Saat itu, Tang San mengirimkan Lou Gao Pandai Besi Dewa dan sejumlah besar logam berharga ke Sekte Haotian, sambil meninggalkan formula bahan peledak di sana. Dia telah melakukan eksperimen sebelumnya bahwa bahan peledak bisa dibuat sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, Lou Gao tidak hanya membuat Hujan Bunga Prunus, tetapi juga Fo Nu Tang Lian - senjata rahasia terkuat Tang Men. Senjata mengerikan yang diteliti habis-habisan di kehidupan sebelumnya Tang San ini.
Secara relatif, proses pembuatan Fo Nu Tang Lian lebih sulit daripada Hujan Bunga Prunus karena pencampuran bahan peledak dan penempaan tubuh aslinya sangat rumit. Namun, mengingat pengalaman Tang San dalam membuat Fo Nu Tang Lian sebelumnya, gambar teknik yang dia tinggalkan untuk Lou Gao jauh lebih presisi, mencakup setiap detail. Dari perspektif Lou Gao, justru pembuatan Hujan Bunga Prunus lebih menantang.
Setelah 5 tahun berlalu, Tang San tidak bisa memastikan apakah Lou Gao telah berhasil membuat dua senjata rahasia terhebat ini. Tapi dengan bantuan sang Paman, proses penempaan seharusnya tidak ada masalah.
Sekte Haotian terletak 300 li di timur Kota Tian Dou. Dari kejauhan, keluarga Tang San yang berempat telah melihat kepulan asap dapur dari desa kecil di kaki gunung.
Meskipun dulu Tang Hao memberikan peta lokasi ini kepada Tang San, sebenarnya peta tersebut diberikan oleh Bibi Tang Yuehua. Tang Hao sendiri belum pernah ke sini. Melihat desa kecil yang reot di depan matanya, sorot dingin jelas terpancar dari pandangan Tang Hao.
Pada suatu masa, Sekte Haotian masih menjadi sekte terhebat di dunia, namun kini berakhir seperti ini, bahkan harus menggunakan desa pegunungan yang reyok ini sebagai pintu gerbang luar. Sebagai Tuan Bergelar terkuat yang pernah dimiliki Sekte Haotian, perasaan Tang Hao saat ini dapat dibayangkan.
Namun, tinju kirinya yang terkepal erat tiba-tiba dipegang oleh sepasang tangan lembut. Tang Hao menoleh dan melihat istri yang sedang menatapnya dengan penuh kelembutan. A Yin berbisik pelan: "Jangan terlalu banyak dipikirkan. Kalian berdua ayah dan anak sudah kembali, Sekte Haotian pasti akan kembali bersinar."
Melihat sang istri, kekakuan di wajah Tang Hao langsung melembut. Ia menggenggam tangan A Yin balik dan mengangguk. "Tenang, aku baik-baik saja. Hanya saja setelah meninggalkan sekte bertahun-tahun lamanya, akhirnya kembali, hati ini merasa sedikit sendu."
Tang San memandang tubuh ayahnya yang cacat, tak kuasa berkata: "Ayah, jika Sekte Haotian tidak mau menerima kita, setelah mengambil kembali Spirit Bone Ayah, kita pergi saja dari sini."
Ekspresi wajah Tang Hao berubah keras, bertanya dengan suara berat: "Diam! Xiao San, ingat baik-baik. Bagaimanapun sekte memperlakukan kita, kita tetap bagian dari sekte. Hunwu yang kita gunakan adalah Haotian Hammer warisan sekte. Kapan pun, kau tetap anak Sekte Haotian!"
Meski Tang Hao hanya menyisakan satu lengan dan satu kaki, kemarahan yang dipancarkannya tetap penuh kewibawaan.
“Baik.” Tang San segera menyahut, namun dalam hatinya sama sekali tidak memiliki kesan baik terhadap Sekte Haotian. Memandang gunung di belakang desa, dia berpikir dalam hati, jika semuanya berjalan lancar tidak masalah. Tapi jika para tetua sekte berani merugikan ayahnya, jangan salahkan dia yang tidak akan memberi ampun.
Tiba-tiba, Tang San melihat pandangan ibu yang menatapnya. Di mata sang ibu, dia melihat ekspresi dukungan.
Tang Hao memotong kedua anggota tubuhnya sendiri untuk membalas budi sekte. Selama bertahun-tahun, Sekte Haotian bahkan tak pernah memberi dukungan apapun pada Tang Hao. Hal ini membuat A Yin tidak hanya tidak memiliki kesan baik, tapi bahkan menyimpan kebencian kuat terhadap sekte tersebut, sehingga tentu mendukung putranya.
