Menggunakan kemampuan spirit di tempat seperti ini, yang pertama dipikirkan bukan melukai musuh tapi keselamatan diri sendiri. Fakta bahwa Tang San berani memilih arena pertempuran ini melawan tetua ketujuh yang sudah familiar dengan jembatan besi, jelas menunjukkan kepercayaan dirinya yang luar biasa.
Jika sebelumnya dia tidak mengalahkan Tang Hu dengan cara dominan, mungkin semua orang akan menganggapnya sombong. Tapi kini tetua ketujuh sudah menyatakan hanya akan menggunakan empat puluh persen Soul Power untuk bertarung.
Jadi, mungkin dia benar-benar punya kesempatan.
“Tetua Ketujuh, jika saya kalah dalam pertarungan ini, saya akan segera meninggalkan Sekte Haotian. Selamanya tidak kembali ke sekte. Jika Anda kalah, saya harap Anda bisa menarik kembali kata-kata penghinaan terhadap almarhumah ibunda saya sebelumnya, sekaligus menyetujui permohonan saya untuk diakui sebagai anggota keluarga. Bagaimana?” Tang San menatap lurus ke Tetua Ketujuh, matanya jernih dan tulus.
Tetua Ketujuh mendengus dingin, "Jika kau kalah, tidak hanya harus meninggalkan sekte selamanya, Hunwu warisan sekte yang kau miliki juga harus dikembalikan ke sekte."
Ekspresi wajah Tang San sedikit berubah. Saat dia hendak berbicara, Pemimpin Sekte Tang Xiao yang diam sejak tiba-tiba bersuara berat: "Tetua Ketujuh, dia hanyalah murid generasi ketiga. Pencabutan Hunwu-nya bukanlah keputusan yang bisa diambil oleh Anda maupun dia."
Tetua Ketujuh memandang Tang Xiao dengan dingin, "Lalu menurut Pemimpin Sekte bagaimana?"
Tang Xiao berkata dengan suara berat: "Lebih baik begini. Jika Tang San memenangkan pertarungan ini, mohon para tetua berhenti menghalangi pengakuannya sebagai anggota keluarga. Saya rasa para tetua sudah melihat bakat Tang San. Usianya baru 20 tahun, masa depannya sangat cerah. Dia juga bertekad mengabdi pada sekte. Pasti akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sekte di masa depan. Jika kalah, usir dia dari sekte dan larang menggunakan Haotian Hammer seumur hidup. Mengenai pengambilan kembali Hunwu, tidak perlu. Lagipula, bakat luar biasa seperti ini jarang muncul dalam 100 tahun. Jika kita merusak kekuatan yang ada dan mematahkan bakatnya hanya untuk mencabut satu Hunwu, apakah itu yang diinginkan para tetua? Bagaimanapun, darah Sekte Haotian mengalir di tubuhnya - fakta yang tidak bisa disangkal para tetua."
Tang Xiao sebelumnya tidak berbicara sampai saat ini, namun waktu bicaranya sangat tepat. Meskipun para penatua bisa mencegahnya mengakui Tang San sebagai anggota klan, sebagai Pemimpin Sekte, otoritas Tang Xiao dalam sekte tidak diragukan. Kelima penatua harus memberinya muka.
Penatua Ketujuh menoleh ke Penatua Kedua yang memimpin. Penatua Kedua berkata datar: "Kita ikuti saran Pemimpin Sekte. Tapi jika Tang San benar-benar bisa mengalahkan Penatua Ketujuh, aku punya tiga permintaan tambahan. Tenang saja, ketiga permintaan ini bisa diajukan setelah dia diakui sebagai anggota klan. Tidak akan berlebihan. Semua untuk kepentingan sekte."
Tang Xiao yang bijak melihat tatapan tenang Penatua Kedua. Dia paham meskipun para penatua berbeda pandangan dengannya, mereka semua memikirkan kepentingan sekte. Segera mengangguk, "Baik, setuju. Sebelum pertandingan, ada satu hal lagi yang ingin kumumkan."
