“Rong Rong. Sedang apa kau?” Oscar menutup pintu sambil lalu.
Ning Rongrong berbalik berjalan ke dalam. Oscar kini sudah berubah dari penampilan awalnya yang ceroboh. Jenggotnya tercukur rapi, rambut tersisir rapi, mengenakan pakaian standar Sekte Qibao Glazed warna keemasan yang semakin menonjolkan ketampanannya.
Terutama matanya yang besar membuat gadis-gadis pun iri, membuat Ning Rongrong enggan menatap langsung.
Beberapa langkah menyusul Ning Rongrong, Oscar mengeluarkan sebungkus benda dari pelukannya dan meletakkannya di meja.
“Aku lewat sini tadi, lihat lampu kamarmu masih menyala jadi mampir. Begitu malam masih belum istirahat?”
Ning Rongrong membelakangi Oscar, berkata: “Aku sebentar lagi mau tidur.”
Setelah Oscar bergabung dengan Sekte Qibao Glazed, Ning Fengzhi langsung memasukkannya ke Faksi Dalam. Perlu diketahui, mayoritas anggota Faksi Dalam adalah anggota garis keturunan langsung Sekte Qibao Glazed, hanya Ahli Jiwa asing yang luar biasa hebat yang mungkin bisa masuk.
Saat Ning Fengzhi mengumumkan Oscar langsung masuk Faksi Dalam di hadapan banyak anggota sekte, sorotan mata penuh iri dan kagum tak terhitung jumlahnya tertuju padanya.
“Ke depannya jangan sering begadang seperti ini. Tidak baik untuk kesehatan, dan sering begadang bisa cepat tua lho.” Oscar bercanda.
Ning Rongrong menjawab: “Aku baru empat belas tahun, tua apanya?”
Oscar tertegun mendengar nada bicaranya, Ning Rongrong sudah lama tidak menggunakan sikap seperti ini padanya. Terdengar jelas bahwa sikapnya hari ini agak tidak biasa.
“Rongrong, ada apa? Emosi tidak stabil?” Oscar bertanya pelan.
Ning Rongrong tidak menjawab. Sebenarnya dia sudah mengumpulkan keberanian, tapi saat bertemu Oscar langsung, entah mengapa keberaniannya tiba-tiba menyusut. Kalimat yang sudah di ujung lidah, tetap tak bisa terucapkan.
Melihat Ning Rongrong tidak membuka mulut, Oscar tak bisa menahan diri mengerutkan kening. Ia menghela napas perlahan, "Kalau begitu aku pulang dulu. Kau istirahatlah lebih awal. Ini sedikit makanan yang kubawakan untukmu, makanlah sebelum tidur. Semua kue ini mudah dicerna."
Tangannya terangkat ingin menyentuh rambut panjang Ning Rongrong, tapi akhirnya ditahannya. Matanya memandang penuh kerinduan pada siluet indah Ning Rongrong yang membelakangi, baru kemudian berbalik dan berjalan keluar.
Saat mendengar Oscar sengaja mengantarkan makanan untuknya, air mata yang tertahan di mata Ning Rongrong akhirnya tak terbendung lagi.
"Oscar!" Tiba-tiba ia berteriak kencang.
Oscar kaget dan berhenti melangkah. Saat baru saja berbalik, lapisan aroma harum telah menyergap wajahnya. Ning Rongrong bagaikan burung walet yang kembali ke sarang, menerjang masuk ke pelukannya dan erat memeluk pinggangnya.
Setelah terkejut sejenak, Oscar baru perlahan menyadari situasi. Meski Ning Rongrong sudah menyetujui hubungan mereka, selama ini mereka belum pernah sedekat ini.
Kehangatan tubuh lembutnya memenuhi pelukan, sensasi yang tak terkira nikmat. Tangan Oscar membalas memeluk tubuh lembut Ning Rongrong, detak jantungnya tak terkendali semakin cepat.
Lelaki dan perempuan sendirian dalam satu ruangan, kecantikan luar biasa yang tiba-tiba masuk ke pelukan.
Oscar bukanlah pria santun. Berbagai pikiran aneh segera muncul di benaknya.
Namun, segera dia menyadari sesuatu yang tidak beres, karena tubuh lembut Ning Rongrong yang terjatuh ke pelukannya mulai bergetar halus.
Kelembapan di dada perlahan meluas.
"Rong Rong, ada apa?" tanya Oscar dengan suara penuh keharuan. Tangannya dengan lembut membelai rambut panjang Ning Rongrong yang sehalus sutera.
"Mengapa kau begitu baik padaku? Mengapa?" Ning Rongrong berkata dengan suara tersedak.
Oscar tersenyum kecut, dalam hati berpikir ternyata gadis ini tersentuh olehnya. Dengan bangga ia menjawab: "Sejak datang ke Sekte Qibao Glazed, kaulah satu-satunya keluarga dan kekasihku. Tanpa orang tua, takdir telah memberkatiku dengan kehadiranmu. Mana mungkin aku tidak menghargai anugerah surgawi ini?"
Niat Oscar menghibur malah berbalik. Sebelum kalimatnya selesai, Ning Rongrong justru menangis tersedu-sedu sakin erat memeluknya.
Merasakan kesedihan Ning Rongrong, Oscar menjadi bingung. Segala pikiran nakalnya lenyap, tapi ia pun tak tahu cara menghibur yang tepat.
"Jangan menangis, Rong Rong. Tangismu membuat hatiku hancur. Ceritakan apa yang terjadi? Aku pasti akan membantumu sekuat kemampuanku."