Dengan dukungan sang ibu, hati Tang San langsung merasa lega. Apapun keteguhan ayahnya terhadap sekte, posisi ibu dalam hatinya jelas lebih tinggi. Pada momen krusial, perkataan ibu pasti akan memainkan peran penentu.
Sambil berbicara, mereka telah tiba di pintu masuk desa. Di depan permukiman, beberapa penduduk desa langsung menyadari kehadiran mereka. Meski Tang San pernah datang sebelumnya, desa ini hanya dihuni murid lapisan luar Sekte Haotian yang jarang bertemu dengannya. Melihat empat orang mendekat, segera ada yang menghadang mereka.
“Silakan pergi. Kami tidak menyambut orang asing di sini.” Seorang penduduk desa berkata dingin.
Tang San mengerutkan alisnya sedikit, “Bahkan ucapan mereka sama persis seperti dulu, tidak ada kreativitas sama sekali.” Sambil berkata demikian, dia langsung mengeluarkan Haotian Hammer miliknya.
Cahaya hitam belum muncul, tekanan bagai awan gelap menutupi langit telah meluap dari tangan kiri Tang San. Haotian Hammer sekarang sudah berbeda dengan yang dulu tanpa cincin jiwa. Tubuh palu raksasa terlihat lebih garang daripada trisula Dewa Laut yang hitam legam. Volume kepala palu membesar dua kali lipat dari sebelumnya. Pegangan palu juga memanjang hingga hampir 2 meter. Kini Haotian Hammer tak lagi berbentuk palu tempa biasa, melainkan senjata perang sejati.
Pada tubuh palu hitam mengalir pola emas gelap, terutama wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa yang terukir menambahkan aura cahaya berwarna darah. Karisma yang menyimpan semangat pembunuh dahsyat menyebar bagai wujud nyata.
Satu Merah, dua Hitam, tiga cincin jiwa tersusun rapi di Haotian Hammer. Cahayanya terinternalisasi namun memancarkan tekanan tak kasat mata.
Beberapa warga desa yang menghadang di depan langsung mengubah ekspresi wajah drastis. Mereka mundur terburu-buru hingga ke pintu desa baru bisa berdiri tegak. Memandang Haotian Hammer di tangan Tang San, mereka terpaku tak bisa bicara.
Tang San berkata datar: "Segera laporkan ke sekte. Katakan Tang Hao dan putranya Tang San kembali bersama keluarga."
Para warga desa itu saling berpandangan, lalu bergegas lari ke dalam desa.
Saat itu, Tang Hao tampak tengah memikirkan sesuatu dengan alis yang mengernyit, sementara A Yin berdiri tenang di sampingnya dengan memeluk lengan tunggalnya. Sesekali matanya memandang putranya, dan setiap kali melihat sosok gagah dan tampan itu, senyum kepuasan tak terbendung di wajahnya - dengan putra seperti ini, apa lagi yang bisa diharapkan?
Sekte Haotian selalu menempatkan murid sekte di pos terdepan kecil ini. Para penduduk desa yang terlalu terkejut melihat Haotian Hammer di tangan Tang San bahkan lupa mengantar mereka masuk ke desa. Tak lama kemudian, seorang pria muncul di tengah kerumunan warga.
Pria itu mengenakan jubah abu-abu yang familiar - seorang kenalan. Ketika Tang San pertama kali datang ke Sekte Haotian dulu, dialah yang bersama Tang Long menyambutnya. Tang San masih ingat, murid generasi ketiga yang beberapa tahun lebih tua ini bernama Tang Yu.
Tang Yu menghela napas lega melihat Tang San, "Benar-benar kau! Kukira para Murid Luar hanya membohongiku. Selamat datang kembali, Tang San. Katanya Paman Kedua juga ikut pulang bersamamu?"
Sorot mata Tang San meredup. Tang Yu jelas-jelas telah melihat ayahnya, namun tak mengenali sang ayah yang kini cacat tubuh. Hal ini semakin menambah kepahitannya pada Sekte Haotian. Dengan suara berat ia berkata, "Ayahku ada di sini."
Sebagai murid Sekte Haotian, Tang Yu yang juga bukan orang biasa segera merasakan perubahan dalam sorotan mata Tang San. Pandangannya beralih ke tubuh Tang Hao. Meski berusaha menekan emosinya, saat melihat lengan dan kaki tunggal Tang Hao, dia tak bisa menahan ekspresi terkejut. Namun dengan cepat menyadari situasi, dia maju dua langkah sambil membungkuk memberi hormat: "Hamba Tang Yu memberi salam kepada Paman Kedua."
