Bukan karena Tang San tidak ingin menggunakan Tombak Raja Blue Silver yang lebih mematikan, tapi ia benar-benar tidak punya waktu untuk mengkonsentrasikan energi ke tombak tersebut. Meski waktu persiapannya sudah dipersingkat, durasi Rekor Tak Terkalahkannya hanya tiga detik. Haotian Hammer yang tidak perlu melepas Kemampuan Spirit namun memiliki daya serang luar biasa menjadi pilihan terbaik.
Haotian Hammer melesat dengan cahaya putih berkilat di ujungnya. Wilayah Kekuasaan Pembunuh Dewa mencapai puncak kekuatannya dalam serangan penuh tekad siap mati Tang San ini.
Meskipun serangan Yang Wudi sangat kuat dalam hal semangat, pada momen ini dia tetap harus mundur. Haotian Hammer mungkin tidak cukup mengancam nyawanya, namun Delapan Tombak Laba-laba yang membuatnya merinding itu bisa. Itu adalah naluri - intuisi ahli tingkat Roh Dou Luo.
Oleh karena itu, Yang Wudi seketika membuat keputusan terbaik bagi dirinya. Telapak tangan kanannya menghantam keras Tombak Pohnya sendiri, mempertahankan kekuatan serangan meski terlepas dari genggamannya, sementara tubuhnya melesat mundur akibat gaya reaksi yang kuat. Ini pertama kalinya Yang Wudi mundur sejak pertempuran dimulai. Tepat karena pilihan mundur inilah dia berhasil menghindari tusukan Delapan Tombak Laba-laba.
Kedua telapak tangan menyatu di depan dada, Yang Wudi yang melayang di udara mengerahkan seluruh kekuatan untuk menangkis Haotian Hammer yang mendekat.
Bentuk Sejati Senjata Jiwa mungkin lebih kuat secara daya dibanding Hunwu Zhen Shen, namun tidak memiliki keunggulan yang sama. Peningkatan hampir seluruhnya terkonsentrasi pada Tool Martial Soul-nya. Tanpa Tombak Poh di tangan, Yang Wudi kini harus menggunakan tubuh fisiknya untuk menahan serangan Haotian Hammer secara frontal.
Energi menusuk yang sangat dingin pertama kali menerpa tubuhnya. Yang Wudi hanya merasakan kedinginan di sekujur tubuh, hawa ganas yang penuh kekejaman menyusup ke dalam. Tanpa Tombak Poh, dia tak bisa menghentikan penyebaran energi mematikan ini dalam tubuh. Dan di detik berikutnya, Haotian Hammer telah menghantam keras kedua telapak tangannya.
Di bawah pengaruh kekuatan dahsyat, telapak tangan Yang Wudi menghantam dadanya sendiri. Dadanya terasa sesak, seluruh tubuhnya terlempar ke belakang. Saat masih di tengah hampa, darah segar sudah muncrat deras dari mulutnya. Namun, ia berhasil menahan serangan Pasrah Total Tang San dengan susah payah.
Tepat ketika Yang Wudi menderita cedera serius akibat Haotian Hammer, durasi Rekor Tak Terkalahkan Tang San juga habis.
Cahaya keemasan meredup. Tanpa perlindungan Rekor Tak Terkalahkan, Tang San baru benar-benar merasakan kengerian serangan Tombak Penghancur Jiwa. "Byur!" Cahaya darah menyembur. Tombak raksasa itu menembus bagian kanan dada Tang San, tombak mengerikan sepanjang 3,6 meter itu benar-benar menusuk tembus tubuhnya. Terus melaju jauh dan menghilang setelah menancap di dinding belakangnya.
Tubuh Tang San bergoyang, ekspresi wajahnya langsung berubah pucat pasi. Haotian Hammer di udara pun ikut menghilang.
"Tuan Muda!" Tai Tan berlari kencang menuju Tang San. Tepat di saat itu, dua cahaya pekat muncul bersamaan dari tubuh Tang San.
Cahaya biru-keemasan pekat melesat naik dari kaki kanannya, seketika menyelubungi seluruh tubuhnya. Bersamaan dengan itu, cahaya merah tiba-tiba meledak dari lengan kiri Tang San, diiringi kemunculan ribuan Blue Silver Emperor yang menyebar ke segala penjuru.
Tang San tidak melepaskan Wu Hun-nya. Dalam kesakitan yang membuatnya sulit bernapas, dia sama sekali tidak bisa melakukannya. Luka tembus di dada kanannya bahkan membuat proses pernapasannya terganggu. Namun dalam kondisi seperti ini, Blue Silver Emperor-nya justru muncul dengan sendirinya.
