Tang Yuehua mengangguk pasti, "Waktu malam adalah milikmu sendiri, atur sesuai keinginanmu. Tapi di siang hari kau harus belajar ini dariku. Sampai aku puas. Kau tahu fungsi Yuexuan ini?"
Tang San menggelengkan kepala.
Tang Yuehua tersenyum lembut, "Tempat ini adalah Sekolah Etiket Istana Kekaisaran Tian Dou. Khusus mengajarkan berbagai etiket bangsawan. Kau pasti merasakan wilayah kekuasaanku. Bakat domainku bernama Cincin Bangsawan. Sedangkan Soul Power-ku saat ini level 9."
"Apa?" Tang San menatapnya tertegun, tak bisa membayangkan anggota garis keturunan langsung Sekte Haotian ini hanya memiliki Soul Power level 9. "Apa Wu Hun Anda mengalami mutasi?"
Tang Yuehua mengangguk sambil tersenyum, "Mungkin kau anggap aku anggota paling tak berguna di Sekte Haotian, tapi kuberitahu: Jika ayahmu memiliki semua keahlianku, peristiwa 20 tahun lalu akan berakhir berbeda. Terkadang kekuatan bukan segalanya. Kau harus belajar melindungi diri tanpa mengandalkan kekuatan, menguasai seni berdiplomasi, bernegosiasi dengan berbagai pihak, dan mengendalikan kekuasaan. Aku lihat bakatmu, tapi masih banyak yang harus kau pelajari."
Dengan berat hati Tang San mengangguk. Meski enggan mengakui, ia harus berkompromi dengan wanita bangsawan elegan ini. Bagaimanapun, dia adalah bibinya sendiri.
Tang Yuehua tersenyum ringan, "Jangan terlihat begitu terbebani. Sudah kukatakan, tidak lama lagi kamu akan mengerti pentingnya semua yang kuajarkan ini. Setelah keluar dari Kota Pembunuhan, yang paling kamu butuhkan sekarang bukanlah berlatih keras, tapi menstabilkan semua yang telah kamu miliki. Kondisi kesehatan ayahmu sudah kuketahui. Tenang saja, kedepannya aku tidak akan memaksanya lagi. Sekte kita pun tidak akan. Meski dia sudah keluar dari sekte, tapi sekte tidak pernah melupakannya."
Dengan mendesah, Tang Yuehua menatap Tang San dengan pandangan dalam, "Jika kamu tidak ingin ayahmu terus diganggu, maka jadilah lebih kuat. Semua tanggung jawab yang seharusnya dia emban akan jatuh di pundakmu."
……
Setahun kemudian. Kota Tian Dou, Balai Yue Xuan.
Malam hari di Kota Tian Dou selalu mempesona, hal ini berkaitan erat dengan perdagangan yang sangat maju. Sebagai ibu kota Kekaisaran Tian Dou, di seluruh Benua Douluo hanya Kota Xing Luo yang bisa menyainginya.
Keindahan Kota Xing Luo berasal dari keanggunan khas selatan, sedangkan Kota Tian Dou dipenuhi keagungan khas utara, masing-masing memiliki keunggulan.
Cahaya lembut nan elegan memancar dari gedung berlantai beberapa Balai Yue Xuan, kerumunan orang tak henti memasuki gedung dengan menunjukkan undangan.
Sebagai akademi tata krama istana Kekaisaran Tian Dou, syarat masuk Balai Yue Xuan minimal harus memiliki gelar bangsawan dan usia tidak lebih dari 30 tahun. Tempat ini jelas merupakan wadah untuk mencetak bangsawan generasi baru kerajaan.
Karena itu, meskipun Balai Yue Xuan sendiri bukan organisasi kuat, tidak ada satu pihak pun yang berani mengusiknya. Bahkan keluarga kekaisaran sekalipun tidak akan.
Konon, Kaisar Xue Ye memiliki hubungan khusus yang dekat dengan Nyonya Yue, pemilik Paviliun Bulan. Tentu saja, ini hanyalah rumor belaka.
Malam ini adalah acara wisuda tahunan yang diadakan setahun sekali.
Sekelompok siswa lagi akan diwisuda. Yang diundang adalah orang tua dan sesepuh para siswa tersebut. Tidak diragukan lagi, mereka semua adalah tokoh-tokoh penting di ibu kota Kekaisaran Tian Dou.