Sebenarnya Tang Hao bukanlah anak kedua di antara murid generasi kedua Sekte Haotian. Hanya karena dia dan Tang Xiao adalah putra sulung Pemimpin Sekte generasi sebelumnya, maka murid generasi ketiga memanggilnya "Paman Kedua".
Tang Hao melambaikan tangan: "Tak perlu formal. Sebagai penjahat sekte, sejak 20 tahun yang lalu aku sudah bukan bagian dari Sekte Haotian."
Tang San bertanya dengan suara berat: "Kakak Tang Yu, mohon antarkan kami ke sekte."
Mendengar ini, Tang Yu menunjukkan wajah kesulitan sambil tersenyum getir: "Saudaraku, kau masuk sekte tentu tak masalah. Tapi kau tahu sendiri, sekte kita sedang menutup diri dan tak menerima orang luar. Lagipula status Paman Kedua sekarang sensitif. Janganlah mempersulitku."
Tang San marah: "Apa maksudmu orang luar? Ayahku adalah putra Pemimpin Sekte generasi lalu, bergelar Haotian! Ini ibuku dan istriku, mana ada orang luar?"
"Ini..." Tang Yu tersipu: "Tang San, aku benar-benar tak berwenang memutuskan. Bagaimana kalau kau ikutku dulu ke sekte untuk menjelaskan situasi kepada Pemimpin Sekte dan para tetua? Setelah itu baru mengundang Paman Kedua dan keluarga untuk naik ke gunung?"
Tang San hatinya bergetar, pandangannya menatap ibu, ekspresinya tiba-tiba menjadi tenang. Ia mengangguk pada Tang Yu, "Baiklah kalau begitu. Mari kita pergi sekarang."
Sambil berkata demikian, ia menghampiri ayah, "Ayah, jangan kita persulit dia. Dia memang tak bisa memutuskan. Aku akan ikut dia naik ke gunung dulu. Nanti turun lagi untuk menjemput kalian. Xiao Wu, tunggulah di sini juga."
Xiao Wu mengangguk patuh. Tang San berbalik hendak pergi. Persis saat ia berpaling, bahunya tiba-tiba dicengkeram oleh tangan besar yang kuat.
Tang San menoleh kembali. Ayahnya sedang menatapnya dengan tatapan membara. Saat pandangan ayah dan anak bertemu, dalam sekejap Tang San tahu ayah telah memahami maksudnya. Dalam hati ia berdecak kagum, benar kata pepatah: Tak ada yang lebih mengenal anak daripada ayahnya! Meski sudah berusaha menyembunyikan, tetap terlihat oleh ayah.
Tang Hao menatap dalam-dalam ke arah Tang San, "Xiao San, perhatikan batas. Pergilah. Kami akan menunggumu di sini."
Di mata Tang San muncul kilatan keheranan. Meski ayahnya memberi peringatan, namun nada bicaranya jelas mengandung makna khusus - tidak sepenuhnya menentang. Dari sini terlihat, ayah sebenarnya juga menyimpan ketidakpuasan terhadap sekte. Tentu ini juga karena ayah masih terikat pada sekte, ingin cepat-cepat kembali untuk sembahyang pada kakek.
Tang San mengangguk pada ayahnya, baru kemudian berpaling dan mengikuti Tang Yu pergi.
Melewati desa, tiba di depan dinding batu curam, Tang Yu memanggil Tang San lalu melayang ke udara, menggunakan lekukan di dinding batu setiap 10 meter sebagai pijakan, mendaki ke puncak gunung.
Tang San tersenyum tipis. Kali ini, ia tak lagi bergerak mengikuti aturan seperti kunjungan sebelumnya. Tubuhnya bergoyang halus lalu melayang, kilatan cahaya berkelebat, dan seketika ia sudah berada di puncak. Dengan kultivasi mencapai level 90 dan breakthrough ke tingkatan Tuan Bergelar, efek skill Spirit Bone 100.000 tahun di tubuhnya bisa sepenuhnya termanifestasi. Kemampuan terbang dari Tulang Kaki Kanan Blue Silver Emperor telah menyatu dengan tubuhnya, dikendalikan oleh pikiran, bahkan lebih cepat dari burung bersayap.
Saat Tang Yu selesai mendaki ke puncak, ia sudah melihat Tang San berdiri menunggu. Refleks ia menggosok matanya, sama sekali tak menyadari bagaimana Tang San bisa sampai duluan.
"Ayo percepat langkah agar Ayah tidak menunggu lama." Tang San mengangguk ke Tang Yu, mengulurkan tangan untuk menangkap bahunya.