Enam Cincin Jiwa kembali menyatu. Cincin Jiwa 100.000 Tahun yang berada di posisi terakhir, memancarkan cahaya misterius, tiba-tiba bersinar terang.
Bayangan merah muda yang samar-samar merembes keluar dari lingkaran cahaya itu. Seketika, sosok itu telah melesat menghampiri Yang Wudi yang sedang melesat mundur.
Ya, itu adalah bayangan Xiao Wu. Meski Tang San terus menahan diri untuk tidak melepas Cincin Jiwa keenamnya, ketika dia mengalami cedera serius seperti ini, kekuatan spiritualnya yang terkuras habis sudah tidak bisa lagi menekan dorongan jiwa Xiao Wu. Maka, Kemampuan Spirit keenamnya - Xiao Wu - pun muncul.
Seketika, tubuh Tang San menjadi samar-samar. Darah yang sebelumnya menyembur langsung berhenti dalam kondisi maya ini.
Xiao Wu yang muncul di tengah hampa sama sekali tidak menunjukkan kelembutan seperti saat menghadapi Bai He kemarin. Wajah cantiknya dipenuhi aura dingin yang menyiratkan niat membunuh, sosok mayanya memancarkan kesan misterius yang mengerikan.
Dengan gerakan cepat, dia menghentakkan kepala. Kepang kalajengking hitam panjangnya langsung membelit leher Yang Wudi yang masih dalam kondisi pusing akibat pukulan Haotian Hammer.
Xiao Wu menjejakkan kaki di pinggang belakangnya, menggunakan kekuatan pinggang untuk mengangkat tubuh bagian atas, lehernya melengkung ke belakang sementara kakinya mendorong ke depan. Tubuh Yang Wudi langsung terlempar ke udara. Melihat adegan yang familiar ini, Tang San juga merasa tidak percaya. Akhirnya dia memahami seluruh kemampuan Xiao Wu dalam Kemampuan Spirit keenamnya. Keadaan Nirwana ditambah Delapan Jurus Jatuhan jarak dekat yang ganas di depan matanya.
Kepang kalajengking terlepas dengan halus, siluet bayangan Xiao Wu telah menyusul Yang Wudi yang terlempar ke udara. Setelah berubah menjadi Kemampuan Spirit keenam Tang San, kekuatan Delapan Jurus Jatuhan Xiao Wu tidak hanya tidak berkurang, malah tampak meningkat. Yang Wudi bahkan terlempar ke langit-langit akibat lemparan sebelumnya, menubruknya dengan keras sebelum memantul ke bawah. Xiao Wu langsung menyambarnya tepat saat dia mulai memantul.
Siluet merah muda muncul di jalur jatuh Yang Wudi, kedua tangan langsung mencengkeram pinggangnya. Pinggang ramping Xiao Wu seolah patah sambil memutar tubuh Yang Wudi ke belakang dengan cepat. Meski ingin melawan, efek pusing berkepanjangan akibat tubrukan dengan langit-langit membuat Yang Wudi hanya bisa merasakan dunia berputar dan memanggil kembali Tombak Penghancur miliknya.
Xiao Wu begitu saja menggenggam pakaian di pinggang Yang Wudi, berputar penuh dua putaran di tengah hampa. Saat dia mendarat ke tanah, putaran cepat di bawah efek Tendangan Pinggang membawa tubuh Yang Wudi menghantam tanah dengan suara mencekam. Yang Wudi ingin menggunakan Tombak Pohn Hun untuk menopang tanah, namun dalam putaran secepat ini, bagaimana mungkin dia bisa melihat dimana letak tanah?
Tai Tan dan dua rekannya yang tertegun nyaris bersamaan menutup mata. Kekuatan Lingkong Jiesha Panxuan Shuai ini bisa dibayangkan. Hari ini Yang Wudi benar-benar sial. Lukanya yang parah pada Tang San telah membangkitkan amarah jiwa Xiao Wu, membuat Kemampuan Spirit keenam yang diwujudkan Xiao Wu meledak sepenuhnya. Dalam wujud kemampuan spirit, setiap gerakan Delapan Jurus Jatuhan Xiao Wu mengandung efek Pusing. Karenanya, begitu tertangkap, hampir mustahil menghindar. Kemampuan ini hanya mengkonsumsi energi spiritual Tang San dalam jumlah minimal, yang dikorbankan adalah jiwa Xiao Wu sendiri. Setiap kali digunakan, energi jiwanya membutuhkan istirahat 12 jam untuk pulih sepenuhnya. Artinya, tanpa melukai jiwa Xiao Wu, kemampuan ini hanya bisa digunakan Tang San sekali sehari.
