Berhenti sejenak, Ning Fengzhi melanjutkan, "Paus sendiri bahkan lebih tidak terduga. Dijuluki sebagai pemimpin terkuat dalam sejarah Kuil Wuhun. Dalam kondisimu saat ini, sama sekali tidak tepat untuk berkonfrontasi langsung dengan mereka. Menghindar bukan berarti lari, kau masih muda, bahkan jika kau ingin melawan Kuil Wuhun, masih banyak waktu di masa depan. Mengapa harus bersikukuh dengan pertandingan kali ini?"
Alis Tang San berkerut ketat. Setelah berpikir sejenak, ia tetap menggelengkan kepala, "Tidak, aku harus ikut pertandingan kali ini. Paman Ning, maksud Bapak saya paham. Tapi menurutku, ini juga seharusnya menjadi latihan penting dalam hidupku. Jika aku bisa melewatinya, di masa depan Kuil Wuhun akan semakin sulit menggangguku. Mereka takkan selamanya bisa menutupi langit dengan satu tangan, bukan?"
Melapi sorot mata Tang San, Ning Fengzhi teringat wajah ayahnya di masa muda. Ekspresi keduanya sangat mirip. Meski Ning Fengzhi tidak terlalu dekat dengan Tang Hao dulu, dan usia mereka tak terpaut jauh, namun kesan Tang Hao baginya selalu seperti gunung tinggi yang menjulang. Di generasinya, tak ada yang bisa menandingi Tang Hao. Kini, putra Tang Hao sepertinya mereplikasi keajaiban ini, bahkan lebih hebat dari ayahnya di masa lalu. Sekte Haotian, apakah gen kalian benar-benar sehebat ini?
“Baiklah. Karena kamu sudah memutuskan, aku tidak akan membujukmu lagi. Paman akan berusaha semaksimal mungkin menjamin keselamatanmu.” Ucapan Ning Fengzhi terdengar datar, namun sebagai pemimpin sekte, ini sudah setara dengan janjinya pada Tang San.
Tang San bisa merasakan bahwa kata-kata Ning Fengzhi saat ini tidak mengandung pamrih, juga bukan untuk menarik dirinya. Murni merupakan perhatian seorang sesepuh kepada junior.
“Paman Ning, mungkin aku tidak bisa bergabung dengan Sekte Qibao Glazed, tapi selama aku masih hidup, Sekte Qibao Glazed akan selalu menjadi temanku.”
……
Kota Wuhun.
Master yang mengenakan pakaian sederhana memasuki kota setelah melewati pemeriksaan Ahli Jiwa. Di usianya yang sudah segini dengan kekuatan level 30-an, tentu tidak menarik perhatian siapapun.
Tanpa berhenti sejenak atau bahkan beristirahat, Master langsung menuju ke institusi tertinggi Kuil Wuhun, Kuil Paus.
Depan Kuil Paus.
“Berhenti!” Dua Ksatria Penjaga Kuil berbaju zirah perak menghalangi jalan Master, diikuti oleh seratus ksatria lain yang mengangkat pedang panjang. “Ini area terlarang, maju satu langkah lagi, kau akan dibunuh.”
Menghadapi ratusan Ksatria Penjaga Kuil yang jelas-jelas lebih kuat darinya, ekspresi Master tetap dingin seperti biasa. Ia mengangkat tangan dan menunjukkan tokennya.
Pemimpin ksatria itu bergegas mendekat. Saat melihat enam pola pada token tersebut, tubuhnya gemetar ketakutan. Dengan suara 'plok', ia berlutut satu kaki. “Hormat untuk Tetua!”
Seratus Ksatria Penjaga Kuil melakukan gerakan serempak yang sama. Dengan latar belakang mereka, Master yang awalnya terlihat biasa kini tampak tidak lagi sederhana.
"Bawa aku menghadap Paus." Master menyampaikan tujuannya dengan kalimat paling sederhana.