Sebagai anggota garis keturunan langsung Sekte Haotian, Tang Yu jelas memiliki kekuatan mumpuni. Secara refleks tubuhnya menyusut ke belakang mencoba menghindar. Tapi telapak tangan Tang San seolah memiliki daya hisap aneh. Tang Yu hanya merasakan bahunya kebas, Soul Power yang terkonsentrasi alami dalam tubuhnya tiba-tiba terkunci. Sejenak kemudian, ia sudah terbang dalam teriakan keterkejutan bagai melayang di atas awan.
Tang San benar-benar membawanya terbang. Tang Yu hanya merasakan angin gunung yang dingin dan kencang terus menerus menyapu tubuhnya, telinganya mendengar siulan tajam yang berlapis-lapis. Namun anehnya, ia sama sekali tidak merasakan tubuhnya diterpa angin dingin, malah terasa hangat seperti terendam dalam air suam, nyaman yang tak terkira.
Sebelum Tang Yu sempat menikmati perasaan ini terlalu lama, tiba-tiba kakinya merasakan guncangan. Kini ia telah berpijak di tanah, kemampuan kendali tubuhnya juga pulih seketika.
Tang San melepaskan genggaman tangan kirinya di bahu Tang Yu, tersenyum ringan sambil berkata, "Maaf jika ada yang tak berkenan, ini cara tercepat."
Barulah Tang Yu menyadari bahwa dirinya telah kembali ke puncak utama Sekte Haotian. Semua ini hanya terjadi dalam hitungan beberapa tarikan napas!
Tang Yu menggelengkan kepala pasrah, pandangannya terhadap Tang San berubah drastis. "Tang San, kepulanganmu kali ini terasa lebih menakutkan dibanding sebelumnya. Tapi kurasa kau datang dengan niat buruk! Jangan tunjukkan emosi seperti ini di depan para tetua. Temperamen para tetua tidaklah baik."
Tang San tersenyum dingin, "Terima kasih atas peringatannya, aku akan berhati-hati." Dalam hati ia bergumam: Apakah ekspresiku terlalu jelas? Bahkan Tang Yu bisa melihat niatku? Tapi baik atau buruknya, semua tergantung pada keputusan sekte.
Tang Yu melirik trisula Dewa Laut kuno di tangan kanan Tang San, "Ayo. Mari kita mendekat."
Bangunan batu kokoh seperti benteng kembali muncul di hadapan Tang San. Melihat pemandangan ini, Tang San tak bisa menahan diri untuk menarik napas dalam-dalam. Kali ini dia kembali dengan banyak agenda. Dengan susah payah menekan emosi kesal dalam hatinya, dia berusaha mempertahankan pola pikir yang tenang. Tentu saja dia juga berharap semua bisa diselesaikan secara damai. Dengan begitu, ayahnya akan lebih mudah diterima kembali oleh sekte. Bagaimanapun, perasaan ayahnya terhadap sekte tetap begitu mendalam.
Dua pemuda yang berjaga di gerbang langsung menunjukkan ekspresi takjub saat melihat Tang San. Mereka semua pernah menyaksikan kehebatan Tang San di Sekte Haotian dulu, ketika dia mengalahkan Tujuh Tetua yang hanya menggunakan Empat puluh persen Soul Power. Pertarungan itu meninggalkan kesan mendalam bagi para murid muda. Meski Tang Long dan Tang Hu selalu menjadi yang terdepan di antara murid generasi ketiga, di kalangan murid generasi ketiga dan keempat, Tang San diakui sebagai yang terbaik di generasinya.
Karena itu, mereka sama sekali tidak berniat menghalangi Tang San. Dengan tatapan penuh kekaguman, mereka minggir memberi jalan.
Saat masuk ke kompleks sekte, Tang Yu berkata: "Aku akan mengantarmu ke ruang tamu dulu. Setelah itu segera akan kusampaikan kabar pada Pemimpin Sekte."
Tang San mengangguk: "Baik. Aku merepotkanmu."
Tang Yu terkekeh: "Kita saudara sekte, ngapain sungkan. Kami semua sangat mengagumi kekuatanmu! Kalau ada kesempatan, ajarilah aku."
Tang San tersenyum tanpa bicara. Tang Yu membawanya ke ruang tamu dan segera pergi untuk melapor.
Ruang tamu sangat luas, cukup untuk menampung lima puluh orang berdiskusi. Saat ini, pikiran Tang San larut dalam konflik antara ayahnya dengan sekte.
