Mendengar Tang San menyatakan isi ujian ketujuhnya, semua orang terdiam. Pandangan mereka padanya dipenuhi rasa takjub yang mendalam. Senjata Dewa, mencabut, trisula Dewa Laut. Meski hanya sepuluh kata singkat, apa makna yang tersirat di baliknya?
Ma Hongjun mengungkapkan kebingungan yang dirasakan semua orang, "San Ge, apakah Ujian Dewa Laut Sembilan-mu ini benar-benar akan mengantarkanmu menjadi Dewa Laut? Apakah Senjata Dewa ini adalah senjata yang digunakan para dewa?"
Meski Tang San sudah menduga-duga sebelumnya, saat menghadapi kenyataan ini, jantungnya tetap berdebar kencang. Tidak heran para Penjaga Pilar Suci Dewa Laut dan Bo Saixi berkata bahwa setelah enam ujian pertama, sifat ujian akan berubah. Ternyata tebakannya benar.
Di saat seperti ini, Dai Mubai sebagai kakak tertua menunjukkan ketenangan yang selayaknya, "Kita jangan terlalu banyak berasumsi dulu. Tunggu sampai Xiao San benar-benar menjalani ujian ketujuh ini. Apapun itu, ujian ketujuh ini sangat krusial."
Oscar menambahkan, "Yang terpenting sekarang adalah apakah trisula ini akan menjadi milik Xiao San setelah dicabut, atau hanya bagian dari ujian. Dari yang kita lihat di Pulau Dewa Laut, Trisula Dewa Laut seharusnya benar-benar Senjata Dewa. Jika bisa mendapatkan ini, apa lagi yang perlu ditakuti dari Kuil Wuhun?"
Tang San berkata, "Mu Bai benar. Apapun makna ujian ini, baru akan jelas setelah kita lulus. Jangan terlalu berharap dulu, agar jika tebakan kita salah, kekecewaan tidak terlalu besar."
Oscar merendahkan suaranya, berkata: "Dari tujuh orang kita, sudah empat yang menyelesaikan ujian. Setelah Xiao San melewati Ujian Ketujuh, Rong Rong juga akan selesai. Haruskah kita mulai mempertimbangkan cara meninggalkan tempat ini? Xiao San, ceritakanlah pengalamanmu saat bertarung melawan Bo Saixi Sang Dou Luo Dewa Laut itu. Meskipun Zhuqing menyaksikan pertarungan itu, tapi tanpa merasakan langsung, mustahil baginya memahami kekuatan sebenarnya Bo Saixi. Menurutmu, setelah menyelesaikan Sembilan Ujian, bisakah kita bertujuh meninggalkan sini dengan kekuatan kita?"
Melakukan tingkah laku Oscar yang sembunyi-sembunyi, semua tak bisa menahan senyum. Hanya ekspresi wajah Tang San yang terlihat serius, "Sebelum datang ke sini, perkiraan kita masih kurang. Meski aku selalu menganggap kekuatan Bo Saixi Sang Dou Luo Dewa Laut sangat tinggi, baru setelah berhadapan langsung aku menyadari jurang perbedaan antara kita. Kekuatan mengerikan dari Tuan Bergelar level 99! Menurutku, dia sudah hampir setara dewa. Jika mengandalkan kekuatan mentah, bahkan jika kita semua berlatih hingga mencapai level Tuan Bergelar, mustahil kita bisa menang."
Kalimat terakhirnya diucapkan dengan tegas dan pasti.
Yang lain saling pandang. Ma Hongjun tak tahan bertanya, "Tidak mungkin, San Ge. Dia hanya satu orang! Jika kau sudah mencapai level Tuan Bergelar dengan banyak Cincin Jiwa 100.000 Tahun, masak takut padanya?"
