Begitu melangkah keluar, kabut lembap langsung menyambutnya. Puncak gunung sangat lembap, apalagi di pagi hari yang berkabut tebal. Bagi penglihatan orang biasa, jarak pandang maksimal hanya sekitar 5 meter.
Meski Tang San tidak terpengaruh sebesar itu, jelas mustahil untuk berlatih Zijin Modong. Tampaknya jika ingin menetap lama di sini, dia harus mencari tempat latihan yang cocok.
Udara terasa dingin. Baru beberapa saat berdiri di luar, baju Tang San sudah mulai basah oleh embun, memaksanya mundur ke kamar. Saat sedang bimbang apakah akan melanjutkan latihan sebentar, suara ketukan keras terdengar: Braak! Braak!
"Tang San, sudah bangun?" Suara Tang Long terdengar.
"Sudah." Tang San buru-buru membuka pintu. Terlihat Tang Long membawa kotak makanan yang jauh lebih besar dibanding yang dibawa Tang Tian Tian kemarin.
“Ayo, kita sarapan bersama.” Tang Long juga tidak sungkan, meletakkan kotak makanan di atas meja dan membukanya. Di dalamnya ada sepiring mantou, semangkuk bubur hangat, beberapa telur rebus dan acar.
“Hari ini kamu mungkin akan sibuk. Makanlah lebih banyak.”
“Terima kasih.” Tang San juga tidak banyak basa-basi. Di usianya yang masih muda ini memang sedang masa-masa makannya banyak. Kedua saudara itu melahap makanan dengan lahap, dalam sekejap semua makanan sudah habis.
“Tang San, hari ini kamu mungkin akan menghadapi masalah. Dari saudara-saudara lain kudengar, para tetua sangat serius menanggapi kepulanganmu dan marah besar. Pemimpin Sekte menyuruhku menyampaikan, berhati-hatilah. Jika perlu, kamu bisa menolak tantangan orang lain.”
Bisakah benar-benar ditolak? Jika seperti itu, mungkin dia memang tidak bisa berbuat apa-apa untuk sekte. Tang San menghela napas dalam hati, “Terima kasih, Kakak.”
Setelah sarapan, Tang Long tidak segera pergi. Dia menunggu sampai matahari tinggi mengusir kabut pagi, baru mengajak Tang San keluar menuju halaman depan Sekte Haotian.
Sekte Haotian. Halaman Depan.
Berbeda dengan kesunyian saat Tang San datang kemarin, kali ini halaman dipadati lebih dari seratus lima puluh orang. Sebagian besar berdiri mengelilingi area tengah tempat Pemimpin Sekte Tang Xiao dan lima orang tua berambut putih berdiri.
Kelima orang tua ini terlihat berusia delapan puluhan ke atas, namun semangatnya masih membara dengan wajah bersemu merah. Salah satu dari mereka sedang berbicara serius dengan Tang Hao.
Tang San berbisik, "Kecuali anggota yang sedang berbelanja atau bertugas di luar, hampir semua anggota garis keturunan langsung sekte berkumpul di sini. Lima orang di bagian tengah itu adalah lima tetua generasi pertama sekte. Bahkan Pemimpin Sekte harus menghormati mereka. Dalam hal senioritas, mereka semua adalah paman dari Pemimpin Sekte."
Didampingi Tang Long, Tang San memasuki halaman. Berbeda dengan perkiraannya, tidak ada meja persembahan dupa. Tang Yuehua berdiri di belakang Tang Xiao dengan ekspresi wajah yang muram. Kehadiran Tang San dan Tang Long seketika menjadi sorotan utama.
Tiba-tiba seseorang berteriak, "Sampah keluarga Tang Hao! Keluar dari Sekte Haotian! Kau tidak pantas berada di sini!"
Teriakan provokatif itu langsung disambut oleh banyak anggota muda sekte. Suasana di halaman tiba-tiba menjadi kacau.
Mata Tang San menyipit. Persis ketika Tang Xiao hendak membentak untuk menghentikan keributan, cahaya putih samar tiba-tiba menyebar dari tubuh Tang San, seketika berubah menjadi tak berwarna.
