Cincin Jiwa keempat tiba-tiba bersinar terang. Seketika, seluruh kedai dipenuhi lapisan biru kristal.
Batang-batang Blue Silver Grass tebas muncul dari bawah tanah, duri kerucut yang keras menembus tubuh satu per satu.
Mutasi Kemampuan Spirit keempat Blue Silver Grass, Blue Silver Thrust diaktifkan.
Sepertinya semua telah berakhir, bahkan Roh Zong itu pun tidak luput dari takdir tertusuk. Tak ada satu pun tubuh manusia yang mampu menahan Blue Silver Grass yang telah berevolusi dengan ketajaman luar biasa setara Delapan Tombak Laba-laba. Mayat-mayat yang kehilangan jejak aura kehidupan terangkat. Tubuh mereka telah tertembus oleh Blue Silver Emperor, energi vital mereka mengalir deras.
"Kalian tidak boleh menghina Ibuku." Biru di pupil mata Tang San tiba-tiba berpendar kuat. Saat ia berbalik dan duduk kembali di hadapan ayahnya, Cincin Jiwa dan Blue Silver Grass di sekitarnya lenyap bersamaan.
Byur... byur... byur..., mayat-mayat berjatuhan ke tanah, darah segar menggenangi lantai kedai minuman. Ekspresi wajah Tang San saat itu justru tenang. Ketenangan yang membuat Tang Hao sendiri terkejut.
Tang Hao mengangguk pelan, "Ternyata aku masih meremehkanmu. Ingat, di Ibu Kota Pembunuhan, kau hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Aku tidak akan menemanimu, apalagi melindungimu. Di sana tak ada teman atau rekan, yang ada hanyalah musuh. Bunuh semua yang mengancammu. Raih gelar juara tahunan Colosseum Neraka, baru aku akan menjemputmu."
Pelayan di kedai itu tidak panik meski puluhan orang tewas. Ia tetap tenang seperti Tang San, seolah sudah terbiasa menyaksikan pemandangan seperti ini.
Ucapan Tang Hao kepada Tang San juga didengarnya. Namun yang terpancar di wajahnya lebih banyak ekspresi meremehkan.
“Membunuh beberapa orang saja ingin masuk ke Kota Pembunuhan? Dia belum memenuhi syarat.” Pelayan berkata dingin, “Bahkan segelas Darah Maria pun tidak bisa ditahan, dengan apa masuk? Uh...”
Cheng——, Blue Silver Grass yang tajam menyembul dari dadanya. Tang San tidak menoleh, hanya berkata datar: “Sekarang apakah aku sudah memenuhi syarat?”
Pelayan jelas tidak bisa memberi jawaban lagi. Ia tak menyangka Tang San akan menyerangnya. Biji matanya perlahan membesar. Blue Silver Grass bergoyang lembut, mayatnya telah terlempar keluar. Darah segar menyembur, berkumpul dengan mayat-mayat sebelumnya.
“Kamu beradaptasi cepat.” Tang Hao menatap Tang San.
Tang San memandang ayahnya, “Karena aku harus bertahan hidup. Seperti katamu, setiap orang di sini, termasuk kita, pantas mati. Aku percaya padamu. Kota Pembunuhan, kan? Inilah tempat petualanganku. Ayah, aku akan berhasil.” Yang tak diucapkan: Untuk melindungi keluarga, kekasih, dan rekan-rekannya. Agar bisa hidup demi harapan. Ia tak akan mundur.
Tang San sendiri adalah orang cerdas. Setelah mendapatkan Tulang Kepala Kebijaksanaan, otaknya semakin tajam. Saat muntah-muntah tadi, ia sudah paham: Di dunia penuh pembunuhan ini, ayah membawanya hanya punya dua pilihan - membunuh atau dibunuh. Momen muntah itu adalah satu-satunya kelemahannya. Tak akan ada kesempatan kedua.
Setelah mengucapkan kalimat ini, Tang San berdiri dan berjalan dengan langkah tegas ke meja bar kedai minum, sama sekali tidak memandang dua pelayan lain di belakang bar yang sudah terpaku. Dia mengangkat tangan dan menampar meja bar dengan keras.