Setengah jam kemudian, di aula pertemuan Kuil Paus, Master dengan tenang menyeruput teh berkualitas tinggi sambil menunggu.
Aula pertemuan seluas ribuan meter persegi itu kini hanya dihuni olehnya seorang diri.
Pandangan Master tetap terfokus pada cangkir teh di tangannya. Ia sama sekali tidak melirik kemewahan yang mengelilinginya, hanya menunggu dengan tenang.
Gapura setinggi tiga meter terbuka. Suara lembut terdengar dari luar, "Tunggu di luar. Tanpa perintahku, tak seorang pun boleh mengganggu."
"Baik."
Akhirnya Master mengalihkan pandangan dari cangkir tehnya ke arah pintu utama aula pertemuan.
Pintu terbuka. Seorang wanita masuk dari luar.
Bertubuh tidak tinggi, mengenakan jubah mewah hitam berhias sulaman emas, mahkota emas ungu sembilan lengkungan di kepala, memegang tongkat sepanjang dua meter bertabur permata. Kulit pucat dan wajah nyaris sempurna membuatnya tampak begitu istimewa.
Terutama aura suci dan mulia yang terpancar dari dirinya, membuat orang tak kuasa menahan emosi untuk bersujud dan menyembah.
Master duduk, wanita itu setelah masuk ke gerbang juga menghentikan langkahnya. Pandangan mereka bertabrakan di udara. Tak ada percikan yang tercipta. Di balik ketidakacuhan mata Master, muncul sesuatu yang lain - penyesalan, kenangan, namun lebih dominan adalah kekosongan.
Ekspresi di mata wanita itu tiba-tiba berubah kompleks. Meski terlihat sekitar usia 30 tahun, sebenarnya dia setahun lebih tua dari Master, sudah berusia lebih dari lima puluh tahun. Tongkat kekuasaannya menyentuh lantai dengan denting lembut.
"Kau datang." Suara lembutnya menciptakan kesan seolah diterpa angin musim semi.
Tapi pandangan Master justru menjadi kaku, kedua tangannya menekan meja di depannya sambil berdiri, menghadap sang wanita. "Ya, aku datang. Apa kabarmu?"
Senyum tipis mengembang di wajah wanita itu. "Di atas puluhan ribu orang, apa yang kurang? Sebagai penguasa Kuil Wuhun, bahkan kaisar dua kerajaan besar pun harus memberikan penghormatan. Menurutmu ada yang kurang dariku?"
Master menghela napas. "Bibi Dong, aku tahu kepedihan dalam hatimu."
"Bibi Dong? Tanpa kau sebut, aku hampir lupa nama ini. Panggil aku Paus, atau Yang Mulia. Aku bukan lagi Bibi Dong bodoh itu dulu."
Benar, wanita cantik nan anggun di depan mata ini adalah penguasa tertinggi Kuil Wuhun saat ini, tujuan ziarah semua Ahli Jiwa - Sang Paus.
Dialah Paus termuda dalam sejarah Kuil Wuhun, mengambil alih posisi ini sebelum mencapai usia empat puluh tahun.
Awalnya masih banyak orang yang meragukan.
Namun seiring berjalannya waktu, di bawah kepemimpinan dan kerja kerasnya, Kuil Wuhun berkembang semakin pesat dan lebih solid. Banyak yang mulai meyakini bahwa dia akan menjadi Paus terhebat dalam sejarah Kuil Wuhun.
"Baik, Yang Mulia Paus." Biji mata Master menyempit, pancaran kesedihan mengalir dari matanya. Ia berbalik dan berjalan ke tempat duduknya sebelumnya, tangan menggenggam secangkir teh harum, seolah tenggelam dalam kenangan masa lalu.
Melihat punggung Master, kedok ketidakacuhan di mata Paus perlahan menghilang. Sedikit rasa tidak tega muncul sekilas di matanya sebelum ia mengangkat kaki seolah ingin mendekat, namun akhirnya mengurungkan niat.