Saat itu matahari tepat di atas kepala. Puncak gunung yang biasanya dingin ketika tak ada sinar matahari, kini justru lebih panas dari dataran rendah karena jaraknya yang lebih dekat dengan matahari. Sinar terik yang menyengat kulit bahkan bisa menyebabkan luka bakar.
Namun saat cahaya putih menyebar dari tubuh Tang San tiba-tiba melepaskan diri, semua anggota Sekte Haotian serasa terjatuh ke ruang es. Semangat pembunuh yang dingin dan mengerikan seketika menyebar ke setiap sudut paling pinggir halaman depan.
Suara hiruk pikuk tiba-tiba terhenti seakan terpotong oleh tebasan pedang tajam. Siapa sangka, Tang San yang sebelumnya tampak tenang dan anggun tiba-tiba bisa melepaskan semangat pembunuh yang begitu nyata dan dahsyat.
Tatapan Tang San menyapu ruangan, langsung menemukan murid sekte yang pertama kali bersuara. Seorang pemuda seumurannya. Dengan teknik Mendengar Suara dan Menentukan Posisi ditambah kekuatan spiritualnya yang kuat, dia langsung mengunci target.
Semangat pembunuh yang menyebar di udara pun terkumpul seketika, seluruhnya terpusat pada satu orang ini.
Semangat tak berwarna yang semula menyebar berubah menjadi putih lagi, bagai jembatan penghubung antara Tang San dan pemuda itu. Mata biru tuanya memerah samar. Di detik ini, Tang Yuehua seolah melihat kembali sosok Tang San yang pertama kali datang ke Yuehua Pavilion dulu.
Begitu wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa menyelimutinya, pemuda awal dua puluhan itu langsung pucat pasi. Dingin yang menusuk langsung merasuk ke tulang sumsum. Di matanya, Tang San telah berubah menjadi iblis haus darah.
Namun dia pantas disebut murid Sekte Haotian. Meski masih muda, tingkat kultivasinya cukup dalam.
Dengan teriakan keras, tangan kanannya memancarkan cahaya hitam. Sebuah Haotian Hammer hitam sepanjang satu meter muncul tiba-tiba. Dua Kuning, dua Ungu - empat cincin jiwa melepas diri. Berkat semangat kuat dari Hunwu-nya, dia baru bisa menstabilkan pikiran yang sempat goyah.
"Ini juga karena Haotian Hammer, jika diganti dengan Hunwu yang lebih rendah, di bawah serangan kombinasi wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa Tang San dan kekuatan spiritual, mungkin sudah hancur."
Tang Xiao berseru: "Tang San, jangan lancang di hadapan para tetua!"
Tang San juga tidak bermaksud melakukan apa-apa, cahaya putih menyusut, dia seolah tak melakukan apapun kembali menghadap Tang Xiao, membungkuk memberi hormat, "Hormat kepada Pemimpin Sekte, hormat kepada para tetua."
Kelima tetua juga merasakan semangat pembunuh kuat yang dilepaskan Tang San, ekspresi wajah mereka berubah. Seorang tetua dengan alis putih panjang bergumam: "Wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa."
Tang San tidak menyangkal, "Benar."
Tetua lain bertubuh kurus tinggi berseru dengan senyum dingin: "Kau memang mewarisi bakat Tang Hao si pengkhianat, tapi apa gunanya bakat bagus? Jika sekte memiliki lagi seorang Tang Hao, mungkin kita akan binasa. Kau anggota generasi ketiga, berani tidak bersujud pada kami?"
Tang San ragu sejenak, akhirnya berlutut. Bukan hanya karena mereka semua sesepuh, tapi juga karena hutang ayahnya pada sekte.
"Tang San bersedia menebus dosa ayah, membantu sekte bangkit kembali. Mohon Pemimpin Sekte dan para tetua mengizinkan saya kembali ke keluarga."
Tetua bertubuh kurus itu marah: "Omong kosong! Karena perbuatan ayahmu, kau jangan harap bisa kembali. Kau anak haram hasil hubungannya dengan binatang roh terkutuk itu! Sekte Haotian meski tertutup, takkan menerima anak haram!"