Dengan suara "Boom" yang menggema, meja bar hancur berkeping-keping, memperlihatkan tanah di bawahnya.
Kedua pelayan itu sudah kebingungan, sementara Kilauan Biru di tubuh Tang San mulai mereda. Di tangan kirinya, Palu Kecil hitam itu sudah muncul tanpa disadari.
"Pintu masuk Kota Membunuh, seharusnya ada di sini." Dengan memutar badan dan mengerahkan tenaga dari betisnya, palu hitam itu melesat seperti kilat hitam dan menghantam tanah dengan dahsyat.
Sejak sebelumnya, kekuatan spiritual Tang San sudah mendeteksi keanehan di tempat ini. Tepat di bawah meja bar ini terdapat rongga kosong. Tidak diragukan lagi, kota kecil ini pasti bukan Kota Membunuh yang sebenarnya. Pintu masuk adalah penjelasan paling logis. Dia tidak akan mencari mekanisme tersembunyi - di tempat yang berbeda, metode berbeda harus digunakan.
Dengan dentuman keras, tanah terbelah membentuk lubang besar. Angin dingin menusuk dari gua bawah tanah. Tang San menoleh ke arah tempat duduk ayahnya sebelumnya, namun menemukan Tang Hao sudah menghilang. Tanpa ragu, dia melompat masuk ke dalam kegelapan bawah tanah. Tubuhnya segera diselimuti kegelapan, menyelam sepenuhnya ke dalamnya.
Masuk ke dalam kegelapan, hanya jatuh beberapa meter, kaki Tang San sudah menyentuh tanah. Tanpa perlu cahaya, Zijin Modong-nya mampu melihat segala sesuatu dengan jelas dalam kegelapan.
Ini adalah lorong panjang yang melandai ke bawah, jejak aura kedinginan terus menerpa tubuh Tang San. Namun, dia tetap melangkah mantap ke depan.
Saat Tang San melangkah ke-1.462, suara dingin tiba-tiba bergema dari segala arah, "Selamat datang di Kota Pembunuhan. Ini adalah ibukota neraka, dunia yang dipenuhi pembunuhan. Di sini, kau bisa mendapatkan segala yang kau inginkan dengan taruhan nyawamu."
Kekuatan spiritual dilepaskan, namun Tang San langsung menyadari material lorong ini sangat spesial - bahkan kekuatan spiritualnya tak bisa menembusnya. Ekspresi wajahnya berubah sejenak, raut Tang San membeku. Tapi langkah kakinya tak berhenti. Dalam kegelapan, Blue Silver Grass-nya merambat lebih dulu, baru kemudian tubuhnya menyusul.
Tang Hao pernah berkata, aura pembunuh pada dasarnya setara dengan keberanian. Tapi keberanian bukan berarti gegabah. Meski Tang San masuk dengan gagah berani, dia tak pernah kehilangan kewaspadaan.
Setelah belokan, cahaya samar terlihat di depan. Tang San menyempitkan mata, mengerahkan Zijin Modong-nya. Cahaya itu langsung membesar di pandangannya - sebuah pintu gerbang terbuka. Di balik gerbang, terasa keberadaan energi vital makhluk hidup.
Dengan langkah tegap, Tang San mendengar suara riuh rendah. Saat keluar dari lorong, di hadapannya muncul 101 orang.
Semua mengenakan zirah hitam pekat, bahkan wajah mereka sepenuhnya tertutup oleh helm. Seratus orang di antaranya memegang pedang berat. Hanya satu orang yang duduk tegak di atas kuda perang tinggi. Kuda tersebut juga dilapisi zirah hitam pekat yang tebal.
"Kau melanggar aturan." Suara berat terdengar sedingin es, seolah bukan berasal dari mulut manusia. Yang berbicara adalah kesatria berbaju zirah hitam yang sedang duduk di atas kuda.
Tang San tidak menatapnya, melainkan memandang ke belakangnya. Yang terlihat adalah kota berwarna hitam pekat. Tembok kota hitam yang kokoh itu sangat lebar, ternyata benar-benar sebuah kota. Di langit atas kota, tergantung bulan ungu. Bulan itu sangat rendah, seolah hanya berjarak kurang dari 500 meter dari tanah. Melihat ke atas, semuanya hitam pekat seperti malam yang gelap.