Tangisan Ning Rongrong berangsur mereda. Ia memeluk erat pinggang Oscar, menyembunyikan seluruh tubuhnya dalam pelukan sang kekasih. Kepala tertunduk tak berani menatap, ia berkata dengan suara gemetar: "Kau tahu? Kita tak mungkin bersatu."
Awalnya Oscar tak mendengar jelas. Saat Ning Rongrong mengulangi perkataannya, tubuhnya gemetar seakan tersambar petir. Kedua tangannya mengangkat wajah cantik Ning Rongrong. "Rong Rong, apa yang kau katakan?"
Suara Oscar bergetar. Untuk pertama kalinya ia mencintai seseorang sepenuh jiwa. Namun perkataan Ning Rongrong bagai pisau belati menyayat hatinya.
Ning Rongrong menggigit gigi peraknya. Ia tahu, menyembunyikan kebenaran hanya akan memperdalam luka. Dengan mata terpejam menahan pedih, ia berbisik: "Aku bilang kita tak mungkin bersama. Maafkan aku."
"Maaf?" Oscar menatapnya dengan tatapan kosong, senyum getir mengembang di bibirnya.
"Rong Rong, tahukah kau? Dulu aku jarang mencukur kumis. Tak pernah peduli apapun. Bahkan ketika Dekan Flender menyebutku jenius, aku malas berlatih. Hidupku hanya ingin tenang dan bahagia."
"Sampai aku mengenalmu. Saat pertama kali melihatmu, aku langsung tak terbendung menyukai kecantikan wajahmu yang seperti elf. Dulu kau sombong dan semena-mena, meski begitu, bayanganmu di hatiku tak pernah memudar. Hanya saja kuberi tahu diri sendiri bahwa kita mustahil. Kau adalah putri bangsawan terhormat, sementara aku hanya seorang Ahli Jiwa biasa."
"Tepat saat aku berusaha sekuat tenaga menghapus bayanganmu dari hati, kau mulai berubah. Dengan bantuan semua orang, kau tak lagi seperti dulu. Kau mulai menjadi lembut, semakin menggemaskan. Keburukanmu perlahan menghilang, sementara bayanganmu di hatiku semakin jelas. Saat kau berkata mau berpacaran sementara denganku hari itu, tahukah kau perasaanku? Sekalipun ditukar dengan seratus Spirit Bone, tak akan kuganti rasa di keit itu. Kukira musim semi hidupku telah tiba."
"Untuk bisa bersamamu di masa depan, untuk mendapat pengakuan dari Ayahmu, aku mulai berlatih mati-matian. Dulu aku paling suka tidur larut, tapi sejak hari itu hampir tak pernah kulakukan. Setiap hari kuisi dengan terus berlatih. Sekalipun kesepian dan kesakitan, saat kuingat senyummu, semua rasa sakit itu kulempar jauh. Kusadari, aku benar-benar jatuh cinta. Mungkin aku memang hina, tapi setiap kali kau dalam bahaya dan aku bisa melindungimu, rasanya begitu bahagia."
Air mata mengalir deras di wajah Oscar. Perlahan, dia melepaskan tangan yang menahan wajah Ning Rongrong, mundur selangkah demi selangkah. Bukan kesedihan yang terpancar di matanya, melainkan cahaya yang hampir menyerupai keputusasaan.
"Jangan lanjutkan. Oscar, aku... aku..."
Oscar tersenyum, senyuman sinis yang ditujukan pada dirinya sendiri, "Aku benar-benar bodoh. Sebenarnya aku sudah lama tahu ini mustahil. Sebagai putri Sekte Qibao Glazed, mana mungkin kau bersamaku yang cuma bocah miskin. Sekeras apapun aku berusaha, statusku takkan pernah setara denganmu. Di masa depan, kau akan jadi Pemimpin Sekte Qibao Glazed, sementara aku? Bukan apa-apa. Aku terlalu naif. Tapi mengapa kau membohongiku? Mengapa memberi harapan padahal tahu ini mustahil? Mengapa?"
Mendengar teriakan histeris Oscar, Ning Rongrong mengangkat wajahnya yang merah bengkak oleh tangisan, "Karena aku juga mencintaimu!"
"Apa?" Oscar terpaku, melihat pipi memerah Ning Rongrong. Cahaya harapan kecil mulai menyala kembali di matanya yang putus asa.
“Ning Rongrong menatap Oscar, berkata dengan mata berkaca-kaca: "Ya, awalnya aku tak pernah menganggapmu serius. Meski kau tampan, sejak kecil aku sudah melihat banyak pria tampan. Tapi perlahan kusadari, kau benar-benar tulus padaku. Untukku, kau bisa mengorbankan segalanya. Yang lebih penting, ketika kau mulai berlatih keras, saat kau selalu secara alami melindungiku di setiap pertempuran, hatiku perlahan takluk olehmu. Saat itu, janji untuk berpacaran bukanlah bohong. Karena aku ingin memahami posisimu di hatiku."
"Saat kita benar-benar bersama dan bertemu setiap hari, melihatmu semakin kurus karena latihan keras, aku paham semua yang kau lakukan adalah untukku. Wujudmu di hatiku semakin membesar. Kurasakan ketergantunganku padamu makin kuat. Seharusnya aku sudah memberitahumu bahwa kita tak bisa bersama, tapi aku tak tega. Bukan karena tak mau menyakitimu, tapi tak ingin melepaskan perasaan ini. Perasaan yang disebut cinta."
