Yang lebih menakutkan adalah ketika Haotian Hammer dipadukan dengan senjata tersembunyi Tang Men milik Tang San. Selama kekuatan spiritual Tang San telah mengunci lawan, kecuali lawan memiliki kekuatan spiritual yang jauh melebihi miliknya DAN menguasai kemampuan seperti teleportasi instan, satu-satunya pilihan adalah konfrontasi langsung. Mustahil untuk menghindar.
Boom——
Air terjun yang sempat terhenti kini jatuh deras, menghantam tubuh Tang San yang berdiri di batu bundar. Namun Tang San tetap tegak bagaikan dipaku, bahkan terlihat menikmati situasi ini. Di tengah derasnya air terjun, ia menghela napas dan mengeluarkan Xuantian Gong yang membentuk lapisan tenaga pelindung putih tipis di permukaan kulitnya.
Dengan gerakan gesit, Tang San melompat dari batu bundar. Haotian Hammer di tangannya menghilang, digantikan oleh puluhan Blue Silver Grass yang menyambar permukaan air. Dengan memanfaatkan daya pantulnya, tubuhnya melayang ke tepian tempat Tang Hao berdiri.
Saat Tang San mendarat, ekspresi Tang Hao telah kembali kaku. Memandangi putranya yang mendarat mulus, ia berkata datar: "Merasa dirimu sudah sangat kuat, ya?"
"Tang San menggaruk-garuk rambutnya yang basah, "Ayah, aku mengerti, aku tidak akan sombong, aku pasti akan terus berusaha. Tapi, akhir-akhir ini aku merasa latihan Teknik Palu Angin Kacau sudah sulit untuk ditingkatkan lagi.""
Mendengar perkataan putranya, Tang Hao tidak bisa menahan perasaan frustrasi dalam hatinya. Pelajaran yang ingin diberikannya belum sempat diucapkan, sudah diantisipasi oleh bocah pintar ini. Masih ingin meningkatkan Teknik Palu Angin Kacau seperti apa? Sudah mencapai kesempurnaan masih mau ditingkatkan bagaimana? Selain pengaruh tidak adanya Cincin Jiwa pada Haotian Hammer itu sendiri, Tang Hao mengakui dalam teknik palu murni ini pun, dia sendiri tidak bisa melakukan lebih baik dari putranya.
"Latihan Teknik Palu Angin Kacau dihentikan sampai hari ini. Xiao San, ayah tanya, menurutmu bagaimana kemampuan pertarungan nyatamu?" tanya Tang Hao.
Tang San berpikir sejenak. Awalnya ingin menjawab "cukup lah", tapi mengingat kekuatan ayahnya yang luar biasa, akhirnya mengubah jawaban, "Masih jauh ketinggalan."
"Lalu kamu tahu di bagian mana kekuranganmu?" Tang Hao melanjutkan pertanyaannya.
Tang San tertegun. Jawaban "jauh ketinggalan" tadi sebenarnya lebih merupakan ungkapan kerendahan hati. Ditanya langsung seperti ini oleh ayahnya, ia pun tak bisa menjawab.
Tang Hao sepertinya tidak mengharapkan jawaban dari Tang San, melanjutkan penjelasannya: "Secara teori, Master tak terkalahkan. Metode pengajarannya untuk kalian sangat tepat. Memberimu fondasi yang kokoh. Sejak kamu berguru padanya, pertumbuhanmu sangat cepat dan sudah melalui banyak pertarungan nyata. Pengalaman bertarung pun sudah cukup. Kamu tidak perlu merendahkan diri. Tapi, kamu masih kurang memahami esensi sebenarnya dalam pertarungan nyata."
“Inti sari? Apa inti sari pertarungan nyata?” Tang San buru-buru bertanya. Ayahnya yang bahkan di antara Tuan Bergelar sekalipun pasti termasuk yang teratas, meski ucapannya sedikit namun setiap nasihatnya selalu memberi manfaat besar bagi Tang San. Pada saat ini, Tang San segera fokus dan menyimak dengan saksama.
