Selain itu, sebuah jalan sempit dengan lebar di bawah setengah chi—hanya cukup untuk menapakkan kedua kaki—membentang menuju kegelapan tak dikenal. Ini satu-satunya jalan keluar dari platform mereka.
Saling memandang, Tang San dan Hu Liena tak bisa menahan diri untuk mengerutkan alis.
Tiba-tiba ide muncul di benak Hu Liena, "Aku tidak tahu siapa yang ada di bawah sana."
Tang San merasa hatinya bergetar. Terhadap situasi berbahaya di depan matanya, justru kekhawatirannya tidak terlalu banyak. Meskipun jalan setapak di depan sepenuhnya menggantung di udara, dengan mengandalkan Blue Silver Grass, Cakar Dewa Terbang, dan Delapan Tombak Laba-laba, dia bisa dengan mudah memastikan dirinya tidak jatuh. Tentu saja, syaratnya adalah jalan kecil ini tidak patah. Sedangkan maksud Hu Liena jelas ingin mencari jalan lain.
"Aku lihat dulu." Tang San merangkak di tanah. Terhadap Hu Liena, dia harus tetap waspada, hanya memperlihatkan kepalanya di tepi platform sambil menatap ke jurang di bawah.
Kegelapan samar di bawah tidak menyulitkan Tang San. Cahaya biru tua menyembur dari kedua matanya, secara instan memperpendek jarak pandang.
Bangkit sambil berguling, ekspresi Tang San terlihat agak aneh.
"Bagaimana? Bisakah kau melihat jelas?" tanya Hu Liena dengan tenang.
Tang San mengangguk, "Di bawah adalah darah. Atau lebih tepatnya kolam darah. Jika tebakanku benar, kolam darah di bawah itu adalah akumulasi darah manusia yang selama ini dipendam oleh Kota Pembunuhan. Inilah yang mereka sebut Mary Berdarah dan persembahan untuk Jalan Neraka ini."
Hu Liena menunjukkan ekspresi merenung. Setelah lama, dia berkata, "Dari analisis sederhana, Jalan Neraka ini tidak hanya merupakan jalan keluar dari Kota Pembunuhan, tapi juga seharusnya menjadi inti dari seluruh Kota Pembunuhan."
Baru saja sampai di sini, dia jelas melihat mata Tang San di seberang tiba-tiba bersinar. Hampir bersamaan, mereka serentak berseru: "Atau bisa dikatakan sumber energi dari wilayah kekuasaan aneh Kota Pembunuhan itu."
Menyadari mereka berbicara hal yang sama, wajah Hu Liena memerah sambil memalingkan kepala. Di wajah Tang San terpancar rasa canggung. Dalam hati, ia takjub akan kecerdasan Hu Liena—pantas saja disebut murid langsung Sang Paus. Sikapnya membuat Tang San bersyukur telah memilih bekerja sama dengannya. Memiliki rekan secerdas ini jelas merupakan keuntungan untuk melewati Jalan Neraka.
Hu Liena tentu tak tahu isi pikiran Tang San. Ia melanjutkan analisisnya, "Tang Yin, perhatikanlah. Di Kota Pembunuhan ini, darah adalah elemen terpenting. 'Mary Berdarah' ini muncul di mana-mana. Seperti katamu, darah ini mengandung racun mematikan kronis tapi juga memberi efek stimulan. Banyak cara untuk mengendalikan orang, mengapa penguasa Kota Pembunuhan tetap menggunakan darah? Hanya untuk kesan misterius? Kurasa tidak. Pasti ada rahasia di balik ini."
Tang San mengangguk, "Pendapatku sama. Meski belum tahu rahasia sejati darah di Kota Pembunuhan, yang pasti jika sumber darah ini hilang, seluruh kota akan mengalami pukulan berat—bahkan mungkin kehancuran. Tempat seperti ini seharusnya sudah dimusnahkan. Tapi Kuil Wuhun malah membiarkannya. Apakah hanya untuk menampung para terjerumus?"
Ekspresi wajah Hu Liena berubah, ia berkata datar: "Hal-hal ini bukan wewenangku. Aku tahu Sekte Haotianmu sangat tidak suka dengan Kuil Wuhun kami. Tapi saat ini, lebih baik kita selesaikan masalah di depan kita dulu."
Tang San mengangguk perlahan, menatap kegelapan di kejauhan. "Jalan sempit ini pasti yang disebut Jalan Neraka. Kita tidak tahu panjangnya, tapi yang pasti melewatinya tidak sesederhana berjalan biasa. Di bawah ada kolam darah yang sangat luas. Kemungkinan besar ada binatang buas khusus atau racun mematikan di sana. Turun ke bawah bukan pilihan. Cara terbaik keluar adalah melalui jalan di atas."
Hu Liena mengangguk, "Obat yang kamu berikan sebelumnya sangat efektif. Apakah kamu punya obat pencegah racun mematikan? Setidaknya jika kita turun ke kolam darah di bawah, kita masih bisa merasa berpijak pada sesuatu yang nyata. Jalan sempit ini terus membuatku merasa waspada."
Tang San menggeleng, "Racun di dunia ini sangat beragam. Tidak ada obat yang bisa menangkal semua jenis racun. Aku merasakan hal yang sama, Jalan Neraka ini memang berbahaya. Tapi perasaanku tentang area di bawah lebih mengkhawatirkan lagi. Sebelum memulai, lebih baik kita sepakati dulu pendapat kita."
