Kelelawar-kelelawar merah darah itu terbang sangat cepat, dalam sekejap sudah mendekat. Mata mereka juga berwarna merah darah, saat mendeteksi target, mengeluarkan suara 'gak-gak' dari mulut sambil memperlihatkan taring tajam. Ribuan ekor kelelawar darah bersama-sama mengepakkan sayapnya menciptakan angin busuk, membuat tubuh Tang San dan Hu Liena goyah sejenak.
Tang San bergerak gesit, cepat-cepat melepaskan tali di pinggangnya. Dengan gerakan refleks meraba melalui perut Hu Liena, ia melilitkan tali itu kembali dan mengikatnya erat di pinggangnya sendiri. Dengan demikian, tubuh mereka berdua tak mungkin tidak menempel erat, terikat kencang menjadi satu.
Pantat mereka saling menempel, tapi di saat seperti ini tak ada sedikit pun pikiran mesum yang muncul. Seluruh konsentrasi tertuju pada gerombolan kelelawar darah yang semakin mendekat.
Hu Liena sama sekali tidak keberatan dengan tindakan Tang San. Ia tahu, Tang San sengaja memanfaatkan berat badan gabungan mereka untuk menahan terpaan angin. Dua orang yang terikat bersama jelas lebih stabil daripada seorang diri.
Selain itu, ia segera merasakan tubuh Tang San di belakangnya berdiri kokoh bagai gunung, tak lagi goyah. Karena posisinya yang menempel di punggung Tang San, ia pun ikut stabil dan bisa fokus sepenuhnya.
Di tangan kiri Tang San, Haotian Hammer seberat 250 kg telah muncul. Dengan berat senjata legendaris ini ditambah kontrol Soul Power mereka, meski angin bertiup kencang, tak mampu menggeser posisi mereka sedikit pun.
Dengan Tang San yang telah menyelesaikan masalah belakang, semangat Hu Liena langsung melonjak. Semangat pembunuh yang terpendam dalam tubuhnya tiba-tiba melepaskan diri, memantulkan kilauan mengerikan pada pedang pendek yang dingin. Setelah menarik napas dalam, matanya perlahan berubah menjadi merah muda. Meskipun Kemampuan Spirit-nya tertekan, hal ini tidak memengaruhi kemampuannya untuk mewujudkan Hunwu-nya.
Kelelawar darah di udara seolah memiliki kecerdasan sendiri. Mereka tidak terburu-buru meluncurkan serangan ke dua orang tersebut, melainkan berputar cepat di tengah hampa untuk mengelilingi mereka. Saat ini, setiap arah tubuh Tang San dan Hu Liena dikepung oleh kelelawar darah yang siap menyerang.
Tang San menggerakkan jarinya, sebuah kilauan dingin melesat keluar. Cahaya itu langsung menuju kelelawar darah terdekat.
Namun kelelawar darah itu menggeliat ringan di udara, dengan gesit menghindari jarum terbang yang dipantulkan Tang San.
Hati Tang San menjadi tegang. Hu Liena sudah berbisik pelan: "Kelelawar tidak seperti burung lainnya. Mereka punya kemampuan sensor khusus yang bisa dengan mudah membaca serangan musuh. Kemampuan ini bahkan tak bisa dipengaruhi oleh kekuatan spiritual. Kecuali kecepatan melebihi batas reaksi mereka, sulit untuk melukai mereka."
Tang San mengangguk. Ia juga mengetahui hal ini. "Biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini. Saat mereka mulai menyerang, kamu fokus saja melindungi dirimu sendiri."
“Baik.” Percakapan tidak boleh berpanjang lebar. Hu Liena langsung menjawab singkat sambil tetap mempertahankan konsentrasi penuh. Jika bukan karena kehadiran Tang San di sampingnya, mungkin saat ini dia sudah tidak sanggup menahan tekanan mental. Di tempat seperti ini, tanpa pijakan kokoh di bawah kaki, kelincahan sama sekali tidak bisa dimanfaatkan. Menghadapi begitu banyak kelelawar darah, situasi ini seharusnya sudah pasti merupakan kondisi yang mematikan.
Selain itu, dari kecepatan reaksi kelelawar darah menghindari serangan Tang San tadi, bisa disimpulkan bahwa jenis kelelawar ini merupakan spesies mutasi. Baik dalam hal kecepatan, serangan, semuanya termasuk kelas atas, bahkan mungkin mengandung racun mematikan.
