Tang Hao berkata dengan datar, "Dengan aura-mu yang masih mengalir keluar seperti ini, bagaimana kau bisa menyembunyikan diri di dunia Ahli Jiwa? Saat kau berhasil mencuci habis lapisan timbal, aku akan memberitahukan segalanya. Hanya saat itulah aku bisa menentukan masa depanku."
Mencuci habis lapisan timbal? Tang San tertegun sejenak, tapi dia tidak bertanya lebih lanjut. Dia hanya bisa mengikuti Ayahnya pergi diam-diam.
Mengusap air mata, Hu Liena turun dari lereng gunung dengan tenang. Setelah menata ulang emosinya, ekspresi wajahnya perlahan menjadi tenang. Dia tahu, dirinya tidak punya hak untuk bertindak gegabah karena perasaan.
Sejak kecil menjadi yatim piatu, Kuil Wuhunlah yang membesarkan dia dan kakaknya. Kuil Wuhun yang mencetak mereka. Memberikan segala yang mereka miliki sekarang. Betapa besar pengorbanan Guru padanya, Hu Liena sangat menyadarinya.
Kebaikan hati seperti ini saja sudah takkan bisa terbalaskan seumur hidupnya.
Karena itu, pada hari upacara kedewasaannya dulu, dia telah bersumpah untuk mendedikasikan seluruh hidupnya pada Kuil Wuhun.
Perasaan seperti cinta adalah kemewahan baginya. Apalagi, pria itu berasal dari Sekte Haotian.
Dia tak berani merenung lebih jauh. Hanya dengan tidak mengingat-ingat momen singkat melewati Jalan Neraka bersamanya, hatinya bisa tetap tenang.
"Nak." Suara agak melengking terdengar di depannya.
Hu Liena mengangkat kepala. Dua sosok berdiri dengan tenang menantinya.
Melihat kedua orang ini, perasaan Hu Liena tiba-tiba kembali bergejolak. Dua tahun sudah, akhirnya tak perlu lagi bertahan hidup dalam pembunuhan.
"Tetua Hantu, Tetua Krisan."
Keduanya adalah Tuan Hantu Guimei dan Tuan Krisan Yue Guan. Paus Bibi Dong mengutus dua Tuan Bergelar Douluo untuk menunggu Hu Liena di sini. Ini menunjukkan betapa pentingnya posisi sang putri.
Tuan Krisan tersenyum: "Selamat, Nak. Keberhasilanmu keluar dari sana sudah merupakan pencapaian terbesar. Kembali ke Kuil Paus, kami akan merayakanmu."
Tuan Hantu yang tetap terlihat samar-samar itu mengelus kepala Hu Liena: "Mari pergi. Yang Mulia Paus terus menantimu. Selama dua tahun ini, Beliau pernah datang tiga kali. Setiap kali pergi, matanya selalu dipenuhi kekecewaan dan kekhawatiran. Kurasa Beliau akan sangat gembira melihatmu kembali."
Mata Hu Liena berkaca-kaca. Mengingat semua perlakuan guru padanya, perasaannya terhadap Tang San akhirnya bisa diredam. Dengan tak sabar, dia mengikuti dua Tuan Bergelar Douluo menuju Kuil Wuhun.
Dia sama sekali tak tahu, setelah kepergiannya bersama Tang San, seluruh Kota Pembunuhan telah diwarnai rona darah yang mengerikan.
Sepuluh hari kemudian. Kota Tian Dou.
Meski sudah sepuluh hari berlalu, Tang San masih belum pulih dari suasana Kota Pembunuhan. Dua tahun hidup dalam kewaspadaan telah membentuk kebiasaan untuk mencurigai segalanya.
Meskipun hawa membunuh yang terkumpul dalam jumlah besar telah terinternalisasi ke dalam Haotian Hammer dan berubah menjadi wilayah kekuasaan dewa pembunuh, dirinya masih sering berada dalam kondisi tegang yang ekstrem.
Tang San sendiri tahu ini tidak baik, tapi kebiasaan yang terbentuk selama dua tahun dan kehidupan di dunia gelap mana mungkin mudah dipulihkan?