Hu Liena tanpa ragu-ragu berkata, "Aku ikuti keputusanmu. Aku hanya memberikan saran. Karena kita tidak punya metode anti-racun yang lebih baik, memilih jalur atas jelas merupakan satu-satunya pilihan. Ini mungkin juga merupakan satu-satunya cara yang diberikan kepada siapa pun yang lolos ketika Jalan Neraka ini pertama kali muncul. Sayangnya, kita tidak memiliki data apa pun tentang hal ini. Sebelum datang, Sang Pembunuh yang kukenal memberitahuku bahwa situasi di Jalan Neraka sangat aneh dan berbeda dengan pengalamannya dulu. Daripada memberitahu detail spesifik, lebih baik kita mengeksplorasi sendiri. Dengan begitu kita akan lebih berhati-hati."
Dalam hati Tang San berpikir, mungkin Ayah juga tidak memberitahukan segala hal tentang Jalan Neraka karena alasan ini. Jalan hidup harus ditapaki sendiri.
Saat ini, kualitas mental keduanya yang luar biasa benar-benar teruji. Bagi orang biasa, datang ke tempat asing yang penuh kengerian pasti ingin segera pergi. Tapi Tang San dan Hu Liena tidak melakukannya. Mereka duduk di platform bundar, menenangkan pikiran dan bermeditasi. Mengingat krisis yang akan dihadapi tidak diketahui, menjaga kondisi terbaik adalah pilihan paling bijak.
Seluruh satu jam mereka habiskan untuk berlatih. Di Jalan Neraka ini, Kemampuan Spirit mereka masih ditekan oleh kekuatan misterius, yang bisa diandalkan hanyalah teknik bertahan hidup yang dipelajari di Kota Membunuh.
Hampir bersamaan membuka mata, kedua orang itu saling memandang lalu bangkit serentak. Hu Liena membuka ikat pinggangnya, cepat-cepat melepas jubah luarnya. Tampaklah pakaian dalamnya.
Pakaian dalamnya berwarna merah muda. Bagian atas berupa kaus kutang merah muda yang hanya menutup bagian terpenting dengan ketat, sementara bagian bawahnya adalah celana pendek ketat merah muda yang berakhir tepat di atas pangkal pakaknya.
Begitu jubah luar dilepas, misteri bentuk tubuhnya pun terkuak. Biasanya tubuh Hu Liena selalu terbungkus pakaian hitam, seluruh bagian tersembunyi dengan rapi. Selain postur tubuhnya yang jenjang, tak terlihat detail lain. Tapi saat ini, seluruh rahasianya telah terpapar jelas di depan Tang San.
Tinggi badan Hu Liena hampir setara Xiao Wu. Kulit putihnya yang dipantulkan cahaya merah redup di sekelilingnya menambah aura pesonak. Kulitnya halus bak sutera hingga memantulkan kilau samar, dua kaki panjangnya yang ramping menegang memperlihatkan garis tubuh yang lembut.
Pinggang rampingnya yang mungil terbuka, membentuk kurva menakjubkan bersama pantatnya yang tegap mengembang. Bagian dada yang berisi di balik kutang memperlihatkan dua tonjolan menggoda, tak ada sedikit pun cacat pada tubuhnya.
Gerakan Hu Liena melepas pakaian terlihat sangat natural. Ia melempar jubahnya ke tanah, lalu dengan cepat merapikan rambut panjangnya hingga tampak rapi dan praktis, kemudian mulai merobek-robek jubah luar yang telah dilepasnya.
Melihat postur tubuh Hu Liena, aliran panas tak terbendung mengalir dari perut bawah Tang San. Hunwu Hu Liena adalah siluman rubah, dengan skill andalannya yaitu pesona. Meski saat ini dia tidak menggunakan skillnya pada Tang San, tubuh lembutnya yang sempurna adalah media pesona terbaik. Walau Tang San tahu alasan di balik tindakannya, sejenak dia tetap terpana. Bagaimanapun, ini pertama kalinya dalam hidupnya dia melihat langsung postur tubuh seorang gadis.
Secara lahiriah Hu Liena tampak biasa saja, tapi sebenarnya hatinya sangat gugup. Meski terkenal dengan skill pesona, nyatanya dia sangat menjaga kesucian diri. Yan dari Generasi Emas telah lama mengejarnya, tapi bahkan tangannya belum pernah disentuh Yan sekali pun. Andai mitranya bukan Tang San, demi apapun dia takkan rela memperlihatkan postur tubuhnya pada orang lain.
"Masih bengong apa? Lepas jubah luarmu!" Hu Liena berkata pada Tang San. Dia berusaha membuat nada bicaranya terdatar mungkin untuk menyamarkan rasa canggung.
Tang San menggeleng, "Tak perlu. Satu jubah sudah cukup. Jarak antara kita tak boleh terlalu jauh."
Hu Liena melotot kesal padanya, dalam hati bergumam: "Katanya satu jubah cukup, kenapa kau yang tak melepas?" Tapi hatinya tetap lega. Bekerja dengan orang pintar menghemat banyak komunikasi tak perlu. Begitu dia melepas jubah, Tang San langsung paham maksudnya.
“Seperti kata pepatah, tidak takut lawan seperti dewa, yang ditakuti adalah rekan seperti babi. Jelas, melalui kontak singkat, kedua pihak memastikan bahwa pihak lain sama sekali bukan babi. Adapun apakah yang akan mereka hadapi di Jalan Neraka adalah dewa atau hantu, hanya bisa dilihat selangkah demi selangkah.
Tang San tentu bisa membaca makna di balik pandangan Hu Liena, mengangkat bahu pasrah, "Kamu yang terlalu cepat bergerak."
Melihat pakaiannya yang sudah terkoyak menjadi sobekan-sobekan, Hu Liena merasakan perasaan setengah ingin tertawa dan menangis. Rupanya, penyamarannya masih kurang. Terlalu cepat membuka pakaian. Sekarang menyesal pun sudah terlambat.
