Sebelum tiba di sini, Tang San sudah tahu apa itu Mary Berdarah - darah manusia. Dari sini bisa disimpulkan, orang tadi mungkin telah menyumbangkan darah dalam jumlah tak terkira hingga tubuhnya menjadi seperti itu. Kemungkinan besar dia tidak akan bertahan lama lagi.
“Kontribusi Bloody Mary yang lebih banyak, bukankah itu sama saja seperti sapi potong?” Tang San mengerutkan kening.
Gadis bercadar hitam berkata, "Tidak, tempat Anda berada sekarang adalah kota luar Kota Pembunuhan, bukan kota intinya. Hanya kota dalam yang benar-benar bebas aturan. Mereka yang menyumbangkan Bloody Mary untuk bertahan hidup hanya boleh beraktivitas di kota luar, dan pembunuhan sembarangan dilarang di sini. Hanya pejuang yang bertahan di Colosseum Neraka yang berhak tinggal di kota dalam. Tentu saja, kenikmatan yang didapat di sana jauh lebih besar, tetapi ujian kematian juga mengintai setiap saat."
"Kalau begitu, Kota Pembunuhan sepenuhnya adalah dunia lain. Lalu dari mana sumber makanan kota ini? Di tempat seperti ini, menanam pasti tidak mungkin, dan takkan ada yang mau melakukannya." Tang San terus memandang gadis bercadar hitam sambil berbicara. Zijin Modong-nya bukan termasuk Kemampuan Spirit, jadi tidak terpengaruh larangan. Dalam waktu singkat ini, dia telah menguji bahwa skill yang melekat pada Spirit Bone juga tidak terpengaruh oleh bidang khusus di sini.
Ekspresi wajah gadis bercadar hitam sedikit berubah, "Maaf, saya tidak tahu hal itu. Tidak bisa menjawab."
Tang San berkata datar, "Apakah Kuil Wuhun tahu keberadaan tempat ini? Jika tahu, mengapa mereka yang selalu mengklaim diri sebagai pihak berintegritas tidak datang membasmi kalian?"
Pertanyaan yang dilontarkannya bisa dibilang sangat tidak sopan, namun mengandung maksud tersembunyi. Meskipun Kota Pembunuhan adalah dunia bawah tanah yang terisolasi dari dunia luar. Namun fakta bahwa ayah bisa mengetahui masih ada begitu banyak orang di kedai minuman luar saat kedatanganku, membuktikan bahwa pihak luar sebenarnya memiliki pemahaman tentang tempat ini.
Gadis bercadar hitam menyunggingkan senyum dingin, "Tahu？Kuil Wuhun tidak akan mengambil tindakan terhadap kami. Belum lagi apakah mereka bisa mendapatkan keuntungan di dunia ini. Menghancurkan Kota Pembunuhan sama sekali tidak menguntungkan mereka. Tuan 9528, jangan lupa bahwa orang yang masuk ke Kota Pembunuhan hampir mustahil keluar lagi. Dan yang bisa sampai di sini adalah manusia-manusia yang telah terjerumus dalam dekadensi dan kejahatan. Tempat ini juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan dunia luar. Kota Pembunuhan bagaikan penjara khusus yang membantu Kuil Wuhun mengawasi para penjahat kelas kakap, menurutmu mengapa Kuil Wuhun harus menghancurkannya? Mereka mungkin justru berharap lebih banyak penjahat datang ke sini."
Senyum dingin mengembang di wajah Tang San, ternyata sesuai dengan perkiraannya. Eksistensi Kota Pembunuhan ini bertumpu pada pembiaran Kuil Wuhun. Bagaimanapun juga, meskipun kemampuan spirit tidak bisa digunakan di sini, kekuatannya tetap takkan bisa menyaingi Kuil Wuhun yang menguasai seluruh benua.
Saat berjalan, semakin banyak orang di kedua sisi jalan. Hampir setiap wajah memamerkan pucat tak sehat, lebih banyak lagi yang terlihat kurus kering seperti tulang terbungkus kulit.
Tidak perlu ditanya, mereka semua adalah orang-orang yang tidak berani masuk ke arena pembunuhan neraka, dan bertahan hidup dengan menyumbangkan dua cawan anggur berdarah Mary setiap bulan.