Yang Wudi hanya bisa menyebarkan energi spiritual ke seluruh tubuh untuk melindungi diri. Namun di detik berikutnya, guncangan dahsyat telah menghancurkan energi yang dikumpulkannya. Bagaimanapun juga, kepala klan Po ini tidak mahir dalam pertahanan.
Boom—, tubuh Yang Wudi menghantam tanah dengan keras, Xiao Wu menempelkan tubuhnya rata ke tanah dalam posisi sujud penuh. Yang Wudi mengeluarkan suara dengusan "Hmm..." disertai mimisan deras. Seluruh tubuhnya limbung, efek Pusing kembali menyerang. Namun, ini baru permulaan.
Xiao Wu tak memberi jeda, kedua tangan menekan pinggang Yang Wudi sambil melakukan backflip. Kedua kakinya menjepit kedua sisi tengkoraknya, melemparkan tubuhnya ke depan. Tangan telah melepaskan, namun kaki memberikan tenaga lebih besar. Tubuh Yang Wudi terayun oleh kaki Xiao Wu yang melakukan backflip lagi, menghantam tanah untuk kedua kalinya.
Memanfaatkan gaya reaksi dari lemparan kedua, Xiao Wu backflip mundur dan melemparkan Yang Wudi kembali ke posisi semula. Kepala klan Po ini kini bagai karung yang diayunkan Xiao Wu dengan kaki—enam kali lemparan, tiga ke depan tiga ke belakang—hingga tulang-tulangnya berderak tak henti.
Tai Tan, Niu Gao, Bai He—tiga kepala klan menyaksikan pemandangan ini serempak menelan ludah. Mereka bisa membayangkan daya hantam yang diterima tubuh Yang Wudi. Selain Niu Gao yang masih yakin bisa bertahan, bahkan Tai Tan pun mengaku akan babak belur menerima serangan seperti ini.
Darah Yang Wudi sudah menyiprat hingga ke kaki mereka. Akhirnya, ketika Xiao Wu sekali lagi melemparkan tubuh Yang Wudi ke udara alih-alih menghantamkannya ke tanah, rangkaian enam lemparan berakhir. Ditambah dengan teknik awal Lingkong Jiesha Panxuan Shuai, total menjadi tujuh kali hantaman.
Xiao Wu kembali melompat, menyusul tubuh Yang Wudi yang masih di udara. Kedua kakinya kembali menjepit leher pria itu.
"Xiao Wu, berikan kelonggaran!" Teriak Tang San yang panik menyelamatkan Yang Wudi. Tatapan mengerikan di mata Xiao Wu langsung berubah lembut saat menoleh ke Tang San. Jepitan kakinya di leher Yang Wudi mengendur, kaki kanannya menendang ke bawah, menghantamkan tubuh itu ke tanah. Sementara dirinya sendiri seperti burung walet kembali ke sarang, terbang ke pelukan Tang San.
Braak——
Yang Wudi yang malang kembali menghantam tanah. Wajahnya sudah babak belur. Andai bukan karena Soul Power level 80-an yang terus melindungi tubuhnya, dan Xiao Wu tidak menyelesaikan gerakan terakhir Delapan Jurus Jatuhan yang mengerikan - putaran 1080 derajat di udara - nyawanya mungkin sudah melayang. Perlu diketahui, 70% kekuatan serangan Delapan Jurus Jatuhan Xiao Wu yang telah menjadi Kemampuan Spirit ini terkumpul di hantaman terakhir. Tujuh hantaman sebelumnya hanya bertujuan mengatasi efek pertahanan lawan.
Saat ini, situasi di medan pertarungan telah sepenuhnya melampaui dugaan semua penonton yang menyaksikan pertarungan. Yang Wudi yang terbaring di tanah dalam keadaan koma total, sedangkan Tang San yang menerima luka hampir mematikan justru berdiri dengan tegak. Jika kondisi Yang Wudi yang terlempar hingga pingsan sudah mengejutkan, maka segala perubahan yang terjadi pada tubuh Tang San saat ini membuat semua orang dipenuhi kekagetan dan ketakjuban.
Setelah tubuhnya memasuki kondisi samar-samar, lukanya berhenti mengeluarkan darah. Cahaya biru-keemasan yang menyebar dari kaki kanannya ke dada dengan cepat meluas ke seluruh area luka tembusnya. Di bawah stimulasi cahaya ini, bisa terlihat jelas otot-otot di sekitar luka Tang San bergerak-gerak dan tumbuh dengan cepat. Dengan cara yang ajaib, lukanya sembuh dalam kecepatan luar biasa.