Tang San menghela napas dan berkata, "Kamu tidak mengerti. Aku juga tidak bisa memastikan seberapa besar peningkatan kekuatanku setelah mencapai level Tuan Bergelar, tapi yang pasti, dengan kekuatanku saat ini, jika bertubrukan langsung dengannya, satu kali benturan saja sudah cukup untuk menghancurkan tubuhku. Keberhasilanku melewati Ujian Keenam sepenuhnya bergantung pada perhitungan dan keberuntungan, bukan kekuatan sejati. Bo Saixi juga dibatasi banyak hal saat bertarung denganku. Jika dia menggunakan seluruh kekuatannya, pasti bisa menghancurkan sebuah kota dalam satu serangan. Jika dia membuka wilayah kekuasaannya, tak satu pun dari kita bisa meloloskan diri. Karena itu, cara meninggalkan Pulau Dewa Laut pasti bukan dengan kekerasan. Sekarang kita hanya bisa berharap tebakanku benar - setelah mencabut trisula Dewa Laut itu, semuanya akan terjawab. Jika gagal, kita harus berlatih bersama di sini sampai kekuatan kita semua mencapai level 95, mungkin baru ada kesempatan untuk pergi. Atau ketika kedua Hunwu-ku mencapai sembilan cincin jiwa dan Spirit Bone-ku lengkap, barulah ada kekuatan untuk melawan."
Saat mengucapkan kata-kata ini, gambaran serangan Bo Saixi yang begitu mudah dan elegan muncul dalam pikiran Tang San. Serangan ringan itu, bahkan tanpa menggunakan Hunwu, cukup dengan satu pukulan saja sudah membuatnya tak berdaya. Jika bukan karena skill menyimpang seperti Rekor Tak Terkalahkan, mungkin tamparan itu sudah merenggut nyawanya. Di hadapan kekuatan level seperti miliknya, bahkan jika tubuhnya terbuat dari emas sekalipun, pasti akan hancur berkeping-keping oleh satu tepisan tangan.
Tang San memahami bahwa setelah Dai Mubai, Oscar, dan Ma Hongjun mencapai tingkat Roh Dou Luo, mereka menjadi terlalu percaya diri. Dia harus mengingatkan mereka.
Seperti diduga, setelah mendengar perkataan Tang San, raut wajah semua orang menjadi serius. Dai Mubai yang Soul Power-nya sudah mencapai level 83 berkat reward beruntun berkata, "Kekuatan adalah hukum utama. Jangan buang waktu lagi, mari kita mulai berlatih. Xiao San, kau harus berhasil mencabut trisula Dewa Laut itu!"
Tang San beristirahat total selama tiga hari, tidak hanya untuk memulihkan kesehatan dan kondisi spiritualnya ke tingkat optimal, tapi juga untuk merapikan pikiran yang kacau sejak tiba di Pulau Dewa Laut. Pada pagi hari keenam setelah melewati Ujian Keenam, barulah dia membawa Ning Rongrong dan Xiao Wu menaiki tangga menuju Kuil Dewa Laut.
Ketika mereka menapaki seribu satu tingkat batu dan tiba di depan Kuil Dewa Laut yang megah, ketujuh Penjaga Pilar Suci Dewa Laut telah berdiri menunggu di sana, seolah telah mengetahui kedatangan mereka hari ini.
Hailong Dou Luo berdiri di posisi tengah, enam Douro Laut lainnya berjajar di kedua sisi. Tang San membawa dua wanita itu berhenti di depan Hailong Dou Luo, lalu sedikit membungkuk memberi hormat, "Salam untuk para Sesepuh."
Hailong Dou Luo menyampingkan tubuhnya menolak penghormatan itu, memandangnya dengan emosi yang kompleks, "Tuan-tuan, silakan ikuti saya."
Usai berkata demikian, ia memimpin dengan berbalik arah menuju ke dalam Kuil Dewa Laut.
Sudah empat tahun mereka berada di Pulau Dewa Laut, namun ini adalah pertama kalinya Tang San dan yang lain mendekati Kuil Dewa Laut sedekat ini.
Pilar-pilar batu raksasa di depan Kuil Dewa Laut diukir dengan berbagai pola - beberapa menggambarkan Binatang Roh laut yang pernah mereka lihat, namun lebih banyak lagi makhluk yang belum pernah mereka saksikan, diduga penghuni lautan lainnya.
Memasuki kuil, gelap gulita menyergap. Seluruh aula besar ini tak memiliki satu pun jendela, sehingga cahaya luar tak bisa masuk. Ruang kosong tanpa struktur bangunan terlihat. Kesederhanaan kuil ini bisa disebut kuno. Tang San tak menyangka Kuil Dewa Laut yang terhormat sama sekali tanpa dekorasi dan gelap pekat seperti ini.