Tang Hao bersuara berat: "Apa itu pertarungan nyata? Hanya pertarungan hidup-mati yang bisa disebut pertarungan nyata. Dalam pengalamanmu selama ini, sebagian besar hanyalah format pertandingan. Jarang mengalami krisis nyata. Manusia hanya akan mengeluarkan potensi tersembunyi saat menghadapi ujian hidup-mati. Terus bergulat di tepi kematian barulah benar-benar memiliki kemampuan pertarungan nyata. Kecerdikan dan kemampuan kontrol medanmu cukup baik, tapi kurang satu hal. Aura pembunuhan murni. Rasakan jejak auraku."
Begitu kata-katanya selesai, biji mata Tang Hao tiba-tiba menyempit. Seketika, aura dingin yang ekstrem menyembur dari tubuhnya. Aura ini seolah tak memiliki ledakan kekuatan, namun ketika benar-benar menyelimuti Tang San, ia langsung merasakan seperti terperangkap dalam gudang es. Rambut halus di sekujur tubuhnya berdiri tegak.
Dingin, suram, jahat, menyeramkan. Aura pembunuhan yang begitu besar hingga membuat gemetar menerpa seperti binatang buas yang mengerikan. Tang San merasakan dengan jelas bahwa segala sesuatu dalam dirinya seolah menjadi tumpul di bawah tekanan aura pembunuhan yang luar biasa ini. Bahkan dengan teknik mata Zijin Modong yang memiliki Sinar Suci Ungu-nya, ia tak berani menatap langsung ke arah Tang Hao.
Yang lebih mengejutkan, tetesan air yang mengalir di tubuhnya pun seolah melambat. Perlahan-lahan, tetesan air itu membeku menjadi rangkaian kristal es yang menggantung di tubuhnya.
Aura pembunuhan termanifestasi secara fisik? Ini adalah gambaran yang muncul di benak Tang San. Sang Master pernah menjelaskan bahwa ketika kekuatan seseorang mencapai tingkat yang sangat mengerikan, aura pembunuhannya bahkan bisa mencapai tahap materialisasi. Dari yang tak kasat mata menjadi nyata. Namun tingkat seperti ini tetap sangat langka bahkan di antara para Tuan Bergelar Dou Luo sekalipun.
Aura dingin semangat pembunuh surut seperti air pasang. Suara Tang Hao membangunkan Tang San dari keterkejutannya, "Kau merasakannya? Inilah semangat pembunuh. Apa kau ingin bertanya, apa gunanya semangat pembunuh? Sebenarnya efek utamanya bukan pada lawan, melainkan pada dirimu sendiri. Ini memungkinkanmu mengabaikan hidup dan mati, memaksimalkan bahkan melampaui batas kekuatanmu. Bahkan bisa mempercepat gerakan seranganmu. Semangat pembunuh yang kuat membuktikan kau pernah merangkak keluar dari tumpukan mayat, pernah mengalami tepi jurang pergulatan hidup-mati. Bahkan menghadapi lawan yang jauh lebih kuat, kau takkan gentar sedikitpun. Semangat pembunuh adalah salah satu bentuk semangat. Dalam aspek tertentu, ini setara dengan keberanian. Atau bisa dikatakan, semangat pembunuh adalah sublimasi dari keberanian."
Penjelasan Tang Hao tentang semangat pembunuh jelas agak ekstrem, namun berhasil membuat Tang San memahami maksudnya dengan jelas.
"Ayah, tolong ajari aku cara memiliki semangat pembunuh," pandangan Tang San penuh tekad tertuju pada sang ayah.
Tang Hao menggelengkan kepala, "Tidak. Aku tidak bisa mengajarimu. Juga tidak mampu. Bagaimanapun kau adalah putraku. Sekuat apapun semangat pembunuh yang kulepaskan, kau takkan percaya aku akan membunuhmu. Semangat pembunuh hanya bisa dipahami dan dimiliki sendiri. Hari ini kau boleh benar-benar rileks. Besok pagi, kita berangkat. Aku akan membawamu ke tempat yang benar-benar dapat mencetak semangat pembunuhmu."
Mendengar perkataan Tang Hao, Tang San tidak bisa menahan kegembiraannya. Tinggal di satu tempat selama dua tahun dengan latihan keras tanpa henti, meski pemandangannya indah, lama-kelamaan pasti menimbulkan kejenuhan. Akhirnya mereka bisa pergi dari sini.
Ayah dan anak ini hidup berpindah-pindah, tidak banyak barang yang perlu dibawa. Keesokan harinya pagi-pagi, di bawah pimpinan Tang Hao, mereka meninggalkan telaga dan pegunungan ini.