Sambil berbicara, Tang Xiao mengambil kotak panjang hitam dari Hundaoqi-nya, wajahnya serius: "Dulu Tang Hao meninggalkan sekte dan membawa dua Spirit Bone milik sekte. Kali ini dia menyuruh Tang San datang untuk diakui sebagai anggota klan, sekaligus mengembalikan dua Spirit Bone ini. Ini cukup membuktikan penyesalannya. Kalau tidak, dia bisa saja menyimpan dua Spirit Bone ini atau memberikannya ke Tang San."
Perlahan Tang Xiao membuka kotak panjang hitam di depannya. Gelombang Soul Power yang pekat menyebar, dalam aura yang otoriter dan perkasa, dua Spirit Bone muncul di depan para penatua dan murid-murid sekte.
Melihat dua Spirit Bone ini, para tetua terkejut, kemarahan di mata mereka perlahan menghilang.
Penatua Kedua menghela nafas, "Meski telah meninggalkan sekte, dia tetap putra Pemimpin Sekte lama. Rupanya dia tidak melupakan sekte." Pengembalian Spirit Bone membuktikan banyak hal. Dalam kondisi normal, Spirit Bone yang terlepas berarti kematian.
Bahkan dengan tingkat Kultivasi seperti Tang Hao, para tetua paham bahwa kemunculan dua Spirit Bone ini setidaknya membuat Tang Hao menjadi cacat, dengan kekuatan yang turun drastis.
Meski marah atas masalah yang pernah ditimbulkan Tang Hao pada sekte, semua orang tahu kegagahan Sekte Haotian ketika dia membunuh Paus. Di kalangan murid muda, banyak yang masih mengidolakan Tang Hao. Dua Dou Luo dari Sekte Haotian jelas merupakan pahlawan zaman. Kini Tang Hao mengorbankan kekuatannya untuk sekte, seperti dikatakan Pemimpin Sekte Tang Xiao yang matanya berkaca-kaca, tindakan ini cukup membuktikan niat tulusnya.
Tang Xiao maju dan menyerahkan kotak panjang dengan kedua tangan ke Penatua Kedua, "Dua Spirit Bone ini adalah harta sekte. Biarlah para tetua yang menyimpannya. Tunggu hingga penerus Pemimpin Sekte ditetapkan, atau ada murid yang berjasa besar bagi sekte, baru diberikan."
Penatua Kedua mengangguk perlahan. Dia paham ini cara Tang Xiao memberikan muka kepada para tetua.
Jika tidak, dengan statusnya sebagai Pemimpin Sekte, tidak akan ada masalah baginya untuk mengambil dua Spirit Bone ini, bahkan bisa langsung menyatukannya dengan tubuhnya untuk meningkatkan kekuatan.
Tatapan mereka bertemu, Penatua Kedua menghela napas dalam hati lalu mengangguk perlahan pada Tang Xiao.
Secara permukaan, Tang Xiao seolah menyetujui tugas yang hampir mustahil bagi Tang San - menantang Penatua Ketujuh yang hanya menggunakan 40% Soul Power. Tapi setelah itu, ia segera menggunakan dua Spirit Bone yang dikembalikan Tang Hao untuk membangun citra positif Tang San. Tujuannya agar para tetua mengakui pengakuan Tang San sebagai anggota klan.
Ia telah memberikan muka kepada para tetua, secara alami mereka akan membalas budi.
Dengan menyerahkan dua Spirit Bone kepada Penatua Kedua, ia secara tidak langsung memberikan hak keputusan kepemilikan Spirit Bone kepada mereka. Hal ini secara tersirat meningkatkan posisi para tetua dalam hierarki sekte.
Apalagi dalam pertarungan sebelumnya melawan Tang Hu, kekuatan yang ditunjukkan Tang San sudah cukup untuk meyakinkan para tetua ini.
Setidaknya di antara semua murid tiga generasi sekte yang ada, tak ada satupun yang lebih menonjol dari Tang San.
Terhadap semua yang terjadi di depannya, Tang San telah melakukan analisis cepat dan mendapatkan kesimpulan.
Tapi tentu saja ia tak berpikir Penatua Ketujuh akan memberikan kelonggaran dalam pertarungan nanti. Bagaimanapun ia adalah tetua sekte. Kalah dari junior seperti dirinya adalah hal yang tak ingin terjadi.
Karena itu dalam pertarungan selanjutnya ia harus tetap mengerahkan seluruh kemampuan. Jika para tetua merasa kekuatannya biasa saja, bisa saja muncul perubahan tak terduga.