Baru beberapa langkah masuk, Hailong Dou Luo menghentikan langkahnya. Dengan penuh hormat ia berseru ke kegelapan, "Yang Mulia, Tang San, Ning Rongrong, dan Xiao Wu telah tiba."
“Baik, kamu boleh keluar.” Suara Bo Saixi terdengar dari dalam.
“Siap.” Dou Luo Hailong membungkuk hormat ke arah dalam, baru membuka jalan dan keluar melalui samping. Saat melewati Tang San, ia mengangguk kecil sebelum pergi.
Dengan hilangnya bayangan besar Dou Luo Hailong, Tang San akhirnya bisa melihat pemandangan di dalam aula besar. Di ruangan ini tak ada bangunan lain selain delapan platform. Tujuh platform terluar membentuk lingkaran, masing-masing dengan desain berbeda yang menyerupai platform Tujuh Pilar Suci Dewa Laut dalam versi mini. Di sini tak ada pilar suci, hanya platform-platform tersebut.
Di tengah ketujuh platform ini, terdapat sebuah platform raksasa bertingkat tiga yang menjulang beberapa meter lebih tinggi. Platform pusat berbentuk lingkaran dengan luas yang menyempit di setiap tingkatnya. Dalam kegelapan aula, terlihat samar-samar sebuah tongkat panjang berdiri di pusat platform tertinggi - bentuknya tak beraturan dengan ujung lancip berwarna hitam pekat.
Bo Saixi duduk bersila di lantai pertama platform utama, telapak tangan menghadap ke atas dengan formasi jari yang unik, matanya terpejam. Hanya penglihatan luar biasa Tang San yang bisa menangkap detail ini.
“Tang San, mendekatlah.” Suara Bo Saixi yang datar bergema di aula kosong itu.
“Ya.” Tang San menjawab, melangkah maju dengan mantap. Matanya menatap Bo Saixi dengan tenang, hatinya bagai sumur tua yang tak beriak. Jika Bo Saixi ingin melawannya, itu semudah membalikkan telapak tangan. Kini setelah sampai di sini, tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Namun di lubuk hati, Tang San tidak menyukai perasaan takdir yang sepenuhnya berada di tangan orang lain ini.
Melintasi platform luar, Tang San membawa Ning Rongrong dan Xiao Wu hingga berhenti lima meter di hadapan Bo Saixi.
“Menghadap Sesepuh.” Ketiganya membungkuk memberi hormat.
Bo Saixi menerima penghormatan mereka. Tang San menyadari penampilan Bo Saixi kali ini berbeda dari pertemuan saat Ujian Keenam beberapa hari lalu. Jika dahulu Bo Saixi terasa seperti samudera nan dalam, kini ia lebih menyerupai nenek tua penuh kasih. Meski penampilannya tetap muda, anggun, dan cantik, sorot mata penuh liku-lifunya memancarkan kehangatan. Bila sebelumnya ia bagai gunung tak tertaklukkan, kini kesannya bagi Tang San lebih mirip tatapan penuh perhatian Master yang menganggapnya sebagai anak sendiri.
Bo Saixi tersenyum ramah: “Sebelum Ujian Ketujuh, kuajarkan kisah tentang laut. Tahukah kau seberapa luas lautan?”
Tang San menggeleng bingung. Pertanyaan ini berada di luar jangkauan pengetahuannya.
“Luas lautan adalah empat kali lipat daratan, artinya lautan setara dengan empat benua Douluo. Di hamparan laut tak bertepi ini, hidup makhluk yang jauh lebih banyak daripada di darat. Jika makhluk laut ini kehilangan kendali dan terus memulai perang, maka kekacauannya bahkan akan melebihi daratan.”
“Bertahun-tahun yang lalu, lautan memang sempat kacau seperti itu. Seperti kata pepatah, zaman kacau melahirkan pahlawan. Di antara banyak Ahli Jiwa laut, muncul seorang jenius yang luar biasa berbakat. Dengan kekuatannya sendiri, sepanjang hidupnya ia menjelajahi setiap sudut lautan, memegang trisula, menaklukkan ras-ras laut satu per satu dengan kekuatan dahsyat dan karisma tiada tara. Selama 1.001 tahun, akhirnya ia menyatukan lautan dan diangkat sebagai Dewa Laut oleh semua ras laut, menciptakan mitos abadi.”