Perlu diketahui, Paviliun Bulan hanya menerima 100 siswa setiap tahun. Para bangsawan di seluruh Kekaisaran Tian Dou hampir berebutan untuk mendapatkan kuota ini. Semua tahu bahwa lulus dari Paviliun Bulan sama seperti dilapisi emas - lulusannya dijuluki sebagai bangsawan sejati.
Sebagai contoh, dalam pernikahan antar bangsawan, pihak yang lebih kuat biasanya akan menanyakan apakah calon pasangan pernah menerima pendidikan di Paviliun Bulan. Ini menunjukkan pengaruh besar Paviliun Bulan di kalangan elit Kekaisaran Tian Dou.
Tentu saja, tak ada yang tahu bahwa Nyonya Yue, pemilik Paviliun Bulan yang tampak lemah itu, sebenarnya berasal dari Sekte Soul Master terkuat di dunia.
Acara wisuda diadakan di lantai tiga Paviliun Bulan. Banyak pejabat tinggi dan orang-orang terkemuka telah duduk di aula yang telah dihias. Mereka semua berharap bisa melihat peningkatan kemampuan anak mereka melalui pendidikan di Paviliun Bulan.
Sebagai tuan rumah, Tang Yuehua masih mengenakan gaun istana perak sambil tersenyum di sisi aula. Stafnya melaporkan bahwa semua tamu telah hadir, barulah ia mengangguk memberi isyarat. Upacara wisuda resmi dimulai.
Sekelompok pemuda dan gadis berpakaian Perak mulai memasuki aula dari pintu di kedua sisi. Meski jumlahnya mencapai ratusan orang, tak ada kebisingan yang tercipta di dalam ruangan. Setiap wajah memancarkan senyum elegan yang seragam, langkah-langkah mereka harmonis, gerak-gerik penuh martabat yang tak terkesan sombong namun tetap menarik perhatian.
Tiba-tiba, pintu di sisi aula terbuka. Seorang pemuda berpakaian putih muncul perlahan sambil menggendong harpa keemasan yang indah dan rumit.
Matanya yang biru jernih begitu bening, rambut panjang biru tua terurai di bahunya justru menambah kesan anggun. Seluruh sosoknya seolah memancarkan keagungan alam semesta - kombinasi sempurna ketampanan, kemuliaan, dan keanggunan.
Namun ada pula aura ketenangan khusus yang memancar darinya. Saat melangkah keluar dari pintu samping, hampir langsung menjadi sorotan seluruh ruangan.
Bahkan para murid lulusan yang sebelumnya masuk dengan senyum elegan pun tak kuasa menahan diri untuk tidak meliriknya.
Terutama di antara para murid perempuan, tak sedikit yang matanya berbinar-binar terpana.
Pemuda putih itu menempatkan harpa di podium yang telah disiapkan, lalu duduk di bangku pendek khusus. Ia mengangguk halus ke arah para tamu dengan senyuman, sebelum akhirnya mengangkat kedua tangannya yang jenjang dan mulai memetik senar dengan lembut.
Nada yang elegan dan murni bagai mutiara berkilauan, jernih bagai embun pagi mengalir keluar dari harpa keemasan yang indah. Segera suasana di aula menjadi hening, melodi indah nan menenangkan hati ini bagai pemandangan ajaib air mancur yang menggemericik di bawah sinar bulan, memenuhi atmosfer dengan nuansa puitis.
Tanpa membahas hal lain, hanya dari penampilan luar saja, remaja berbaju putih ini jelas membuat semua siswa yang akan lulus di tempat itu terlihat kusam. Ketenangan yang tak terikat dengan dunia dalam dirinya merupakan daya tarik terbesar yang memancarkan kesan baik.
Tang Yuehua berdiri diam sambil menyimak alunan harpa nan mempesona. Di telinganya, melodi ini tentu terdengar berbeda dari yang didengar orang lain. Ia sedang mencermati apakah musik ini benar-benar sesunyi dan setenang penampilan luar remaja berbaju putih itu.
Setahun, genap satu tahun telah berlalu. Dia memang telah banyak berubah. Mungkin inilah sifat aslinya yang sebenarnya.