Tang San masih mengingat jelas cawan anggur berdarah Mary yang pernah diminumnya. Dia ingat, satu cawan itu setidaknya hampir setengah jin (≈250 gram), dua cawan per bulan berarti total satu jin darah segar.
Satu atau dua bulan mungkin tidak masalah, tetapi di tempat tanpa sinar matahari ini, bagaimana tubuh bisa bertahan jika terus menerus seperti ini?
Dalam hati Tang San berpikir, mungkin kota pembunuhan ini sendiri didukung diam-diam oleh Kuil Wuhun. Kalau tidak, dari mana datangnya persediaan makanan dan berbagai barang di kota ini?
Di kota luar wilayah pembunuhan, di sepanjang jalan terdapat rumah-rumah batu hitam sederhana. Hanya ada beberapa tempat makan yang tersebar di jarak tertentu. Banyak orang mengantri menunggu distribusi makanan. Rasanya hanya sedikit lebih baik daripada pengemis. Tidak ada tanda-tanda "surga kenikmatan" atau "tempat bersenang-senang" yang disebut-sebut.
Gadis bercadar hitam memberikan penjelasan sederhana: Penjahat pun memiliki tingkatan. Hanya penjahat kuat yang benar-benar bisa menikmati surga kemerosotan moral ini. Sedangkan sampah yang tidak berguna tidak berhak menikmatinya.
Kota ini lebih besar dari yang dibayangkan Tang San. Setelah berjalan hampir Setengah Jam, ketika Tang San mulai memahami kondisi kota luar, gadis bercadar hitam sudah membawanya ke depan tembok kota.
Dibandingkan dengan tembok luar Kota Pembunuhan, tembok kota ini tidak terlalu tinggi, bagian tertingginya hanya sekitar 10 meter. Jelas terlihat bahwa di balik tembok ini terletak kota dalam Kota Pembunuhan.
Gerbang kota terbuka lebar tanpa penjaga sama sekali. Gadis bercadar hitam dengan ekspresi datar menjelaskan pada Tang San: "Kota dalam tidak membutuhkan penjaga. Penduduk kota luar bisa masuk kapan saja selama mereka berani. Tentu saja, begitu masuk, mereka harus siap menghadapi ketidakpastian dunia di dalam. Karena Anda baru tiba di Kota Pembunuhan, saya sarankan untuk tinggal di kota luar dulu beberapa waktu. Setelah menyesuaikan diri dengan segala kondisi di sini, baru masuk ke kota dalam. Nanti saat memasuki kota dalam, jangan menjauh lebih dari 5 meter dari saya. Jika tidak, saya tidak bisa menjamin keselamatan Anda."
"Bersama kamu berarti aman?" Tang San berkata dengan nada berseloroh.
Gadis bercadar hitam menatapnya, sorot mata di balik cadar yang tidak terlalu indah itu memancarkan kesombongan. "Saya adalah utusan Raja Pembunuhan. Di Kota Pembunuhan, tak ada yang berani menantang wibawa Raja Pembunuhan. Dalam 12 jam pertama setelah memasuki dunia ini, Anda berada dalam masa perlindungan pendatang baru. Kehadiran saya di samping Anda adalah perlindungan terbaik untuk nyawa Anda. Setelah waktu itu berakhir, nasib hidup-mati Anda sepenuhnya ditentukan oleh langit."
Ternyata ada periode perlindungan untuk pendatang baru. Rupanya Kota Pembunuhan benar-benar memiliki sistem tersendiri.
Tanpa ragu-ragu, Tang San melangkah memasuki kota dalam bersama gadis bercadar hitam.
Begitu kakinya menginjak wilayah kota dalam, Tang San langsung merasakan suasana yang sama sekali berbeda dengan kota luar.
"Jika dikatakan kota luar adalah dunia kehampaan dan kedinginan. Maka kota dalam adalah dunia kemewahan dan kegilaan." Berbagai cahaya berwarna-warni terlihat di mana-mana. Jumlah orang di kota dalam jauh lebih banyak dibandingkan kota luar, sangat kontras dengan keheningan kota luar.
Di dalam kota dalam, kekacauan terjadi di mana-mana. Di setiap sudut terdengar tawa histeris, tangisan menyakitkan, serta banyak suara-suara yang membuat bulu kuduk merinding.