“Ahli Jiwa laut juga manusia, Sesepuh. Bisakah manusia hidup sampai seribu tahun?” tanya Tang San.
Bo Saixi tersenyum penuh kasih, “Panggil aku Imam Besar. Manusia biasa tentu tidak bisa hidup selama itu, tapi ketika kekuatan seseorang mencapai level Tuan Bergelar, mereka bisa hidup sekitar 300 tahun. Setiap peningkatan level berikutnya menambah 100 tahun usia. Artinya, level sepertiku bisa hidup ribuan tahun. Yang Mulia Dewa Laut dulu menaklukkan lautan dengan kekuatan level 99. Dalam hal ini, aku harus menyebut kakek buyutmu. Selain Yang Mulia Dewa Laut, dialah orang yang paling kukagumi.”
“Kakek buyut? Tapi, kekuatan Yang Mulia...”
Bo Saixi tersenyum sinis, "Bagaimana? Kau pikir aku bisa mencapai level 99 sepenuhnya mengandalkan kekuatanku sendiri? Tidak, kau salah. Aku tidak punya kemampuan itu. Usiaku baru sedikit di atas 100 tahun, mana mungkin bisa berlatih hingga level 99. Jangan kira setelah kalian semua mencapai level 80, jalan ke depan akan mudah. Begitu Soul Power melebihi level 95, menurut perhitungan normal, setiap peningkatan satu level membutuhkan waktu dasar 100 tahun. Dari level 95 ke 96 butuh 100 tahun, level 96 ke 97 butuh 100 tahun lagi. Kecuali ada kesempatan khusus, untuk naik ke level 97 setidaknya butuh 200 tahun lebih. Tapi ini bukan yang tersulit. Di benua kalian seharusnya banyak juga ahli jiwa kuat, tapi aku yakin selain Qian Daoliu dan kakekmu, tak ada yang bisa menembus level 97. Itu benar-benar bottleneck. Menurut perhitungan normal, manusia mustahil berlatih sampai level 99. Karena dari level 97 ke 98 butuh 300 tahun penuh, sedangkan level 98 ke 99 membutuhkan 600 tahun latihan tanpa henti. Aku dan Qian Daoliu bisa mencapai kekuatan ini berkat warisan leluhur. Hanya kakekmu yang sama seperti Yang Mulia Dewa Laut dulu, benar-benar mengandalkan kekuatan sendiri untuk mencapai level 99. Meski tak tahu bagaimana dia dan Yang Mulia Dewa Laut melakukannya, kakekmu mencapai level 99 tiga tahun lebih cepat dari usia Yang Mulia Dewa Laut saat itu. Dialah satu-satunya yang punya harapan menjadi dewa dengan kekuatan sendiri."
“Bagi Tang San, semua yang diucapkan Bo Saixi saat ini bisa disebut sebagai rahasia tingkat tinggi. Ia tidak menyela lagi, hanya mendengarkan dengan tenang.”
Bo Saixi melanjutkan: “Dulu, setelah melewati Ujian Level Delapan Top, aku mendapatkan kehormatan dari Yang Mulia Dewa Laut dan diangkat sebagai Imam Besar. Sebagian besar kekuatanku ini dianugerahkan langsung oleh Yang Mulia Dewa Laut, sehingga aku bisa berlatih hingga mencapai level 99 dalam waktu singkat 50 tahun. Situasi Qian Daoliu mirip denganku, hanya saja dia mendapat warisan dari Dewa Malaikat. Bisa dikatakan, kekuatan kami bertiga hampir setara. Tapi di medan yang adil, yang terkuat adalah kakekmu karena kekuatannya murni diraih melalui latihan sendiri. Sayangnya, pertarungan antar kami takkan pernah benar-benar adil. Di lautan, mereka bukan lawanku. Di daratan, kakekmu yang terkuat. Sedangkan di udara, Qian Daoliu memiliki keunggulan.”