Mungkin karena jarum terbang Tang San tadi telah memicu amarah kelelawar darah, puluhan kelelawar di barisan paling depan tiba-tiba menyergap mereka.
Pada saat itu, Hu Liena tiba-tiba merasakan hawa sejuk dari punggungnya, sensasi familiar itu muncul tiba-tiba. Kemudian, dia melihat pancaran sinar biru muda menyebar dengan cepat dari depannya, dalam sekejap telah meluas hingga diameter 50 meter.
Puluhan kelelawar darah yang baru saja menerjang mereka tiba-tiba gerakannya menjadi kacau, bahkan beberapa di antaranya sampai bertabrakan satu sama lain.
"Apa yang terjadi?" Sebelum Hu Liena sempat bereaksi, puluhan kilauan dingin telah melesat dari tangan Tang San. Satu kilauan untuk setiap kelelawar darah, tidak ada jarum terbang tambahan yang ditembakkan. Jarum-jarum itu menembus mata kelelawar darah langsung ke otak.
Disertai rentetan jeritan mengerikan, puluhan kelelawar darah yang pertama menyerang itu segera terjatuh ke jurang seperti meteor.
Setelah keterkejatan sesaat, dua kata muncul dari dasar hati Hu Liena, hampir terucap keluar, "Wilayah kekuasaan."
Ya, kemampuan khusus kelelawar darah tidak bisa diganggu oleh kekuatan spiritual (gelombang ultrasonik), namun ada satu kemampuan yang paling mereka takuti - wilayah kekuasaan.
Di dalam wilayah kekuasaan, kemampuan khusus mereka akan terpengaruh, dan dalam situasi inilah Tang San bisa dengan mudah membunuh mereka menggunakan jarum terbang biasa.
Tubuh Hu Liena bergetar halus, pantatnya yang montok tak terhindarkan menciptakan gesekan kecil pada Tang San.
"Jangan bergerak." Suara rendah Tang San membuat Hu Liena segera mengendalikan tubuhnya. Dia tahu ini bukan saatnya bertanya. Tapi dengan kecerdasannya sekalipun, dia tak langsung memahami kemampuan yang baru saja ditunjukkan Tang San.
Wilayah kekuasaan, bagaimana mungkin muncul padanya?
Belum lagi dia mustahil menjadi Tuan Bergelar, apalagi memiliki Cincin Jiwa kesembilan untuk melepas diri kemampuan bertipe wilayah. Di tempat ini, mustahil menggunakan teknik Spirit apapun.
Maka hanya ada satu penjelasan lain, yaitu wilayah kekuasaan bawaan. Dia ternyata memiliki wilayah kekuasaan bawaan?
Hu Liena teringat bahwa sensasi dingin yang menyegarkan itu bukan pertama kalinya ia rasakan. Saat sebelum memasuki Jalan Neraka, ketika dirinya hampir dikendalikan aura pembunuh, Tang San juga menggunakan kekuatan ini untuk membantunya kembali sadar.
Dalam aliran udara dingin yang menyegarkan itu, terkandung vitalitas yang meluap. Di tengah dunia jahat dan kedinginan ini, ia bagai mata air kehidupan yang memberinya kelembapan.
Rasa takut di hati perlahan menghilang. Tang San terus membatasi cahaya kebiruan pucat dalam radius diameter 50 meter di sekelilingnya tanpa perluasannya. Kelelawar darah mencoba melancarkan dua serangan lagi, tetapi hasilnya tetap sama.
Begitu memasuki dunia kebiruan pucat itu, kemampuan khusus yang mereka miliki langsung kehilangan efeknya.
Bahkan mengendalikan terbang saja menjadi sulit, apalagi melancarkan serangan ke duo ini. Di hadapan jarum terbang Tang San, tak ada satu pun kelelawar darah yang bisa mendekati tubuh mereka dalam radius 10 meter.
Secara permukaan, Tang San terlihat santai sekarang. Namun sebenarnya, ia juga menanggung Tekanan besar. Meski Senjata Rahasia efektif, ada kekurangan utama: jangkauan serangan. Master senjata tersembunyi terhebat sekalipun memiliki batasan jarak serangan tanpa mekanisme pegas. Untuk Tang San saat ini, jarum terbangnya hanya bisa mencapai jarak maksimal 20 meter.