"Untuk urusan apa kau mencariku? Sudah 20 tahun kita tak bertemu." Suara Paus masih terdatar seperti biasa.
Master menarik napas dalam, berusaha menekan gejolak emosi dalam hatinya. Ia sendiri tak menyangka pertemuan dengan Bibi Dong bisa membuatnya begitu kehilangan kendali.
Saat menoleh kembali, semua kelebihan emosi di matanya telah lenyap, hanya menyisakan ketidakacuhan sehari-hari.
"Yang Mulia Paus, hamba datang untuk memohon suatu hal."
"Oh?" Paus memandang Master dengan keheranan, "Kau mau memohon padaku? Ini bukan seperti karaktermu. Rupanya waktu benar-benar bisa mengubah seseorang. Katakanlah."
Master tak menjelaskan. Seandainya ini urusan pribadinya, ia takkan pernah mau memohon. Tapi untuk murid yang dianggapnya seperti anak sendiri, ia terpaksa datang.
“Yang Mulia Paus, aku ingin tahu, bagaimana caramu melewati kesulitan Dua Jiwa Martial Soul dulu.”
Biji mata Paus menyempit seketika, suaranya datar: "Kau tak perlu tahu itu. Apa artinya bagimu?"
Master tidak menyembunyikan apa pun, "Aku mengambil seorang murid yang sudah berlatih bersamaku selama tujuh atau delapan tahun. Beruntungnya, dia memiliki Dua Jiwa Martial Soul sepertimu. Anak ini memiliki bakat alam yang luar biasa, aku ingin mencetaknya menjadi ahli sejati."
"Mengapa aku harus membantumu? Agar kau bisa mencetak ahli yang akan melawanku kelak?" Suara Paus tiba-tiba menjadi dingin.
Master bersuara berat: "Tentu tidak. Jika kau mau memberitahuku caramu dulu, aku jamin muridku tak akan pernah bermusuhan dengan Kuil Wuhun seumur hidupnya."
Senyum tipis mengembang di bibir Paus, "Rupanya ada hal yang tak diketahui oleh Master teori sepertimu. Yu Xiaogang, kau terlambat. Beberapa hari lalu, aku sudah mengirim orang untuk menyergap rombongan peserta Kekaisaran Tian Dou di jalur wajib mereka. Targetnya adalah muridmu dari Sekte Haotian itu. Jadi tak perlu lagi kau tahu rahasia Dua Jiwa Martial Soul."
Tubuh Master gemetar hebat, dia berbalik tajam menatap Paus, "Apa katamu?!"
"Paus tidak menyembunyikan apapun," katanya dengan tenang. "Uskup Platinum Sarus mengirimkan informasi bahwa anggota Sekte Haotian telah muncul dengan bakat alam yang luar biasa. Di usia muda sudah mencapai breakthrough Level 40, memiliki Dua Jiwa Martial Soul dengan Cincin Jiwa keempat level sepuluh ribu tahun. Bahkan mungkin memiliki Spirit Bone. Dekat dengan Sekte Qibao Glazed dan Kekaisaran Tian Dou. Orang seperti ini, jika tidak bisa digunakan oleh Kuil Wuhun kita, harus dimusnahkan."
"Kamu..." Master maju tergopoh, kedua tangannya mencengkeram bahu Paus. Matanya tiba-tiba memerah darah. Seluruh tubuhnya gemetar hebat.
Melihat tatapan ganas Master, Paus tertegun sebentar. "Apakah dia benar-benar sepenting itu bagimu?" Dengan kekuatannya, dia bisa dengan mudah melemparkan Master, tapi tidak melakukannya. Dia membiarkan tangan panas Master tetap mencengkeram bahunya.
Napas Master menjadi berat, setiap katanya diucapkan dengan tegas: "Bibi Dong, dengarkan baik-baik. Jika sesuatu terjadi pada Tang San, aku akan menghancurkan Kuil Wuhun dengan segala cara. Sepanjang hidupku tak punya anak, dia seperti putra bagiku."