“Apakah Anda tahu di mana kakekku sekarang?” Tang San tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
Bo Saixi menghela napas dan menggeleng: “Sejak perpisahan dulu, aku sudah lama tidak melihatnya. Saat berangkat, dia pernah berpesan padaku—jika suatu hari nanti dia bisa mengatasi level 100 dan menjadi dewa sejati, dia akan mencariku lagi.” Saat mengucapkan ini, Tang San jelas melihat semburat pipi kemerahan samar di wajah Bo Saixi.
“Sesepuh, Anda...”
Tatapan Bo Saixi segera berubah jernih, dengan senyum tipis ia berkata, "Kau adalah keturunannya, tak ada salahnya memberitahumu. Dulu, nenek moyangmu telah wafat. Kakekmu dan Qian Daoliu pernah mengejar cintaku. Tapi kutolak mereka. Kuberi tahu: Siapa yang bisa mengatasi level 100 di antara mereka, akan kuterima perasaannya."
Tang San merenung sejenak, "Sesepuh, yang Anda sukai sebenarnya adalah kakek buyut saya, bukan?"
Bo Saixi tertegun, "Bagaimana kamu bisa menebak?"
Tang San menjawab, "Sebelumnya Yang Mulia mengatakan bahwa di antara kalian bertiga, kakek buyut saya adalah yang paling berpeluang melakukan breakthrough ke level 100 menjadi dewa. Ditambah dengan fakta bahwa Yang Mulia dan Qian Daoliu sama-sama mewarisi berkah leluhur, kemungkinan besar warisan inilah yang membuat kalian berdua takkan pernah punya kesempatan untuk menembus level 100. Dengan mengajukan syarat seperti itu, bukankah Yang Mulia secara tidak langsung menolak Qian Daoliu? Jika hanya satu dari dua orang yang ditolak, bisa dipastikan bahwa yang Yang Mulia sukai adalah kakek buyut saya."
Mendengar perkataan Tang San, seluruh tubuh Bo Saixi tampak membeku. Tang San sendiri terbelalak ketika melihat kedua tangan penuh energi magis sang High Priest itu gemetar halus. Dengan kekuatannya yang luar biasa, Bo Saixi sampai kehilangan kendali emosional - jelas ini menunjukkan betapa gejolak hatinya saat itu.
Lama sekali, Bo Saixi baru berbicara lagi, "Tang Chen ah Tang Chen, andai kau memiliki setengah kecerdasan cicitmu, aku takkan harus menjaga kamar kosong sendirian selama puluhan tahun ini. Bahkan Qian Daoliu saat itu memahami bahwa aku sedang menolaknya dan pergi dengan sedih. Namun kakek buyutmu malah mempercayai kata-kataku, meninggalkan pesan 'tidak akan kembali sebelum menjadi dewa', lalu pergi dari sini untuk mencari jalan menjadi dewa."
Bo Saixi tidak menitikkan air mata, tetapi saat ini Tang San bisa merasakan kesedihan mendalam dari suaranya. Penantian ini telah berlangsung beberapa puluh tahun! Douluo Dewa Laut yang luar biasa kuat ini, dalam hal perasaan, bahkan lebih menyedihkan daripada orang tua kandungnya sendiri. Meskipun ibu kandungnya telah berevolusi menjadi Blue Silver Emperor, setidaknya ayah dan ibunya masih bisa bersama dalam cinta sejati. Namun kakek buyutnya bahkan tidak memahami isi hati Bo Saixi. Padahal mereka saling mencintai, tetapi karena sikap angkuh Bo Saixi dan keteguhan kakek buyutnya, mereka tak pernah bersatu.
Ning Rongrong yang berdiri di belakang Tang San dan Xiao Wu yang telah menyatu kembali dengan jiwanya saling bertatapan. Kedua gadis ini menyadari bahwa dibandingkan dengan Bo Saixi, mereka jauh lebih beruntung dalam hal kebahagiaan.