Di hadapan Tang Xiao, Penatua Kedua menggerakkan bibirnya, menggunakan metode transmisi suara linear untuk membisikkan sesuatu kepada Penatua Ketujuh. Penatua Ketujuh mengerutkan kening, tetapi tetap mengangguk samar.
"Para Tetua, silakan." Tang Xiao membuat isyarat tangan mengundang, kemudian memimpin jalan keluar dari sekte. Sebagai pemimpin sekte, posisinya tetap yang tertinggi dalam hierarki organisasi.
Lebih dari seratus anggota sekte berjalan keluar di bawah pimpinan kakak-beradik Tang Xiao dan lima penatua, menuju tepi tebing.
Memandangi para tetua sekte di sekelilingnya dan jurang pegunungan yang diselimuti kabut di depan mata, Tang San tertegun. Ingatan terakhirnya di kehidupan sebelumnya justru berakhir pada pemandangan serupa.
Tebing yang sama, tekanan dari para tetua marga Tang yang sama. Perbedaannya, di kehidupan lalu ia hanya bisa mengakhiri hidupnya untuk membuktikan tekad, sementara di kehidupan ini ia bisa merebut segalanya dengan kekuatannya sendiri. Setidaknya di dunia ini, kematian bukan lagi akhir baginya.
Menatap Penatua Ketujuh, Tang San menarik napas dalam-dalam. Xuantian Gong dalam tubuhnya berputar cepat, kelancaran Delapan Meridian Ajaib membuat kecepatan pemulihan Tenaga Dalam-nya berlipat ganda. Meski sebelumnya banyak terkuras, dalam waktu singkat ini sudah pulih cukup banyak.
Penatua Ketujuh juga menatapnya diam-diam. Dengan mengibaskan lengan bajunya, hembusan angin kencang dari balik lengan menyapu kabut di depan mereka. Menggunakan ujung kaki sebagai tumpuan, tubuhnya melayang sejauh hampir 50 meter sebelum mendarat di jembatan rantai besi.
Saat ia mendarat, jembatan rantai besi masih bergoyang tertiup angin, seolah tubuh Tetua ke-7 tidak memiliki bobot sama sekali saat berdiri diam di sana.
Kedua tangan disatukan di belakang, kabut di bawah kaki mengambang samar-samar, bagaikan makhluk surgawi.
Melihat gerakan Tetua ke-7, Tang San tak bisa menahan rasa ngeri dalam hati. Ia paham, kekuatan tetua ini mungkin jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan.
Tanpa menunda, Tang San juga melompat ke atas. Tanpa pamer kemampuan, ia mendarat tenang di jembatan rantai besi. Kakinya meluncur mendekat hingga berjarak 30 meter dari Tetua ke-7 sebelum berhenti. Es dingin di rantai besi bawah kakinya seolah menjadi penopang baginya.
"Tetua ke-7, yang terlempar dari area antara dua gunung dianggap kalah, bagaimana?" ujar Tang San.
Tetua ke-7 mengangguk, tak berbicara lagi. Tangan kanannya mengayun, Haotian Hammer berukuran serupa dengan yang dipanggil Tang Hu sebelumnya muncul di genggamannya. Yang berbeda, palu legendaris ini tak menampakkan pola apapun.
Biji mata Tang San menyempit nyaris seketika. Munculnya Wu Hun selalu diikuti Cincin Jiwa. Kecuali seperti saat di Kota Pembunuhan dimana ia hanya menggunakan wujud asli Wu Hun tanpa kemampuan spirit, cincin jiwa pasti akan muncul.
Jelas Tetua ke-7 tak berniat menahan Kemampuan Spirit-nya. Maka saat Haotian Hammer muncul, sembilan Cincin Jiwa-nya pun bersinar bersamaan.
Kuning, Kuning, Ungu, Ungu, Hitam, Hitam, Hitam, Hitam, Hitam.
Sembilan Cincin Jiwa itu diam mengambang di sekitar Haotian Hammer miliknya.
Anehnya, Cincin Jiwa sama sekali tidak menunjukkan gerakan berirama, hanya diam tertahan di atas Haotian Hammer, memancarkan cahaya samar. Kabut di sekitarnya bahkan berubah warna karena diwarnai oleh cahaya pelangi ini.