Pemuda yang sedang memainkan harpa itu tak lain adalah Tang San. Dibandingkan setahun lalu, terjadi perubahan drastis pada dirinya - perubahan dalam hal temperamen. Tak ada secuil pun aura pembunuhan yang menyebar dari tubuhnya. Bukan berarti aura hasil petualangan di Kota Pembunuhan itu telah hilang, melainkan telah terinternalisasi sepenuhnya.
Saat memberikan pelajaran pertama kepada Tang San, Tang Yuehua telah berpesan: "Seorang pejuang sejati pertama-tama harus mampu mengendalikan segala aspek dirinya, terutama emosi dan jejak aura."
Tahun ini, Tang San jelas-jelas telah melakukan dengan sangat baik, sampai-sampai wanita bangsawan seketat Tang Yuehua pun tidak bisa menemukan sedikitpun cacat. Kursus yang membutuhkan tiga tahun bagi orang lain, diselesaikannya dalam satu tahun, dan hasil belajarnya lebih baik dari siapapun.
Mewakili lulusan dalam pertunjukan harpa selalu menjadi tradisi Moon Pavilion. Hanya siswa terbaik dari angkatan lulusan saat ini yang berhak mendapatkan kehormatan ini. Alasan Tang San bisa duduk di sana bukan karena dia keponakan Tang Yuehua, tapi karena prestasinya sendiri.
Upacara kelulusan berlangsung dengan anggun mengikuti alur prosedur sambil diiringi melodi indah. Para pejabat dan bangsawan mulai berbisik-bisik menanyakan asal-usul Tang San di bawah panggung. Namun tak seorangpun bisa memberikan jawaban. Bahkan anak-anak mereka sendiri tidak ada yang tahu dari mana Tang San berasal.
Bagi siswa lain, Tang San bagaikan teka-teki. Ketika pertama kali muncul di sini, aura dinginnya membuat tak ada yang mau mendekat, dan tak ada yang meramalkan masa depan siswa pindahan ini.
Meski wajahnya tampan, tapi ini kan ibu kota - bukankah orang tampan sudah biasa ditemui di sini?
Namun beberapa bulan kemudian, pandangan semua orang padanya mulai berubah. Dalam pembelajaran tata krama dan musik, Tang San menunjukkan kemampuan belajar yang jauh melampaui orang biasa. Yang paling mencolok, lapisan aura dingin tipis yang menyelimutinya perlahan menghilang.
Hanya saja entah mengapa, dia jarang berkomunikasi dengan orang lain, bahkan jarang berbicara. Hanya terus belajar dalam diam.
Duduk di bawah panggung, bangsawan dengan status paling terhormat adalah seorang pemuda. Usianya terlihat berada di perbatasan antara pemuda dan paruh baya. Dia adalah Putra Mahkota Kekaisaran Tian Dou, Xue Qinghe.
Kedatangannya kali ini adalah untuk upacara kelulusan adik perempuannya.
Seharusnya adiknya itu duduk di posisi yang kini ditempati Tang San.
Namun tak lama sebelumnya, sang adik memberitahunya bahwa pemain harpa terakhir telah diganti. Anehnya, dia sama sekali tidak kecewa karena benar-benar mengagumi pemuda bernama Tang Yin yang diakuinya lebih unggul dalam segala hal.
Xue Qinghe tahu, adiknya sebagai putri kerajaan yang selalu dimanja ayah memang memiliki sikap angkuh. Jarang ada orang yang bisa membuatnya tunduk. Bahkan dirinya sebagai kakak sulung pun tak punya pengaruh berarti.
Mengirimnya ke Yuexuan untuk belajar tata krama istana jelas bertujuan mencetak adiknya menjadi sosok yang layak. Di usianya yang ke-18, sudah saatnya dipersiapkan untuk pernikahan.
Yang tak bisa dipahaminya, mengapa adiknya yang sombong bisa memuji seseorang hingga seperti ini. Bahkan saat menyebut nama itu, terlihat senyum malu-malu di wajahnya.
Saat Xue Qinghe melihat Tang San yang duduk tegak sedang memainkan harpa, dia terpana. Dari pemuda itu, tak ditemukan sedikitpun cacat.