“Sesepuh, kurasa, kakek buyut beliau sebenarnya bukan tidak pintar. Jika kebijaksanaannya kurang, bagaimana mungkin beliau bisa berlatih hingga level 99 dengan kekuatannya sendiri? Mungkin justru karena terlalu fokus pada pelatihan, beliau melewatkan makna dalam perkataanmu. Anda berdua adalah orang yang bangga. Setelah pergi dari sini, mungkin kakek buyut mengerti maksudmu. Tapi karena sudah bersumpah tak akan kembali sebelum jadi dewa, karena kebanggaan diri dan martabat pria, maka...”
Bo Saixi melambaikan tangan, "Tak perlu kau membelanya. Sekarang semua sudah terlambat. Pun jika dia kembali, apa gunanya? Dengan lolosnya dirimu, semua ini sudah kehilangan arti bagiku."
Tang San tertegun, kali ini bahkan dia sendiri tak memahami sepenuhnya makna perkataan Bo Saixi.
Bo Saixi melanjutkan, "Kembali ke topik. Bahkan Yang Mulia Dewa Laut dengan kekuatan sehebat itu membutuhkan seribu tahun untuk mengatasi level 100 menjadi dewa. Tahukah kau mengapa?"
Tang San menggelengkan kepala.
Bo Saixi berkata: "Karena aturan. Yang Mulia Dewa Laut pernah berkata, dunia kita memiliki aturannya sendiri, dan kekuatan Tuan Bergelar level 99 adalah batas atas dari aturan ini. Pada level ini, jangan harap bisa maju sedikit pun. Dan dengan mengatasi level ini, itu sama artinya melampaui aturan, berada di atas aturan, yang disebut sebagai dewa. Itu bukan lagi sesuatu yang bisa dicapai dengan kekuatan pribadi. Yang Mulia Dewa Laut berhasil mengatasinya dengan mengandalkan kekuatan iman dari ribuan Binatang Roh laut dan para Ahli Jiwa laut. Karena itu diperlukan waktu begitu lama. Sebagai pemuja Dewa Laut, dan Qian Daoliu sebagai pemuja Malaikat Bersayap Enam, kami sudah tidak memiliki kualifikasi untuk menerima kekuatan iman, sehingga secara alami tidak mungkin menjadi dewa. Hanya ketika kekuatan iman mencapai tingkat tertentu, barulah ada kemungkinan untuk melampaui aturan. Inilah mengapa kakekmu dikatakan memiliki kesempatan untuk menjadi dewa. Namun sebenarnya, betapa kecilnya kesempatan ini? Tentu, ada jalan lain yang lebih singkat untuk menjadi dewa. Yaitu mendapatkan pengakuan dari dewa leluhur, mewarisi kedewaan yang sudah ada. Dewa tidak akan mati, tapi setelah menjadi dewa, hanya bisa bertahan di dunia ini selama 100 tahun. Setelah 100 tahun, harus pergi dari sini, ke mana tujuannya bukanlah sesuatu yang bisa kuketahui. Sebelum pergi, mereka akan meninggalkan sebagian kesadaran dewa mereka. Karena kedewaan mereka masih ada, masih tersisa di dunia kita. Ketika ada orang yang sepenuhnya mendapatkan pengakuan mereka, melalui cara khusus, akan ada kemungkinan untuk mewarisi kedewaan dan menjadi dewa lagi. Menjadi dewa di level 100 hanya memiliki dua jalan ini. Relatif, jalan kedua jauh lebih mudah. Dan kamu, yang menerima Ujian Dewa Laut Sembilan, adalah orang terpilih, yang dipilih oleh Yang Mulia Dewa Laut. Saat kamu melewati Ujian Dewa Laut Sembilan, itulah saatmu mewarisi takhta Dewa Laut, menjadi Dewa Laut generasi baru, yang akan memimpin ribuan rakyat di lautan."
Di akhir perkataannya, emosi Bo Saixi jelas menunjukkan gejolak semangat, suaranya semakin membahana dan terus bergema di dalam kuil.
Ning Rongrong dan Xiao Wu terdiam terpana, semua yang diungkapkan Bo Saixi sama sekali belum pernah mereka dengar. Xiao Wu bahkan menutup mulutnya dengan gemetar, tak menyangka kekasih hatinya ternyata telah terpilih oleh dewa.
Suara penuh semangat Bo Saixi masih bergaung lama di aula kuil sebelum perlahan menghilang, tubuhnya yang awalnya duduk kini berdiri tegak.