Peristiwa tahun itu memang membawa malapetaka bagi sekte karena ayahnya. Tapi ini tergantung sudut pandang. Apakah ayah salah? Melindungi istri sendiri, apa salahnya? Kuil Wuhun yang ingin melampiaskan kemarahan ke Sekte Haotian. Dulu Tang San pernah mengira ayahnyalah penyebab bencana, dan menganggap ayah harus bertanggung jawab. Tapi setelah bertahun-tahun melalui berbagai peristiwa dan kontak dengan Kuil Wuhun, dia kini paham: bahkan tanpa kejadian itu pun, Kuil Wuhun takkan membiarkan Sekte Haotian.
Saat itu, sekte memilih mundur alih-alih melawan. Memang kekuatan Kuil Wuhun sangat besar, tapi menurut empat kepala klan dari Empat Klan Subordinat Utama, Sekte Haotian saat itu sedang di puncak kejayaan! Jika bisa bersatu dengan Keluarga Blue Lightning Tyrant Dragon dan Sekte Qibao Glazed, mungkin Kuil Wuhun takkan berani menyerang. Sekalipun perang benar terjadi, hasilnya takkan lebih buruk dari sekarang.
Tiga Sekte Teratas dari Tujuh Sekte Besar kini berakhir: satu hancur, satu cacat, satu mengundurkan diri. Sekte Haotian benar-benar paling bertanggung jawab. Sebagai sekte terhebat di dunia, mereka justru mundur tiga langkah hanya untuk kepentingan sendiri, membuat Kuil Wuhun semakin merajalela. Hingga kini Kekaisaran Wuhun bisa berdiri angkuh menantang Kerajaan Tian Dou dan Xing Luo.
Dari sudut-sudut ini, apa kesalahan Ayah saat itu? Sekte tidak hanya memutuskan hubungan dengan Ayah, tapi juga mengakhiri dengan mundur. Para tetua bahkan menyalahkan Ayah. Benarkah ini salah Ayah? Dua puluh lima tahun telah berlalu, Ayah terus hidup dalam depresi. Pada akhirnya bahkan melukai dirinya sendiri untuk membalas budi pelatihan sekte.
Memikirkan ini, Tang San tak bisa menahan kepalan tangannya. Ayah tidak bersalah, yang salah adalah sekte. Dorongan ini tak terbendung menyebar di pikirannya.
Saat dia merenung, tiba-tiba suara terkejut terdengar, "Kau, kau kembali?"
Tang San menoleh dan melihat wajah familiar - salah satu yang terbaik di antara murid generasi ketiga, Tang Hu yang bersaing dengan Tang Long untuk posisi Kepala Generasi Ketiga. Dia berdiri di pintu mengamatinya.
Setelah bertahun-tahun tak bertemu, jejak aura Tang Hu terasa lebih tenang, bagaikan harimau yang menyimpan semangat. Setiap gerak-geriknya menunjukkan ketenangan. Kilatan kejutan di matanya hanya sesaat, namun di kedalaman pandangannya tersirat permusuhan yang jelas.
Tang San masih ingat putrinya yang manis bernama Tian Tian. Setahun-tahun ini berlalu, nak 13 atau 14 tahun itu pasti sudah tumbuh menjadi gadis dewasa.
"Halo, Kakak Tang Hu." Tang San berdiri, tak melupakan tata krama - prinsip bakti dan persaudaraan sangat dihargainya.
Tang Hu masuk ke ruang tamu, bertanya, "Kapan kau kembali?"
Tang San menjawab, "Baru saja tiba."
Tang Hu menganggukkan kepala, berkata: "Ada kesempatan, kita bisa berdiskusi."
Tang San juga tidak sungkan, "Baik, kapan saja siap menunggu."
Tang Hu tak berbicara lagi. Saat hendak keluar ruang tamu, tiba-tiba terdengar derap langkah dari luar. Didampingi Tang Yu dan Tang Long, Pemimpin Sekte Haotian generasi kini Tang Xiao masuk. Melihat Tang Hu juga ada di situ, Tang Xiao terkejut, tapi tak sempat menanggapi.
"Xiao San, akhirnya kau kembali."
Tang San segera maju beberapa langkah dan berlutut satu kaki, "Paman. Membuatmu khawatir."
Tang Xiao menarik lengannya menyuruhnya berdiri, "Keluarga sendiri, tak perlu banyak tata krama. Kau baru kembali dari Pulau Dewa Laut?"
Mendengar tiga kata "Pulau Dewa Laut", baik Tang Long maupun Tang Hu, mata keduanya memancarkan kilatan tajam. Dua saudara ini saling pandang, pandangan mereka bertubrukan tanpa kompromi. Jelas persaingan mereka masih berlanjut selama ini.
Tang San tak perlu menyembunyikan apapun dari Tang Xiao. Dahulu Tang Xiao-lah yang mengarahkannya ke Pulau Dewa Laut, "Benar, aku baru kembali dari sana. Paman, mengapa Bapak sendiri datang? Cukup panggil saja."
