyalah batu ujian untuk babak final. Jika semangat mereka melemah sekarang, maka tidak perlu bertanding lagi di babak final.
Cahaya samar berkilauan, wajah Tang San memancarkan aura dingin. Kedua tangannya menyatu di depan dada, setiap gerakan mata dan tangan membuat udara semakin mengental. Xiao Wu berbaring tenang di sampingnya, kepalanya bersandar di pangkuannya. Tongkat pemulihan Jiang Zhu memancarkan cahaya untuk menyembuhkan lukanya.
Saat berpapasan dengan Dai Mubai sebelumnya, dia telah membisikkan pesan melalui suara batinya: "Kakak, balas dendam untuk Xiao Wu."
Tang San jarang memanggil Dai Mubai dengan sebutan "kakak". Dari nadanya, Dai Mubai bisa merasakan gejolak dalam hati Tang San. Demi Xiao Wu, Tang San memang bisa melakukan apapun. Dai Mubai menghela napas dalam hati sambil memandang Lei Dong di depannya: "Kau sial sudah melukai Xiao Wu."
"Pertandingan dimulai." Sistem babak kualifikasi menetapkan bahwa peserta tidak boleh beristirahat. Begitu Dai Mubai menginjakkan kaki di area yang ditentukan, pertandingan pun dimulai.
“Hmm...” Sebuah dengusan keluar dari mulut Dai Mubai. Soul Power putih pekat langsung menyembur dari dalam tubuhnya, empat Cincin Jiwa muncul dengan gagah. Di tengah suara retakan tulang-tulang yang menggemeretak, tubuh Dai Mubai membesar secara dramatis. Wujud pertahanan Hunwu Macan Emas Putih telah selesai.
Tanpa ragu sedikit pun, Dai Mubai langsung melangkah lebar dan menerjang ke arah lawannya seketika wujud roh aktif Hunwu-nya menyatu.
Pupil Lei Dong menyempit. Dia tahu kunci saat ini adalah berapa lama dia bisa menahan Dai Mubai. Dari sorot mata jahat Dai Mubai, dia jelas melihat cahaya penghinaan. "Aku juga Ahli Jiwa Level 43, hanya selisih satu level darimu. Meski Hunwu-mu lebih unggul secara bawaan, jangan meremehkanku seperti ini!"
Setelah pertimbangan singkat, Cincin Jiwa keempat di tubuh Lei Dong langsung berkilauan. Soul Power-nya telah terkonsumsi lebih dari lima puluh persen oleh Xiao Wu. Dia sadar jika menggunakan beberapa Kemampuan Spirit level rendah lagi, mungkin bahkan tak akan cukup Soul Power untuk melepas Kemampuan Spirit keempat.