"Tang San, alasanku memberitahumu ini adalah karena engkau telah melewati enam ujian pertama dari Sembilan Ujian Dewa Laut. Ini merupakan ujian dasar dalam rangkaian Ujian Dewa Laut Sembilan. Yang akan kau hadapi selanjutnya adalah ujian sejati dari dewa. Tiga ujian pamungkas ini mungkin jauh lebih sederhana atau justru sulit mencapai langit dibanding enam ujian sebelumnya, tergantung takdirmu. Senjata yang tertancap terbalik di Altar Dewa Laut ini pernah menemani seumur hidup Yang Mulia Dewa Laut, sekaligus wujud terkonsentrasinya sebagian Kekuatan Dewa Laut. Mencabutnya adalah ujian ketujuh. Hanya dengan pengakuannya, engkau benar-benar melangkah ke tahap kritis menjadi Dewa Laut. Petunjukku hanya dua kata: keyakinan. Wasiat Yang Mulia Dewa Laut menyatakan hanya yang terpilih dengan keyakinan teguh yang berkesempatan mencabut trisula Dewa Laut. Berhasil mencabutnya berarti kalian bertiga lolos tujuh ujian. Jika gagal, takdir kalian bahkan di luar kendaliku."
Tanpa perlu penjelasan dari Bo Saixi, Tang San pun mengerti apa arti akhir tersebut. Bo Saixi telah menjelaskan semuanya tentang rahasia Pulau Dewa Laut. Jika lolos ujian ini, yang akan mengetahui rahasia adalah penerus Dewa Laut yang baru dan rekan-rekannya. Jika gagal, tentu orang mati tidak akan membocorkan rahasia.
Mengangkat kepala, pandangan Tang San terkonsentrasi pada tongkat panjang hitam pekat yang berdiri di pusat gravitasi Altar Dewa Laut. Pantas terlihat seperti tongkat, ternyata itu adalah gagang panjang trisula Dewa Laut yang tertancap terbalik.
Bo Saixi kini telah menyingkir ke samping, memandangi Tang San dengan matanya dipenuhi dorongan.
Memusatkan pandangan pada trisula Dewa Laut, Tang San melangkah perlahan ke atas altar. Ning Rongrong dan Xiao Wu mengikuti di sisi kiri-kanannya.
Tidak ada tekanan di sini, tapi langkahnya terasa berat. Pandangannya tak pernah lepas dari trisula Dewa Laut. Gerakannya lambat karena ia sedang memusatkan seluruh kekuatan spiritualnya pada trisula itu.
Melalui indra spiritual, Tang San merasakan trisula Dewa Laut bagaikan logam yang mati - tanpa jejak aura apapun, namun kesan massifnya sangat jelas. Ia menyadari trisula ini tertancap bukan hanya di pusat Altar Dewa Laut dan Kuil Dewa Laut, tapi juga di titik pusat Gunung Dewa Laut. Seolah seluruh gunung ini ada demi menyangganya.
Melangkah ke lantai tiga, akhirnya berhadapan langsung dengan senjata yang ditinggalkan Dewa Laut ini. Bagian gagang trisula laut yang terpapar di luar memiliki panjang sekitar satu zhang (±3,3 meter), sebesar lengan anak-anak, gelap gulita tanpa kilau, hanya terlihat samar pola-pola halus di permukaannya.
"Kalian berhenti." Tang San berkata dengan suara berat.
Xiao Wu dan Ning Rongrong serentak menghentikan langkah. Bersamaan dengan itu, Ning Rongrong melepaskan Hunwu-nya Menara Sembilan Permata, tanpa ragu-ragu memasuki kondisi Bentuk Sembilan Permata Sejati. Enam Kemampuan Spirit peningkatan 80% juga langsung menyinari tubuh Tang San.
Dengan peningkatan dari Ning Rongrong, Tang San seketika merasakan semua atribut kemampuannya melesat naik. Semangat, energi, dan mentalnya mencapai puncak intensitas pada momen ini. Dengan teriakan keras, dia melangkah besar ke depan hingga berada di hadapan Trisula Dewa Laut. Kedua tangannya terangkat, menggenggam erat gagang trisula tersebut.