Saat Tang San berteriak menghentikan Xiao Wu menyelesaikan jurus terakhir Delapan Jurus Jatuhan, luka di dada kanannya ternyata telah sembuh total. Bahkan tulang-tulang di bawah kulitnya perlahan membentuk kembali. Kecuali lubang di bajunya yang tidak dapat diperbaiki, tidak ada jejak luka sama sekali di tubuhnya seolah-olah tombak penghancur jiwa itu tidak pernah menembus dadanya.
Xiao Wu yang berwujud samar-samar memandangi sorot mata Tang San yang sedikit menyalahkan, lalu menatap luka di dadanya yang telah sembuh. Ia mengangkat tangan kanan, menepuk-nepuk dadanya sendiri sambil melakukan gerakan lega, tersenyum manis pada Tang San. Kemudian jarinya menunjuk ke Kantung Serbaguna Ruyi di pinggang Tang San sebelum tubuhnya menyatu dengan Cincin Jiwa keenam di tubuh Tang San dan menghilang.
Tang San mengalami cedera serius seperti ini, mengapa bisa pulih dengan cepat seperti ini?
Spirit Bone 100.000 tahun yang Xiao Wu berikan kepada Tang San memiliki dua skill otoriter: teleportasi instan ditambah Rekor Tak Terkalahkan. Namun Spirit Bone 100.000 tahun milik Tang San tidak hanya satu ini. Yang pertama ia dapatkan adalah Tulang Kaki Kanan Blue Silver Emperor yang diwarisi dari ibunya.
Perlu diketahui, ibu Tang San baru memberikan Cincin Jiwa-nya kepada Tang Hao dengan cara bunuh diri setelah memasuki periode matang. Bagaimana mungkin kualitas Spirit Bone-nya lebih buruk dari Xiao Wu? Inilah skill tersembunyi lain dari Tulang Kaki Kanan Blue Silver Emperor selain kemampuan terbang.
Nama ini diberikan oleh Tang San. Tidak lama sebelumnya, ia telah menemukan skill kedua dari Tulang Kaki Kanan Blue Silver Emperor ini. Jika tidak, mengapa ia berani menempatkan diri dalam situasi berisiko terbunuh hanya untuk menaklukkan klan Po?
Namun, bahkan Tang San sendiri tidak tahu seberapa besar efek perbaikan maksimal dari skill tambahan Tulang Kaki Kanan Blue Silver Emperor ini. Tapi yang pasti, di wilayah kekuasaan Blue Silver dan area yang dipenuhi Blue Silver Grass, kemampuan spirit ini akan berfungsi sangat optimal.
Saat ini, meski ekspresi wajahnya masih pucat pasi dan kekuatannya juga cukup terkuras, dibandingkan dengan luka tembus sebelumnya, ini bukan masalah besar. Hanya perlu istirahat beberapa hari, kondisi kesehatan akan pulih dengan sendirinya.
Dua pemuda yang dibawa Yang Wudi telah berebut mendekat dan menopangnya. Untungnya, Soul Power Yang Wudi sangat kuat. Meski terhempas hingga pusing tujuh keliling dan sebelumnya terluka akibat getaran Haotian Hammer, setidaknya tulang-tulangnya masih utuh. Luka dalam tak terhindarkan.
Seorang pemuda menuntun Yang Wudi kembali ke tempat duduk, sementara yang lain cepat-cepat mengeluarkan botol keramik dari pelukannya. Beberapa butir pil dimasukkannya ke mulut Yang Wudi, lalu memberinya air dari Hundaoqi miliknya untuk menelannya.
Tang San teringat gerakan Xiao Wu yang menunjuk Kantung Serbaguna Ruyi sebelum pergi. Mengira sang kekasih menyuruhnya mengonsumsi tanaman obat untuk memperkuat fondasi tubuh, dan melihat Yang Wudi minum obat, Tang San pun refleks merogoh Kantung Serbaguna Ruyi-nya. Masih tersisa beberapa Daun Longzhi, memakan satu lembar sudah cukup memulihkan kekuatannya.
Namun, saat tangan Tang San menyentuh Kantung Serbaguna Ruyi-nya, ekspresinya tiba-tiba berubah aneh. Seperti tersengat listrik, tangannya ditarik kembali dengan cepat.
Tai Tan telah bergegas mendekati Tang San, sementara Niu Gao dan Bai He berkumpul di sekitar Yang Wudi untuk mengaktifkan efek obat dengan Soul Power. Melihat gerakan tiba-tiba Tang San, Tai Tan bertanya, "Tuan Muda, apa Anda baik-baik saja?"
Tang San menggeleng, "Sesepuh, saya agak lelah dan ingin istirahat dulu. Saat Sesepuh Yang Wudi siuman, tolong sampaikan bahwa saya berharap dapat berbicara baik-baik dengannya sore ini."