Melebihi 20 meter, sulit untuk memiliki daya penghancur yang cukup. Jarum terbang sendiri terlalu ringan, dan Tang San tidak mungkin bisa menyuntikkan seluruh Soul Power-nya ke dalamnya.
Dia harus menarik kelelawar darah ke dalam jangkauan serangannya untuk memaksimalkan efeknya.
Untuk Senjata Rahasia berukuran besar dengan jarak serang lebih jauh, Tang San masih enggan menggunakannya. Di Kota Pembunuhan, ia sama sekali tidak memiliki tempat untuk suplai Senjata Rahasia. Sekalipun Senjata Rahasia-nya banyak, pasti akan habis juga.
Meskipun Tang San sudah berusaha menghemat Senjata Rahasia-nya di arena pembunuhan, tetap ada kerusakan. Banyak situasi mencurigakan membuatnya tidak bisa mengambil kembali Senjata Rahasia-nya, terutama senjata kecil seperti jarum.
Karena itu, di Jalan Neraka ini, dia harus menghemat Senjata Rahasia-nya sebisa mungkin. Siapa tahu bahaya apa lagi yang akan dihadapi nanti?
Kelelawar darah itu tampaknya sangat cerdas. Setelah tiga kali percobaan menguji, mereka enggan mendekati wilayah biru Tang San. Tapi mereka juga tidak mau pergi, tetap berputar sambil mengepakkan sayap, menghembuskan aliran udara tidak stabil ke duo ini.
Tang San lebih ingin mereka langsung menyerangnya. Gangguan terus-menerus ini justru membuat mereka semakin sulit menghadapi situasi. Dia mencoba menarik sebagian wilayah birunya untuk memancing kelelawar darah.
Tapi kelelawar darah itu sangat pintar. Selama cahaya biru masih ada, mereka tidak mau mendekat.
Meskipun serangan sebelumnya telah menyebabkan kerugian yang cukup besar, jumlah keseluruhan kawanan kelelawar darah masih sangat besar. Tang San dan Hu Liena sama-sama tahu bahwa bahkan satu gigitan dari kelelawar darah ini bisa berakibat fatal.
"Kelelawar-kelelawar ini sangat menjengkelkan," geram Hu Liena. Namun metode serangan utamanya lebih cocok untuk pertarungan jarak dekat, sehingga tidak bisa banyak membantu Tang San dalam situasi ini.
Tang San berkata dengan suara berat, "Jangan bergerak. Pertahankan keseimbangan tubuhmu dan lindungi arahmu sendiri. Selama mereka tidak menyerang, kita harus terus maju."
Sambil berbicara, punggung Tang San melengkung sedikit, mengangkat tubuh Hu Liena dari tanah. Ia mulai berjalan cepat ke depan, kali ini bukan dengan kecepatan konstan melainkan percepatan tinggi. Wilayah biru di sekelilingnya menyusut hingga sekitar 10 meter, sementara tubuhnya terus melesat di jalur sempit selebar setengah kaki.
Akselerasi tiba-tiba Tang San mengejutkan kawanan kelelawar darah. Rombongan besar kelelawar segera mengepakkan sayap dan mengejar.
Saat mereka hampir menyusul, tiba-tiba tubuh Tang San yang sedang melesat maju berhenti mendadak. Dengan teriakan kaget Hu Liena, seluruh tubuhnya melayang keluar secara memutar.
Wilayah biru yang awalnya hanya 10 meter tiba-tiba meluas hingga 100 meter. Ribuan kilauan dingin berpancar bersamaan dengan perluasan wilayah kekuatan ini.
Dengan koordinasi antara Zijin Modong (Latihan Mata Ungu) dan teknik Mendengar Suara dan Menentukan Posisi, setiap jarum terbang yang dilepaskan Tang San mencapai sasaran dengan presisi sempurna.
Terdengar jeritan melengking yang terus-menerus. Karena mengejar terlalu tergesa-gesa dan jatuh ke wilayah kekuasaan biru, setidaknya ada hampir seratus kelelawar darah. Kilauan dingin berkelebat, tubuh mereka berjatuhan seperti hujan.