Sensasi seperti tersengat listrik menyebar ke seluruh tubuhnya. Rasa berat yang sebelumnya hanya terasa imajiner kini benar-benar nyata dalam genggamannya. Pola-pola pada gagang Trisula Dewa Laut seolah menyatu sempurna dengan telapak tangannya. Yang mengejutkan Tang San, gagang itu ternyata terasa hangat, seolah ada Pembuluh Darah yang mengalir di dalamnya.
Hmmm——
Hunwu Blue Silver Emperor dilepaskan, seketika itu Tang San telah menyelesaikan pelepasan Hunwu Zhen Shen. Namun dia tidak melepas wilayah kekuasaan. Ini adalah senjata Dewa Laut, menggunakan bidang kekuasaan apapun untuk menyelimutinya justru mungkin akan memberikan efek sebaliknya. Tapi, bekas trisula emas Dewa Laut di dahinya tiba-tiba bersinar terang. Seberkas Kilauan Dewa Laut yang terkonsentrasi menyinari gagang panjang trisula di hadapannya.
Boom—
Saat Kilauan Dewa Laut menyinari, Tang San tiba-tiba merasakan dua aliran panas membara menyusup ke dalam tubuhnya, dalam sekejap menyapu seluruh tubuh. Trisula Dewa Laut di tangannya seolah gemetar sebentar, emosi antusiasme ekstrim terpancar darinya. Mulai dari tempat Tang San memegang dengan kedua tangannya, warna keemasan mulai menyebar. Pada gagang hitam legam yang semula, pola-pola emas tipis mulai berkembang seiring pancaran aura keemasan.
Aliran udara panas yang masuk ke tubuh Tang San berbalik mengalir keluar. Seketika, Tang San merasa yang dipegangnya bukan lagi gagang logam, melainkan lava. Suhu tinggi membuatnya berteriak, tapi tangannya masih mencengkeram erat gagang itu. Saat ini, Tang San memiliki perasaan: jika dia melepaskannya sekarang, maka selamanya dia tak akan lagi punya hak untuk memegang gagang ini.
Xuantian Shou, tidak dapat digunakan. Suatu aura khusus dari Trisula Dewa Laut merambat ke telapak tangan Tang San, menekan Xuantian Shou-nya yang biasanya selalu berhasil sehingga sama sekali tidak bisa berfungsi. Pola berpijar yang terus menerus datang membuat Tang San gemetar kesakitan. Sehelai demi sehelai darah segar telah merembes dari telapak tangannya, meresap ke dalam pola keemasan pada gagang panjang itu.
Sejak Tang San melalui pelatihan di Mata Air Es dan Api, sudah lama ia tidak merasakan sensasi terbakar. Namun kali ini, ia kembali mengalami perasaan itu. Tubuhnya yang kebal terhadap es dan api ternyata sama sekali tidak efektif ketika menghadapi suhu dari Trisula Dewa Laut.
Mengatupkan gigi, Tang San mengerahkan kekuatan pada kedua lengannya, Soul Power level 84 meledak sepenuhnya, bahkan membuat tulang-tulangnya berderak-derik.
Trisula Dewa Laut bergerak, Tang San jelas-jelas merasakannya bergerak, meski hanya sangat halus, namun benda itu perlahan mulai terangkat ke atas dalam upaya maksimalnya.
Kekuatan spiritual Tang San sepenuhnya menyatu dengan cap trisula di dahinya, berubah menjadi Kilauan Dewa Laut yang disuntikkan ke trisula Dewa Laut di depannya. Ia menyadari semakin banyak Kilauan Dewa Laut yang dimasukkan, trisula itu justru terasa semakin ringan. Saat itulah ia memahami fungsi lain Kilauan Dewa Laut dalam ujian ketujuh ini. Jelas bahwa semakin tinggi Afinitas dengan Dewa Laut yang diraihnya melalui enam ujian sebelumnya, semakin kuat Kilauan Dewa Laut yang dimilikinya - sehingga proses mengangkat trisula menjadi lebih mudah.
Bisakah Tang San mencabut trisula Dewa Laut, lolos Ujian Ketujuh, dan menjadi pemilik trisula? Simak episode selanjutnya, "Trisula Dewa Laut".