"Lalu apa konsekuensi melanggar aturan?" Tang San bertanya dengan datar.
Suara kesatria zirah hitam tetap dingin tanpa jejak aura manusiawi, "Kau harus menerima hukuman. Kalahkan aku, maka kau berhak memasuki Kota Membunuh."
"Bukannya membunuhmu?" Tang San kembali bertanya dengan tenang.
Tombak panjang di tangan kesatria zirah hitam perlahan terangkat. Prajurit zirah hitam di kedua sisi Tang San mundur, membuka arena kosong.
"Aku adalah Kesatria Mengerikan Scott."
Kuda perang tiba-tiba melesat cepat, kesatria zirah hitam itu menerjang Tang San dengan aura mengerikan.
Jejak aura kedinginan menyebar, aura pembunuhan yang tajam menerpa dari depan. Dibandingkan dengan aura pembunuhan megah Tang Hao, aura pembunuhan yang dipancarkan ksatria berbaju zirah hitam ini jauh lebih kecil, namun lebih menusuk.
Mengumpulkan tenaga dalam, Tang San tiba-tiba menyadari cincin jiwanya tidak muncul bersamaan dengan Blue Silver Grass. Sepertinya semua Kemampuan Spirit telah kehilangan fungsi saat ini.
Tanpa panik, Tang San bergerak. Blue Silver Grass ditarik, Hammer Haotian muncul di tangan kirinya. Saat inilah ia akhirnya pahap mengapa ayahnya pernah menyuruhnya berlatih dalam kondisi Soul Power tersegel. Kota Pembunuhan ini ternyata memiliki aturan khusus - semua Kemampuan Spirit tak berlaku di sini. Bahkan Ahli Jiwa pun hanya bisa menggunakan kekuatan fisik dasar dan wujud paling elemental Hunwu.
Kemampuan Spirit hilang, namun Soul Power tetap ada - berarti Xuantian Gong masih berfungsi. Memutar badan, Hammer Haotian di tangan Tang San menghantam. Teknik Palu Angin Kacau, pukulan pertama. Yang ia hadapi adalah Ksatria Mengerikan berbaju zirah berat dengan momentum kuda perangnya.
Boom—
Kuda perang meringkik pilu, momentum dahsyatnya terhenti mendadak. Tombak ksatria berat sepanjang empat meter melayang ke udara dan terlempar jauh.
Ksatria Mengerikan Scott sudah tidak berada di atas kuda, sama seperti tombak ksatria miliknya, seluruh tubuhnya terlempar. Kuda perang itu justru berhenti di tangan kanan Tang San. Gaya dorong dahsyat berakhir di sini, di bawah pengaruh kekuatan luar biasa, kuda itu terjungkal ke samping dan kejang-kejang hebat. Lehernya sudah patah total akibat benturan dua kekuatan besar.
Haotian Hammer seberat 250 kg, ledakan kekuatan yang dihasilkan dari serangan terkumpul Tang San, hanya Tang Hao yang paling memahami.
Dua tahun ditempa di bawah air terjun, tubuh Tang San sejak lama telah menjadi senjata. Meskipun gaya dorongnya dahsyat, sama sekali tidak bisa mempengaruhinya.
Ksatria Mengerikan Scott perlahan bangkit dari tanah. Baju zirah di tangan kanannya yang sebelumnya memegang tombak ksatria telah hancur berantakan, begitu pula baju zirah di seluruh lengan kanannya. Yang juga hancur adalah otot dan tulang-tulang lengan kanannya.
Tang San mengerutkan kening. Menurut perhitungan awalnya terhadap lawan, pukulan palu ini seharusnya bisa mengakhiri nyawa musuh. Namun kekuatan Ksatria Mengerikan ini ternyata lebih kuat dari perkiraannya, sehingga nyawanya tersisa.
Langkah demi langkah berjalan maju, Tang San menengadah ke bulan ungu di langit. Dalam hati berbisik: Kota Pembunuhan yang tak bisa menggunakan Kemampuan Spirit. Aku datang.