“Adik Ketujuh, perhatikan ucapanmu, banyak junior yang menonton di sini.” Tetua alis panjang mengerutkan keningnya, berkata dengan nada tidak puas.
Mendengar kata "bajingan", ekspresi Tang San tiba-tiba menjadi tenang, tetap berlutut di situ, perlahan mengangkat kepala menatap tetua kurus.
“Siapa yang kau sebut bajingan?” Meski tidak melepaskan wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa, hawa dingin yang terpancar dari tubuhnya saat ini bahkan lebih menusuk daripada sebelumnya.
Tang Xiao tidak mencegah pertanyaan Tang San kepada tetua kurus itu. Wajahnya juga pucat karena kemarahan.
“Kau lah, bajingan kecil!” Kemarahan di wajah tetua kurus tak tersembunyikan, tubuhnya gemetar karena gejolak emosi, “Jika bukan karena binatang Tang Hao itu yang menyeret sekte, putra sulungku takkan tewas diserang Kuil Wuhun saat berbelanja untuk sekte.”
“Cukup. Lao Qi, jika tidak bisa mengendalikan emosi, keluarlah dari sini.” Tampaknya tetua alis panjang memiliki status paling terhormat di antara lima tetua. Mendengar cacian tetua kurus yang tak kenal sopan, dia pun mulai marah.
Kejadian tak terduga terjadi. Tang San tiba-tiba menghadap tetua bertubuh kurus, Braak! Braak! Braak! tiga kali membenturkan kepala ke lantai, “Maafkan saya, Tetua Ketujuh. Atas kesalahan Ayah di masa lalu, saya mewakilinya meminta maaf pada Tuan. Tapi musuh sebenarnya Tuan seharusnya Kuil Wuhun, bukan kami ayah dan anak.”
Saat mengucapkan kalimat ini, ekspresi Tang San terlihat sangat tulus. Tiga kali membenturkan kepalanya sangat keras. Saat mengangkat kepala kembali, garis-garis darah sudah muncul di dahinya.
Perlu diketahui, mengingat ketangguhan kulitnya, kerusakan seperti ini jelas menunjukkan penggunaan tenaga yang luar biasa. Dan itu dilakukan tanpa menggunakan sedikit pun Soul Power untuk perlindungan.
Tetua kurus itu berkata dengan senyum dingin, "Apakah ini bisa menghapus rasa sakitku kehilangan anak? Yang terpengaruh peristiwa Tang Hao bukan hanya aku, tapi seluruh sekte. Jika dia tahu kesalahannya, seharusnya dia kembali untuk bunuh diri sebagai permintaan maaf pada sekte."
Tang San berdiri, seolah tak mendengar perkataan Tujuh Tetua ini. Tatapannya yang tulus tiba-tiba menjadi tajam, "Meski kupikir masalah sekte dulu tak sepenuhnya kesalahan ayah, tapi ayah tetap bersalah dan menyeret sekte. Karena itu aku meminta maaf padamu. Tapi, kata-katamu yang menghina almarhumah ibuku harus kupertanggungjawabkan. Tujuh Tetua, kutantang Anda, biar mati pun takkan kusesali."
Beberapa kalimat itu diucapkan dengan tegas dan pasti. Meski wajahnya tampan dan berkesan elegan, saat ini setiap anggota Sekte Haotian merasakan aura kuat dan garang yang memancar dari Tang San.
Tujuh Tetua yang bertubuh kurus tinggi tertegun, "Kau menantangku?"
Tang San menjawab pasti, "Ya. Mohon bimbingan dari Tujuh Tetua."
"Ha ha ha ha!" Tujuh Tetua tertawa terbahak-bahak. Gelak tawa kasar yang disertai Soul Power murni seolah mengguncang seluruh Sekte Haotian. "Kau cuma junior, berani menantangku? Kalau Tang Hao yang bilang begitu mungkin masih pantas."
Di samping, Tang Yuehua dalam hati menyindir, kalau Kakak Kedua ada di sini, beranikah kau menerima tantangan? Namun melihat Tang Xiao di sebelahnya tetap diam, membiarkan Tang San menangani sendiri, tentu dia juga tidak akan berkomentar lebih.