Saat kembali ke Kota Tian Dou, hati dinginnya yang terbentuk di Kota Pembunuhan baru sedikit mencair. Tapi, dia tak mengerti mengapa ayahnya membawanya ke ibu kota Kekaisaran Tian Dou ini.
Untungnya, penampilannya sekarang sudah berubah drastis. Bahkan jika bertemu kenalan di Tian Dou, takkan ada yang bisa mengenalinya.
Tang Hao membawa Tang San masuk ke dalam kota. Kombinasi ayah dan anak ini terlihat agak aneh. Meski Tang San juga mengenakan pakaian sederhana, perubahan aura dan penampilannya tetap mudah menarik perhatian.
Tampang tampan, wajah yang agak pucat, aura mulia yang tersimpan, serta hawa dingin membunuh yang secara tak kasat mata terpancar - semuanya membuat orang terpana.
Sementara Tang Hao tetap dengan penampilan lusuhnya. Terhadap penampilan diri sendiri, dia tak pernah berusaha merapikan. Jika diamati seksama, akan terlihat kehampaan di balik mata keruhnya. Sejak ibu Tang San meninggal, hati Tang Hao sebenarnya sudah mati.
Mereka terus berjalan hingga ke area paling ramai di pusat Kota Tian Dou. Tang Hao menghentikan langkah di depan sebuah bangunan megah.
Tang San secara refleks mengikuti pandangan ayahnya ke bangunan di depan. Ini adalah gedung lima lantai yang bahkan di Kota Tian Dou pun tergolong sangat tinggi. Kesan pertama dari bangunan ini adalah kesan elegan nan sederhana.
Gaya arsitektur keseluruhannya terkesan klasik. Di papan nama hanya tertulis dua karakter sederhana: Yue Xuan.
Pejalan kaki yang keluar-masuk tidak banyak, namun jelas terlihat bahwa pengunjung tempat ini adalah orang-orang berbusana mewah atau beraura istimewa, baik laki-laki maupun perempuan.
"Ayah, tempat apa ini?" tanya Tang San.
Tang Hao berkata datar: "Ini tempat untuk menyucikanmu dari kekasaran. Ayo, masuk."
Setelah berkata demikian, Tang Hao memimpin jalan menuju Yue Xuan.
Saat mereka baru sampai di pintu, dua pemuda berbaju hijau menghadang. Keduanya terlihat tampan dan rapi, masing-masing mengangkat satu tangan untuk menghalangi jalan.
Pemuda di sebelah kiri berkata dengan tenang: "Maaf, Tuan-tuan harap berhenti. Yue Xuan tidak menerima tamu yang berpakaian tidak rapi."
Tang San mengerutkan kening. Meski pakaiannya sederhana, tapi sangat rapi. Jelas mereka maksudkan Tang Hao. Dengan sigap ia melangkah maju, menatap kedua pemuda di anak tangga. Suaranya dingin menusuk: "Minggir."
Dua aura pembunuh tak kasat mata menyembur. Kedua pemuda itu tersentak mundur seperti kesetrum. Tatapan mereka ke Tang San berubah seperti melihat monster, wajah dipenuhi kengerian.
Mereka bahkan bukan Ahli Jiwa, bagaimana mungkin bisa menghalangi Tang San yang baru saja datang dari Kota Pembunuhan dengan aura pembunuhan yang menyelimuti seluruh tubuhnya?
Tang Hao melirik putranya, tapi tidak berkata apa-apa, lalu berjalan cepat ke dalam.
Tang San mengikuti ayahnya dan memasuki Yue Xuan ini bersama.
Dua pemuda yang jatuh tersandung tadi hanya merasakan hawa dingin yang dipancarkan tubuh Tang San, kehilangan keberanian untuk menghadang lagi.
Hingga bayangan punggung Tang San menghilang dari pandangan, barulah mereka menghela napas lega, menyadari baju mereka telah basah oleh keringat. Salah satunya buru-buru lari ke belakang Yue Xuan.
Memasuki lantai pertama Yue Xuan, aroma harum samar langsung menyambut.