Memandang ke sudut kiri, seorang pria bertubuh raksasa sedang mencengkeram rambut wanita montok, bagian bawah tubuhnya bergerak liar. Ia memuaskan nafsu bejatnya di tempat terbuka. Kerumunan orang di sekitarnya justru bersorak mendukungnya.
Di sisi lain, tiga empat orang sedang menghajar seorang pemuda. Tang San menyaksikan tangan pemuda itu dicabik-cabik, pelakunya bahkan mengunyah daging lengan yang putus itu dengan lahap.
"Ini lebih tepat disebut dunia binatang daripada taman surga kejahatan." Tang San berkata datar.
Cahaya di mata gadis bercadar hitam di sampingnya tiba-tiba berubah: "Kau menantang otoritas Raja Pembunuhan? Jika iya, Yang Mulia pasti akan menghabisi-mu di sini. Di tempat ini, semua harus tunduk pada peraturan."
Tang San memandangnya dengan ekspresi ambigu: "Bawa aku ke Colosseum Neraka."
Gadis bercadar hitam itu jelas menunjukkan ketidaksukaan. Kali ini dia tidak lagi memberi nasihat, melainkan langsung bergegas menuju jantung kota dalam.
Kota dalam memang bisa disebut sebagai ibu kota kemewahan, atau lebih tepatnya kemerosotan moral. Seperti yang dikatakan gadis bercadar hitam, meski banyak tatapan tidak ramah mengarah ke Tang San, tak seorang pun berani mengganggunya selama dia berada di sampingnya.
Di sini, jantung Tang San terus berdebar kencang. Matanya menyaksikan begitu banyak hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Laki-laki dan perempuan berhubungan intim secara terbuka di jalanan, beberapa bahkan terbunuh saat sedang bercinta. Dengan jelas Tang San melihat seorang lelaki yang tengah mencapai klimaks, tenggorokannya ditoreh pisau yang disemburkan dari mulut wanita di bawahnya.
Wanita genit itu menyedot cairan merah segar yang mengucur dari tenggorokan lelaki itu dengan tubuhnya yang masih kejang-kejang.
Meski perut kosong, Tang San hampir muntah beberapa kali. Rasa jijiknya terhadap dunia ini meningkat secara eksponensial.
Tiba-tiba ia sadar, di Kota Pembunuhan ini tak perlu upaya sadar untuk mengendalikan diri - hasrat membunuh akan terus mengalir deras. Seolah hanya melalui pembunuhan, ia bisa melepas sifat kasar yang terpendam dalam dirinya.
Saat berjalan, tiba-tiba terjadi keributan di depan. Sekitar puluhan orang mengerumuni sesuatu, diselingi jeritan-jeritan menyakitkan.
Percikan darah tiba-tiba menyembur dari kerumunan. Orang-orang membuka jalan saat sesosok figur perlahan muncul dari tengah kerumunan.
Melihat orang ini, Tang San tak sengaja menghentikan langkahnya, matanya memancarkan keheranan yang tak bisa disembunyikan. Ia tak menyangka, di kota penuh dosa dan pembunuhan ini, ia malah bertemu dengan wajah yang dikenalnya.
Dari kerumunan orang muncul seorang gadis. Seluruh tubuhnya berpakaian hitam, rambut panjangnya tertata rapi di belakang diikat dengan pita. Di tangannya tergenggam pedang pendek sepanjang lebih dari satu kaki yang berkilau dingin.
Sepasang mata indah penuh pesona mistis berkilauan. Dibandingkan dengan wanita-wanita genit yang dilihatnya di jalan sebelumnya, dia bagaikan teratai putih yang tumbuh dari lumpur namun tak ternoda.
Bentuk tubuhnya yang nyaris sempurna, ditambah aura dingin yang berbeda dari sebelumnya, semuanya menarik perhatian.
Pada pedang pendek sehalus cermin di tangannya, setetes darah segar perlahan meluncur. Orang-orang yang menyaksikannya memandang dengan ekspresi ketakutan.
Benar, orang ini dikenali Tang San. Dua tahun lalu, sebelum ia dan ayahnya menjauhi keramaian, wanita ini pernah tumbang di hadapannya.