Tang Xiao tertawa lebar, "Ini karena gembira kau pulang. Kembali sudah baik, kembali sudah baik."
Tang San bertanya, "Paman, tujuan kepulanganku kali ini adalah untuk sembahyang pada kakek. Ayahku... dia juga datang."
Ekspresi Tang Xiao yang semula tersenyum, langsung membeku saat mendengar perkataan Tang San. Ia meraih bahu Tang San, "Apa katamu? Adik Hao juga sudah kembali?"
Ekspresi Tang Xiao berubah drastis penuh gejolak semangat. Lingkaran matanya seketika memerah, emosinya sangat tidak stabil saat menatap Tang San.
Tang San menjawab, "Benar, Paman. Ayah kali ini pulang bersama saya ke sekte, berharap bisa diakui leluhur dan bersembahyang untuk kakek."
Tang Xiao menarik napas dalam, berusaha menekan gejolak hatinya, "Xiao San, masih ingat syarat yang diajukan para tetua dulu?"
Tang San mengangguk, "Tentu. Tiga hal: Pertama, berlatih hingga level 80 dengan kekuatan level Roh Dou Luo. Kedua, memperoleh Cincin Jiwa 100.000 Tahun. Ketiga, membunuh seorang Tuan Bergelar dari Kuil Wuhun."
Tang Xiao bertanya, "Kalau begitu, kamu sudah..."
Tang San mengangguk lagi, "Benar, Paman. Ayah masih menunggu di luar gunung. Bisakah Paman segera mengumpulkan para tetua? Seperti yang Paman tahu, Ayah telah memotong kedua lengannya sendiri. Saya tidak ingin beliau menunggu terlalu lama."
Serangkaian kabar dari Tang San membuat Tang Xiao terdiam terpana. Tang Long, Tang Hu, dan Tang Yu di sampingnya memandangi Tang San dengan takjub. Dari perkataannya, jelas Tang San sudah memiliki kekuatan level Roh Dou Luo. Usianya baru berapa? 25 atau 26? Sudah menjadi Roh Dou Luo? Bagaimana mungkin?!
Tang Xiao memandangi Tang San dari atas ke bawah, ia terkejut menemukan bahwa dirinya mulai tidak bisa menembus keponakannya ini. Bertanya dengan suara berat: "Xiao San, masalah ini bukan main-main. Kau juga tahu, betapa besar pengaruh tindakan ayahmu dulu terhadap sekte. Kesalahan fatalnya, kepulangannya ke sekte bukanlah hal sepele! Waktu tahun belum genap, apa kau yakin telah memenuhi tiga persyaratan itu? Bagaimana jika aku ikut menemui ayahmu dulu?"
Tang San mengerutkan alisnya sedikit, "Paman, benarkah ayahku yang bersalah saat itu? Bahkan tanpa kejadian itu, apakah Kuil Wuhun akan membiarkan Sekte Haotian kami?"
Tang Xiao tertegun, amarah menyala di matanya, "Xiao San, apa kau sadar ucapanmu? Meskipun ayahmu adalah adik kandungku, aku tidak bisa memihaknya. Jika bukan karena dia membunuh Paus generasi sebelumnya Kuil Wuhun waktu itu, mungkinkah mereka akan menyerang kita? Masalah ini sudah putus final. Perintah pengusiran ayahmu datang langsung dari kakekmu. Ini masalah sangat sensitif. Sebagai murid generasi ketiga, jika kau berani bicara seperti ini di depan para tetua, mungkin bahkan kau sendiri..."
Tang San menarik napas dalam-dalam, menatap Tang Xiao: "Maafkan aku, Paman, aku terlalu emosional. Tapi terkait tiga syarat yang ditetapkan para tetua dulu, aku benar-benar telah memenuhi semuanya. Tolong kumpulkan para tetua. Mereka pernah berjanji, jika aku bisa memenuhi tiga syarat dalam 10 tahun, selain mengizinkanku bersembahyang untuk kakek, ayahku juga diizinkan pulang untuk bersembahyang."
Dengan kekuatan spiritual pada tingkat Hao Han, kemampuan Tang San di tingkat spiritual bahkan melampaui pamannya yang Soul Power-nya mungkin telah mencapai level 97. Ia bisa merasakan gejolak emosi tulus yang terpancar dari paman saat ini.