Skrining dinding terbuat dari kayu boxwood pilihan yang diukir, memancarkan aroma kayu halus. Di depannya, dua anggrek langka setinggi tiga meter mengeluarkan aroma samar. Meski baru melangkah masuk, seolah bisa mengisolasi keriuhan luar.
Melewati skrining dinding, terbentang aula luas. Lantainya dihiasi batu abu-abu berukuran satu meter persegi, dikelilingi perabotan kayu mewah. Di belakang meja panjang depan, beberapa gadis sederhana namun cantik berdiri. Di kedua sisi meja, terdapat tangga kayu mewah.
Melihat Tang Hao dan putranya, para gadis itu terlihat terkejut, jelas bingung bagaimana orang berpakaian seperti Tang Hao bisa masuk.
Tang Hao berjalan perlahan ke depan, mendekati meja, dan berkata kepada seorang gadis tinggi yang menjadi pemimpin, "Beri tahu Yuehua, tamu lama datang berkunjung."
Gadis itu tertegun sejenak, alis cantiknya sedikit berkerut, "Anda adalah..."
Tang Hao menyatukan kedua tangan di belakang punggungnya, "Katakan saja pada Yuehua: Saat Bulan Purnama retak, bayang tamu lama datang. Dia akan tahu siapa aku."
Memandang Tang Hao lalu melihat Tang San di sampingnya, mungkin terpengaruh oleh ketidakacuhan Tang Hao, sorot mata gadis itu berubah halus. Ia mengangguk, "Tolong tunggu sebentar." Setelah berkata demikian, ia cepat-cepat naik melalui tangga di samping.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki agak berisik terdengar dari lantai atas. Mendengar suara itu, Tang Hao tak bisa menahan diri mengerutkan alisnya sedikit.
Empat orang turun dari lantai atas. Salah satunya adalah pemuda yang sebelumnya berdiri di pintu. Dari tiga orang lainnya, seorang pria paruh baya berbaju ungu panjang, dua lainnya bertubuh kurus tinggi memakai baju biru. Usianya terlihat seumuran dengan orang berbaju ungu yang memimpin.
Sorot mata pria berbaju ungu itu jatuh pada Tang Hao, secara alami memancarkan secercah kejijikan. Setelah melihat Tang San di sampingnya, ia pun turun.
Gadis tinggi tadi yang mengikuti keempat orang itu menunjuk Tang Hao dan berbisik pada pria berbaju ungu, "Manajer, dialah yang ingin menemui Nyonya."
Pria berbaju ungu itu mengangguk, tanpa sadar wajahnya menunjukkan kesombongan. Daripada turun sepenuhnya, ia berdiri di tangga sambil berkata pada dua orang berbaju biru di belakangnya, "Paviliun Bulan hanya menerima tamu terhormat. Usir mereka."
Dua pria paruh baya berbaju biru mengangguk, lalu bergegas menuruni tangga. Kecepatan mereka turun sangat cepat, tapi tidak terkesan terburu-buru, malah seperti mengikuti ritme tertentu. Setiap langkah mengeluarkan gelombang Soul Power yang semakin kuat, tekanan tak kasat mata menyergap wajah.
Tang San secara alami melangkah maju, menatap lelaki berbaju ungu di atas yang bahkan enggan melirik ayah-anak mereka. Ucapan yang bisa dia pikirkan hanyalah "anjing yang memandang rendah manusia".
Dua pria berbaju biru segera tiba di depan ayah-anak Tang Hao. Yang di kiri berkata: "Silakan pergi dari sini."
Tang Hao berkata datar: "Bagaimana jika aku tidak pergi?"
Pria berbaju biru menoleh ke atas melihat pria ungu yang disebut Manajer. Pria ungu itu melambaikan tangan: "Masih perlu kuajari? Usir mereka."
Kedua pria berbaju biru langsung bergerak, masing-masing mengangkat tangan untuk menjangkau ayah-anak Tang Hao. Tang Hao melihat putranya: "Jangan membunuh, jangan merusak tempat ini."
Tang San bergerak. Hanya dengan satu langkah maju, kedua pria biru itu langsung merasakan daya tarik kuat dari tubuhnya. Tangan mereka hampir tak terkendali meraih Tang San.