Melihat wajah pucat Tang San, Tai Tan segera mengangguk, "Aku akan mengantarmu pulang."
Tang San menggelengkan kepala, "Tidak perlu. Senior Yang Wudi mungkin menderita luka dalam, Lebih baik Tuan tetap di sini. Aku baik-baik saja. Seperti yang Tuan lihat." Sambil berkata demikian, dia menunjuk bekas luka tembus di dadanya.
Pandangan Tai Tan tiba-tiba menjadi aneh. Dia jelas melihat penyembuhan ajaib luka Tang San sama sekali bukan efek kemampuan spirit. Bukan kemampuan spirit, berarti pasti Spirit Bone. Skill Spirit Bone adalah rahasia bagi semua Ahli Jiwa, meski penasaran, dia tak bisa banyak bertanya.
Ma Hongjun tidak segan seperti Tai Tan. Saat Tang San menolak pengawalan Tai Tan, Si Gendut sudah menopang lengan Tang San. Mengawalnya keluar ruang pertemuan, baru saja melangkah keluar, dia tak tahan bertanya, "San Ge, bagaimana dengan lukamu tadi? Aku hampir mati ketakutan."
Tang San tersenyum tipis, berkomunikasi melalui suara batin: "Itu skill Spirit Bone. Kuberi nama: Api liar tak sanggup membakar habis, angin semi meniup kehidupan baru."
Begitu Tang San dan Ma Hongjun pergi, Yang Wudi tiba-tiba memuntahkan darah beku berwarna ungu-hitam. Setelah menghela napas panjang, barulah dia sadar dari koma.
Tanaman obat klan Po memang luar biasa. Meski masih merasa organ dalamnya terbakar dan seluruh tubuh pegal-pegal, setidaknya lukanya sudah stabil.
Yang Wudi yang baru saja membuka matanya, pertama-tama melihat ke arah tempat Tang San sebelumnya berada. Yang bisa dilihatnya hanyalah genangan darah segar. Setelah menyadari ketiadaan Tang San, pandangannya menjadi kosong, menatap lurus ke depan tanpa sepatah kata. Namun, gemetar halus di kedua tangannya mengungkapkan kompleksitas perasaan yang sedang berkecamuk dalam dirinya.
Tai Tan, Niu Gao, dan Bai He dengan penuh kedekatan batin tidak mengganggunya. Bai He terus menerus mengalirkan Soul Power-nya ke dalam tubuh Yang Wudi, membantu menstabilkan aura kacau yang terpancar darinya.
Setelah waktu yang cukup lama, sorot mata kosong Yang Wudi perlahan meredup. Menahan kelelahan fisik yang menyiksa, ia berdiri dan menghentikan aliran Soul Power dari Bai He. Saat itu, wajahnya tiba-tiba terlihat sepuluh tahun lebih tua, kesombongan khasnya telah digantikan oleh kepedihan yang dalam.
Bai He akhirnya tak tahan berkata, "Lao Shanyang, jangan terlalu kecewa. Kami bertiga pun akan mengalami nasib sama. Lagipula, kau bahkan belum menggunakan Kemampuan Spirit kedelapanmu. Hanya karena kau memberikan kelonggaran, kesempatan itu muncul untuknya."
Yang Wudi melambaikan tangan ke arah Bai He, "Tak perlu menghiburku. Kekalahan tetaplah kekalahan. Apakah kau kira aku akan mengingkarinya?" Sambil berkata demikian, ia mengeluarkan beberapa botol obat dari Hundaoqi-nya dan menyerahkannya ke Bai He.
"Bawa ini, kita harus segera mengobati lukanya. Bawa aku menemuinya. Tusukan Senjata Pohnun yang menembus tubuh, jika tidak dirawat baik-baik akan meninggalkan efek samping."
Bai He tidak menerima botol obat yang disodorkan Yang Wudi, ekspresi tiga kepala klan tiba-tiba berubah aneh.
Yang Wudi kaget, menatap Bai He: "Apakah dia tewas? Tapi aku jelas melihat tusukan tepat di dada kanan. Asal tidak kehilangan terlalu banyak darah, masih bisa diselamatkan!"
Niu Gao tersenyum getir: "Kemampuan bocah itu melebihi perkiraan kami. Lukanya sudah sembuh sendiri saat kau terlempar. Jika tebakanku benar, dia sengaja memprediksi seranganmu sehingga berani konfrontasi langsung."
"Sembuh sendiri?" Tangan Yang Wudi gemetar, beberapa botol obat terjatuh ke tanah. Bai He bereaksi cepat menyambar botol-botol itu sebelum terbuang, menyelamatkan tanaman obat berharga.