Dahulu, Tang San pernah mencurigai pamannya. Bagaimanapun, pengusiran ayahnya dari sekte justru menguntungkan paman. Ditambah paman pernah menyukai ibu, memungkinkan adanya dendam akibat cinta yang tak tersampaikan. Meski telah mengajarinya Sembilan Jurus Haotian, Tang San tetap waspada terhadap Tang Xiao. Namun setelah kembali kali ini, persepsinya berubah. Emosi bisa dipalsukan, kekuatan bisa disembunyikan, sikap bisa dikontrol. Tapi gelombang spiritual tak bisa direkayasa. Walau tak bisa membaca pikiran Tang Xiao, saat berbicara - terutama saat mendengar kabar kepulangan ayah - getaran spiritualnya menyatu sempurna dengan emosi yang autentik. Perasaan pilu yang dipadu ikatan keluarga. Keinginannya bertemu ayah namun khawatir ayah akan dihakimi para tetua dan murid sekte, semua terbaca oleh Tang San. Karena alasan inilah kecurigaannya terhadap Tang Xiao sirna. Masalah ayah harus dijelaskan di hadapan para tetua sekte.
Tang Xiao merenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk perlahan, "Kalau begitu, baiklah. Tang Long."
"Ada." Tang Long segera menjawab dengan hormat.
Tang Xiao berkata, “Sampaikan perintah Pemimpin Sekte, kumpulkan lima penatua di ruang tamu untuk musyawarah.”
“Baik.” Tang Long menjawab cepat lalu berbalik pergi. Sebelum pergi, ia sengaja melirik Tang San dengan pandangan penuh kekaguman. Meski belum sempat berbicara, Tang Long sangat terkejut mengetahui Tang San telah mencapai level 80. Namun ia yakin Tang San takkan mengada-ngada soal ini.
Tak lama, lima sosok tua berjalan berurutan masuk. Mereka adalah lima penatua yang pernah ditemui Tang San. Penatua Kedua di depan, Tujuh Tetua di belakang. Saat melihat Tang San, ekspresi terkejut serentak muncul. Mereka saling pandang, jelas telah menduga pertemuan ini pasti terkait Tang San.
Empat penatua depan duduk di kursi barisan depan ruang tamu. Sementara Tujuh Tetua yang pernah bertarung dengan Tang San langsung menghampirinya, memandanginya dari ujung kepala ke kaki. “Bocah ini kembali. Gimana? Tiga syarat itu sulit ‘kan? Waktumu tinggal sedikit, harus giat. Jangan mempermalukan Sekte Haotian.”
Tiba-tiba Tang San mengucapkan kalimat luar biasa dahsyat yang membekukan ekspresi semua petinggi Sekte Haotian, termasuk Tang Xiao.
“Sekte Haotian, masih punya muka?”
“Kau bilang apa?!” Tujuh Tetua yang paling dekat langsung murka, tangannya menyambar ke arah wajah Tang San.
Trisula Dewa Laut di tangan kanan Tang San bergerak perlahan, tepat menghalau telapak tangan Tetua Ketujuh saat menyambar. Suara "Braak" terdengar, Tang San tetap tak bergerak. Telapak tangan tetua itu membentur batang trisula, terpental akibat getaran balik. Untungnya ia tak mengerahkan tenaga penuh, namun tetap harus mundur beberapa langkah untuk menstabilkan tubuhnya.
"Xiao San, omong kosong apa kau ucapkan?" Tang Xiao hampir seketika muncul di hadapan Tang San. Meski terlihat menegur, sesungguhnya tubuhnya sengaja menghalangi antara Tang San dan Tetua Ketujuh.
Empat tetua lainnya kini telah memandang ke arah mereka. Dipimpin oleh Penatua Kedua, mereka memandangnya dengan penuh kemarahan.
Ekspresi wajah Tang San tetap tenang. Dengan nada datar ia berkata, "Ini bukan omong kosong. Di dunia luar para Ahli Jiwa, berapa banyak yang masih mengenal Sekte Haotian kita? Saat menyebut Haotianzong, bagaimana penilaian mereka? Hanya empat kata: kura-kura pengecut. Masih adakah kehormatan tersisa untuk Sekte Haotian?"
"Cukup!" bentak Tang Xiao sambil melemparkan tamparan ke wajah Tang San. Kali ini, Tang San tak menghindar maupun melawan, menerima pukulan itu bulat-bulat.
Namun tamparan itu hanya membuat kepalanya miring. Berkat bobot dahsyat trisula Dewa Laut, tubuhnya tak terhempas. Padahal, meski terlihat murka, Tang Xiao hanya menggunakan sepuluh persen kekuatannya.