Tang San tahu ayahnya tidak suka bicara bertele-tele, jadi dia tidak bertanya kemana tujuan mereka, hanya diam-diam mengikuti dari belakang ayahnya.
Setelah dua tahun berlatih giat, kekuatan fisik Tang San kini mencapai tingkat yang mencengangkan. Seluruh tubuhnya memancarkan kilau lembut seperti Xuantian Shou yang dilatihnya. Matanya yang menyimpan cahaya dalam sulit dibedakan pupil biru gelapnya jika tidak diperhatikan seksama.
Meski dua tahun ini Tang San tidak fokus melatih kekuatan spiritual, kemampuannya di bidang ini tetap menunjukkan kemajuan pesat. Latihan gigih dan tekun tidak hanya mengasah tubuhnya, tapi juga mentalnya.
Lima hari kemudian. Di bawah pimpinan Tang Hao, Tang San tiba di sebuah hutan tak dikenal.
Begitu tiba di sini, Tang San langsung merasakan jejak aura yang familiar. Seiring meningkatnya kekuatan spiritual, inderanya terhadap lingkungan sekitar menjadi lebih tajam. Ini adalah jejak aura berbahaya.
Tang Hao menghentikan langkah di depan hutan, “Segera kau akan pergi ke tempat latihan pertarungan nyata. Jadi, kau perlu memperoleh Cincin Jiwa kelimamu. Di hutan ini ada Binatang Roh yang cocok untukmu.”
Akhirnya akan memperoleh Cincin Jiwa kelima? Tang San tak bisa menahan gejolak di hatinya.
Dengan memperoleh Cincin Jiwa kelima, Soul Power-nya akan sepenuhnya terwujud. Di tahun kedua berlatih, Meridian Ren Tang San sudah terbuka. Sekarang tinggal Meridian Du yang tersisa.
Target yang ditetapkan Tang San untuk diri sendiri adalah membuka Meridian Du sebelum mencapai level 60. Saat itu, Xuantian Gong akan mencapai tingkat baru.
Setelah delapan meridian terbuka, Tenaga Pelindung bisa digunakan. Ini sesuatu yang tidak dimiliki Ahli Jiwa. Dalam bahasa dunia ini, mungkin bisa disebut materialisasi Soul Power.
“Duduk.” Tang Hao menunjuk ke tanah.
Tang San tertegun. Tapi tetap duduk bersila sesuai perintah. Hanya saja dia tak mengerti apa yang ingin dilakukan ayahnya.
Tang Hao tak menjelaskan, mendekati Tang San, “Lepaskan Blue Silver Grass-mu, lalu rasakan dengan hatimu. Dengan kekuatan spiritualmu sekarang, seharusnya bisa merasakannya. Awalnya aku tak ingin kau mendapatkan skill ini terlalu dini. Tapi karena kekuatan spiritualmu sudah meningkat sampai level ini, sudah saatnya kau memperolehnya.”
Tang San tak memahami maksud ucapan ayahnya, hanya samar-samar menangkap kesan bahwa Cincin Jiwa yang akan diperolehnya ini sepertinya sudah direncanakan ayahnya sejak lama.
Tanpa berpikir panjang, ia segera menutup matanya. Blue Silver Grass melepas diri secara spontan, muncul perlahan mengelilingi tubuhnya. Kekuatan spiritual terkonsentrasi, menyebar ke sekeliling.
Tumbuhan Blue Silver Grass adalah spesies yang paling umum ditemui di Benua Douluo.
Tak lama kemudian, Tang San memasuki keadaan yang pernah dicapainya dulu. Semua Blue Silver Grass di sekitarnya seolah memanggilnya, peningkatan drastis kekuatan spiritual membuat persepsinya menjadi luar biasa jelas.
Ia bahkan bisa membedakan emosi dari setiap helai Blue Silver Grass.
Kesadaran merambat seiring pelepasaan bertahap kekuatan spiritual, aura Blue Silver Grass yang dirasakan Tang San semakin membesar.
Perlahan, ia terbenam dalam sensasi ini. Ia menemukan semua Blue Silver Grass seolah memiliki emosi penyembahan terhadapnya.
Seperti anak kandung yang sedang bersemangat curhat pada ayahnya.
Volume 20: Ibu Kota Membunuh