Bibir Yang Wudi mengkerut pahit: "Rupanya kekalahanku benar-benar total! Syarat apa yang diajukan bocah itu?"
Tai Tan menjawab: "Tang San tidak menyebutkan. Dia beristirahat dulu. Hanya memintaku menyampaikan agar kau beristirahat, dan sore nanti ingin berdiskusi baik-baik."
Yang Wudi menghela napas: "Memang sudah waktuku istirahat. Seumur hidup mengasah serangan, tapi kalah dari pemuda level 60-an. Ayo, antar aku ke kamar."
Dua murid klan Po segera menopang lengannya yang limbung, berjalan tertatih keluar. Niu Gao sendiri memandu mereka ke tempat istirahat.
Tai Tan dan Bai He saling memandang, Bai He menghela napas, "Pertarungan ini tidak hanya meruntuhkan keras kepala Lao Shan Yang, tapi juga menghancurkan kepercayaan dirinya."
Tai Tan mengangguk, "Bagi dia, pukulan ini memang berat. Tapi dari sudut tertentu, ini bukanlah hal yang buruk. Bagaimanapun, pola pikir Lao Shan Yang memang sudah bermasalah sejak awal."
Senyum tipis muncul di wajah Bai He, "Sepertinya keempat klan atribut benar-benar akan berkumpul kembali. Selanjutnya tergantung bagaimana cucu laki-lakiku meyakinkan Yang Wudi. Aku yakin dia punya kemampuan persuasi yang baik."
Tai Tan kesal, "Lao Bai Niao, kusadari di antara kita, yang paling licik sebenarnya adalah kau. Kemarin masih berpura-pura, padahal saat mendengar identitas Tang San, kau sudah setuju, bukan?"
Bai He tertawa terbahak, "Kau yang berpura-pura! Cucuku berbakat, aku sangat bangga. Awalnya aku juga tak tahu dia cucuku! Sekarang aku mulai merindukan masa depan Tang Men. Setidaknya, Klan Kecepatan kami tak perlu khawatir tentang kehidupan lagi."
Ma Hongjun mengantar Tang San sampai ke kamarnya, baru pergi setelah Tang San berulang kali menegaskan tidak perlu ditemani menjaga meditasi.
Tang San tidak terburu-buru berlatih. Ekspresinya aneh, menunduk sambil menatap Kantung Serbaguna Ruyi yang tergantung di pinggangnya.
Saat ini, dia bahkan tidak sempat memikirkan bagaimana caranya meyakinkan Yang Wudi nanti sore.
Situasi di dalam Kantung Serbaguna Ruyi sangat jelas bagi Tang San. Dengan memori yang luar biasa, dia tahu persis letak setiap tanaman obatnya. Tubuh asli Xiao Wu sengaja ditempatkan di ruang kosong terpisah.
Namun tadi, saat merogoh kantung untuk mengambil Daun Longzhi, tiba-tiba tangannya menyentuh sesuatu yang lembut tak wajar. Kelembutan yang seharusnya tidak ada di Kantung Serbaguna Ruyi.
Jika harus diibaratkan, kehalusan itu seperti buah leci yang baru dikupas, tapi bukan dinginnya salju melainkan hangatnya kelembutan. Apa? Benda apa yang tiba-tiba menempati bagian kantung ini?
Dengan hati-hati Tang San merogoh lagi kantungnya, tapi objek yang disentuh tadi hilang. Segalanya normal kembali. Dia segera teringat Xiao Wu dan mengeluarkannya dari kantung.
Xiao Wu dalam bentuk kelinci masih terlipat tidur. Kabut putih di tubuhnya makin pekat, fluktuasi energi dahsyat dalam tubuhnya bahkan terasa dari luar. Setelah memakan dua herbal immortal tingkat dewa, tubuhnya yang pernah berlatih 100.000 tahun itulah yang mencegah ledakan energi.
Melihat Xiao Wu yang tertidur lelap, hati Tang San justru dipenuhi sedikit kekecewaan. Bahkan dirinya sendiri tak memahami, sebenarnya apa yang diidamkan dalam relung hatinya.