"Sehelai urat darah merah mengalir dari sudut mulut Tang San. Tang San tidak menghapusnya, malah mengangkat tangan kirinya sambil mengacungkan tiga jari,"Hari ini, aku datang ke sini untuk tiga hal. Pertama, membuktikan kepada para tetua bahwa aku telah memenuhi tiga syarat yang kalian ajukan dulu. Kedua, berziarah ke makam kakek bersama ayahku. Ketiga, dan yang paling penting, aku ingin membuktikan kesalahan ayahku. Peristiwa waktu itu bukan kesalahan ayahku. Sekaligus, aku akan mengambil kembali dua Spirit Bone yang menjadi hak ayahku."
"Kurang ajar!" Wajah ramah Penatua Kedua berubah. Aura tajam dan berwibawa tiba-tiba menyembur dari tubuhnya, mencoba mengintimidasi Tang San. Namun yang mengejutkannya, Tang San sama sekali tidak terpengaruh oleh tekanan itu, tetap berdiri tegak.
"Tang San, kau pikir ini tempat apa? Berani-beraninya kau bicara seperti itu pada kami? Lao Qi, tangkap dia. Pemimpin Sekte, Anda menyaksikan sendiri kelakuannya. Aku akan menuduhnya melanggar etika menghormati senior."
Teriakan Tujuh Tetua menggema. Cahaya hitam berkilat, Haotian Hammer tiba-tiba muncul siap menyerang. Tang Xiao segera menghalangi, berteriak,"Tunggu dulu!"
Namun Tang San seolah tidak menghargai. Senyum dingin mengembang di bibirnya,"Mau bertarung? Lebih baik di luar." Sambil berkata demikian, ia menapakkan ujung kaki dan melompat mundur sambil memegang trisula emas, keluar dari ruang tamu.
Tang Xiao semakin cemas, "Xiao San, kau..." Ucapannya belum selesai, Tetua Ketujuh di belakangnya sudah mengejar keluar. Dengan terpaksa, Tang Xiao pun ikut keluar. Empat tetua lainnya matanya berkilat kemarahan, melangkah besar-besaran mengikuti dari belakang.
Setelah keluar dari ruang tamu, Tang San hanya perlu beberapa lompatan sudah keluar dari kompleks sekte, tiba di dataran puncak gunung di luar gerbang utama. Kecepatan Tetua Ketujuh sangat dahsyat, dalam sekejap sudah menyusul.
"Bocah, kau hari ini minum obat yang salah?" Tetua Ketujuh menggeram penuh murka.
Tang San masih punya sedikit simpati pada tetua berkarakter jujur ini. Tapi hari ini dia harus membela nama baik ayahnya, tentu takkan mundur. Suaranya berat: "Tetua Ketujuh, hamba menghormati Yang Mulia sebagai tetua. Jika Yang Mulia bersikeras bertarung, jangan salahkan hamba jika tak bisa menghormati."
Tetua Ketujuh tertawa getir karena marah, "Bagus, kelihatannya sayapmu sudah kuat. Akan kulihat bagaimana kau tak menghormatiku."
Dulu kekalahannya dari Tang San meski hanya menggunakan empat puluh persen Soul Power, tetap membuatnya tak puas. Saat itu Tang San baru berstatus Roh Wang. Tamparan sebelumnya pada trisula Dewa Laut membuat telapak tangannya masih terasa nyeri akibat getaran balik. Membara dalam kemarahan, tak ada lagi niatan menahan diri. Haotian Hammer di tangannya mengerahkan semangat dahsyat, menghujam langsung ke kepala Tang San.
Tang San tak melepaskan Hunwu-nya. Menghadapi Haotian Hammer Tetua Ketujuh, dia mundur setengah langkah. Kedua tangan memegang trisula Dewa Laut, mengangkat batang trisula untuk menahan serangan. Berteriak kencang, "Buka!"
Tepat ketika palu dan trisula bertabrakan, Dou Luo yang Menggelegar Tang Xiao bersama empat tetua lainnya baru saja menyusul keluar. Menyaksikan tetua ketujuh yang bersinar dengan sembilan cincin jiwa mengayunkan Haotian Hammer bagai tekanan Gunung Tai ke arah Tang San yang tidak melepaskan Hunwu, Tang Xiao nyaris pingsan. Namun saat ini, bahkan jika ingin menolong pun sudah terlambat. Dengan mata tertutup penuh kesedihan. Menghadapi serangan Tuan Bergelar Dou Luo tanpa melepas Hunwu, Tang Xiao tak bisa membayangkan hasil lain bagi Tang San.
Boom—
Gema yang memekakkan telinga bergema di antara pegunungan. Teriakan keterkejutan terdengar dari belakang Tang Xiao. Secara refleks ia membuka mata, dan seketika terpaku melihat pemandangan di hadapannya.