Tubuh Tang San benar-benar kelelahan. Ini pertama kalinya ia merasakan kemampuan "Api takkan habiskan rumput, angin semi kembalikan kehidupan" dari Tulang Kaki Kanan Blue Silver Emperor. Sensasinya, hanya area luka sebelumnya yang masih terasa gatal menyusup ke sumsum. Selain itu, ia merasakan keletihan yang amat sangat. Dalam pertarungan melawan Yang Wudi, bisa dikatakan ia telah mengerahkan seluruh kekuatan dan menguras semua taktik. Akhirnya, berkat tampilnya Kemampuan Spirit keenam Xiao Wu yang istimewa, situasi bisa dipulihkan. Dalam kondisi fisik dan mental yang terkuras habis, ia buru-buru memakan selembar Daun Longzhi lalu merebahkan diri di tempat tidur dan tertidur. Instingnya berkata, pemulihan yang dibutuhkan tubuh bukan berasal dari latihan, melainkan hanya tidur nyenyak yang bisa mengisi ulang nyawa dan kekuatan yang terkuras.
Penilaian Tang San tentu tak mungkin salah. Meskipun secara fisik ia manusia, warisan Spirit Bone dan Hunwu dari ibunya telah memberikannya sebagian sifat abadi Blue Silver Emperor. Hanya saja, saat ini ia belum mampu mengembangkan seluruh potensi Tulang Kaki Kanan Blue Silver Emperor. Pertempuran hari ini pun tak terjadi di tengah hamparan Blue Silver Grass yang melimpah. Karena itulah rasa lelahnya begitu menyiksa.
Begitu memasuki kondisi tidur, cahaya biru samar mulai memancar dari tubuh Tang San. Ini adalah sinyal yang dikeluarkan secara otomatis oleh Blue Silver Emperor. Wilayah kekuasaan Blue Silver secara tak kasat mata menyebar karena dorongan insting. Jangkauannya tidak terlalu luas, hanya sekitar diameter satu kilometer. Dalam radius satu kilometer ini, semua Blue Silver Grass yang tumbuh akan cepat-cepat melepas jejak aura kehidupan mereka dan menyalurkannya ke tubuh Sang Raja. Sementara mereka sendiri juga mendapat katalis dari aura Blue Silver Emperor, memperoleh kemungkinan untuk berevolusi.
Sudah lama tidak tidur sedamai ini, kesadaran sepenuhnya tenggelam dalam pikiran, mengabaikan persepsi terhadap dunia luar. Nyawa Tang San pulih dengan kecepatan yang luar biasa. Namun yang mengalami perubahan bukan hanya dirinya. Xiao Wu yang tertidur di sampingnya juga mulai menunjukkan perubahan yang semakin besar bersamaan dengan proses pemulihan diri Tang San.
Di sekitar tubuh yang diselubungi kabut putih, bayangan-bayangan terus bermunculan. Karena tertutup kabut, bayangan ini tidak terlihat jelas, hanya samar-samar terlihat sosok manusia. Kulit seputih salju, rambut sehitam jelaga.
Kabut putih terus menyebar, perlahan-lahan seluruh ruangan diwarnai kabut tipis yang samar. Dalam kesamaran, bayangan-bayangan yang terus berkedip itu mulai menguat, sementara kelinci yang awalnya meringkuk kini menyatu dengan bayangan tersebut, terus meregangkan tubuhnya. Seluruh ruangan dipenuhi aroma harum yang elegan. Dalam wewangian ini, Tang San tertidur semakin lelap.
Dalam keadaan setengah tertidur, Tang San merasa ada sesuatu yang hangat menempel di tubuhnya, lembut seperti kapas namun penuh elastisitas. Saat berguling, secara refleks ia memeluk benda itu erat-erat dan terus terlelap. Dalam mimpi, ia melihat Xiao Wu kembali ke sisinya, mereka berpelukan erat seolah tak ingin terpisahkan.
Tak terasa berapa lama waktu berlalu, suara ketukan pintu terdengar dari luar.
"San Ge, apakah kondisi Anda sudah membaik?" Suara keras Ma Hongjun menggema di balik pintu.
Tang San yang sedang tidur nyenyak terbangun kaget. Ia baru menyadari bahwa di luar sudah gelap.
"Si Gendut, sudah jam berapa?" Tang San bertanya reflek. Saat mengucapkan ini, ia tiba-tiba merasa ada yang aneh - tubuhnya terasa berat ketika mencoba duduk, dan lengan kanannya mulai kesemutan. Dengan pandangan masih buram, ia menoleh ke arah pelukannya. Seketika itu juga semua rasa kantuknya menghilang bagai air surut.
Ma Hongjun membalas dari luar: "Sudah malam. San Ge, mari makan sedikit. Ketua klan Po masih menunggu syarat yang Anda ajukan."
Tang San baru tersadar, "Si Gendut, pergilah dulu. Aku... aku akan segera menyusul."
Ma Hongjun mendengar nada suara Tang San yang aneh, namun mengira itu karena kelelahan usai pertempuran sebelumnya. Ia mengangguk lalu pergi tanpa bertanya lebih lanjut.
Saat Ma Hongjun pergi, Tang San mencubit pahanya sendiri dengan kuat. Seluruh tubuhnya gemetar halus.
Sakit sekali. Baru pada detik ini dia benar-benar yakin bahwa ini bukan mimpi.
Di pelukan Tang San, terbaring diam seorang gadis. Gadis yang sama sekali tidak mengenakan sehelai benang pun.
Rambut hitam seperti air terjun hampir menutupi seluruh tubuhnya. Kulit yang terbuka menempel erat pada tubuh Tang San, seperti anak kucing yang meringkuk rapat padanya.
Lengan kanan Tang San yang mati rasa menjadi bantal bagi gadis itu. Kepalanya terkubur di dada Tang San, wajah tak terlihat. Tapi kulit lembutnya yang seperti bisa pecah ditiup angin itu cukup membuat pria mana pun gila.
Tang San bisa merasakan suhu tubuhnya melonjak drastis. Dia pria normal berdarah panas, masih perjaka. Dalam situasi seperti ini, reaksi alami langsung muncul. Itu sebabnya suaranya terdengar aneh.
Tang San sama sekali tak tahu kapan gadis ini muncul di pelukannya. Tidurnya terlalu lelap. Apakah ini diatur Niu Gao? Tidak mungkin. Kepala klan Niu bukan tipe orang seperti itu. Lagipula dia baru saja terluka, untuk apa dihadiahi wanita? Tapi kalau bukan diatur, mengapa ada orang tambahan di ranjangnya?
Sebelum terlelap, Tang San masih sempat merasakan kehadiran empat anggota Klan Pertahanan yang berjaga di luar. Dengan mereka di sana, mustahil orang luar bisa masuk dengan mudah.
Dorongan kuat terus menerjang hati Tang San. Dia segera tersadar, tak boleh membiarkan nafsu menguasai rasionalitas. Apalagi mengkhianati Xiao Wu. Tanpa ragu-ragu dia mencoba menarik kembali lengan kanannya yang terjulur. Gerakan tubuhnya ini membangunkan gadis dalam pelukannya yang mendongak perlahan sambil mengeluarkan suara lemah.
Gesekan tubuh mereka yang saling menempel menimbulkan rangsangan dahsyat. Namun ketika gadis itu sepenuhnya mengangkat kepala dan menatap Tang San dengan mata jernih nan bingung, semua gairah itu lenyap seketika. Pikiran Tang San kosong melompong.
"Itu adalah wajah yang sempurna bagaikan elf, dengan sepasang mata besar hitam pekat yang mengandung semburat merah muda. Kecantikan luar biasa tanpa riasan, namun segalanya tetap sempurna dan terasa sangat familiar."
"Xiao... Wu..." Suara gemetar yang parau terdengar. Seketika, mata Tang San langsung memerah dan berkaca-kaca.
“Ya, kecantikan yang sangat sempurna itu hanya milik cinta sejati dalam hatinya. Mungkin di dunia ini masih ada wanita yang bisa menyainginya. Tapi di mata Tang San, dialah satu-satunya, yang tak tertandingi.”
Lengan yang awalnya ingin melepaskan diri tiba-tiba mengencang, memeluk erat Xiao Wu yang tampak kebingungan dan tak berdaya dalam dekapan, seolah ingin menyatukannya dengan tubuhnya sendiri.
Meski sudah mencubit diri sekuat tenaga, Tang San masih takut ini hanyalah mimpi indah. Memeluk Xiao Wu yang tak sehelai benang pun, tak ada sedikit pun niat jahat dalam hatinya saat ini, hanya cinta yang membara hingga puncaknya...
Pandangan Xiao Wu masih kosong dan hampa. Dalam dekapan membara Tang San, lengannya yang pucat seperti teratai perlahan terangkat, secara alami merangkul lehernya. Ekspresi wajahnya menunjukkan kelekatan, tapi sorot matanya tetap hampa.
“Xiao Wu... Xiao Wu... Tahukah kau betapa aku merindukanmu? Mengapa kau begitu bodoh, menyelamatkanku dengan ritual persembahan? Apa kau pikir setelah kehilanganmu, aku masih punya keinginan untuk hidup? Jika bukan karena kesempatan kecil untuk kebangkitanmu, aku sudah menyusulmu.”
“Suara Tang San penuh dengan isakan, merangkul erat sang kekasih di pelukannya, bagian paling lembut di hatinya terus bergemetar. Menghirup aroma harum rambut Xiao Wu, perasaan bahagia yang belum pernah dialami sebelumnya memenuhi setiap sudut tubuhnya. Dia lebih memilih waktu berhenti selamanya pada detik ini, selamanya, selamanya...”
