Meskipun sebelumnya Tang San telah bertempur sengit dengan Qian Renxue, ini adalah pertama kalinya dia merasakan krisis kematian. Indra Ahli Jiwa memang lebih sensitif daripada orang biasa, apalagi petarung sekuat Tang San. Trisula Dewa Laut di tangannya bahkan gemetar akibat ancaman yang datang dari belakang, menunjukkan betapa dahsyatnya serangan yang mendekat ini.
Jarak 3.000 meter yang tercipta terlampaui dalam sekejap. Tang San tiba-tiba merasa segala sesuatu di sekelilingnya berubah menjadi keemasan kemerahan, seolah seluruh Bumi tiba-tiba terbakar.
Padahal ini terjadi di kedalaman 1.500 meter bawah tanah! Getaran jiwa Tang San tak terkira, untuk pertama kalinya dia menyadari betapa mengerikannya kekuatan tingkat dewa.
Seluruh tubuhnya segera meringkuk sambil mengkonsentrasikan energi dahsyat dari delapan cincin Blue Silver Emperor yang meledak ke dalam tubuh. Sesaat kemudian, Tang San merasakan panas menyala datang dari segala arah, suhu yang mengerikan itu membuat tubuhnya seolah akan meleleh.
Soul Power dalam tubuh mendidih, energi yang diperoleh dari Ledakan Cincin Jiwa juga sepenuhnya menguap dan menyatu dengan energi diri. Meledakkan delapan Cincin Jiwa sekaligus merupakan tindakan darurat Tang San, namun tak diragukan lagi dalam situasi ini ia telah mencapai puncak intensitas yang mampu dicapainya.
Seluruh energi itu mengalir deras ke dalam trisula Dewa Laut. Senjata hitam legam ini menunjukkan kekuatan mengerikan sebagai Senjata Dewa, seluruh tubuhnya diselimuti warna Biru-Emas. Sinar biru menyala meledak dari Hati Dewa Laut di bagian tengah bilah trisula. Han Hai Kuang Tao yang dilepas Tang San menyatu sempurna, kilauan biru berpusar di sekujur tubuhnya, secara paksa mengisolasi kekuatan api matahari yang mengerikan di sekelilingnya.
Meskipun gelombang biru terus menguap, trisula Dewa Laut terus memancarkan kekuatan baru. Sebesar apapun amukan api matahari, tak sanggup menembus pertahanan tubuh Tang San sedikitpun.
Namun tepat saat itu, tanah di depan Tang San tiba-tiba terbelah. Ia merasakan kekosongan di bawah tubuhnya saat batuan dan tanah di sekitarnya lenyap. Sebuah lubang raksasa muncul di kedalaman 1500 meter bawah tanah.
Tidak diragukan lagi, semua ini terbentuk karena api marah sang surya. Meskipun kekosongan ini hanya bertahan sesaat, Tang San berhasil melihat Qian Renxue yang mengenakan baju zirah dewa malaikat. Seperti meteor keemasan kemerahan dengan bayangan samar-samar, dalam sekejap sudah melesat ke hadapannya. Pedang Suci Malaikat di tangannya mengarah ke depan, api surya ditambah kekuatan dewa malaikatnya membuat dirinya sendiri berubah bagai pedang dewa yang tajam.
Tidak ada pilihan lain. Kecepatan Qian Renxue terlalu dahsyat. Yang bisa dilakukan Tang San adalah mengandalkan insting murni, menangkis dengan trisula Dewa Laut di depan badan sembari melepas skill kontrol gaya gravitasi pada badan trisula. Berat trisula Dewa Laut langsung berubah menjadi 1.080.000 jin, membawa tubuhnya menyelam ke bawah sambil menghadapi serangan maut pedang Qian Renxue.
Ding——
Pedang Suci Malaikat menghujam dari langit, tepat menebas ujung bilah utama trisula Dewa Laut. Seluruh tubuh Tang San gemetar hebat seperti tersengat listrik. Seketika, energi campuran cahaya biru dan merah meledak bagai gunung berapi.
Bumi yang tadinya terkoyak lubang besar kini dihujani tanah dan batu yang berjatuhan. Namun persis di saat itu, energi benturan dua senjata dewa itu akhirnya meledak.
Semua batu dan tanah yang jatuh langsung lenyap dalam ledakan cahaya merah-biru, sama sekali tidak bisa mendekati Tang San dan Qian Renxue.
Pedang Suci Malaikat yang menyala-nyala berada tepat di atas kepala Tang San dengan jarak kurang dari 30 cm. Hanya berkat Trisula Dewa Laut lah dia bisa menahannya. Kembali Tang San melihat Qian Renxue dari jarak dekat. Mata merahnya dipenuhi niat membunuh yang tajam. Panas mengerikan dari Marah Sungguhan Matahari terus menyedot energi pelindung tubuh Tang San.
Tubuh mereka terus jatuh hingga ke dasar lubang, kedua kaki Tang San langsung menancap ke dalam batu keras.
Pedang Suci Malaikat perlahan-lahan menekan ke bawah, bahkan Trisula Dewa Laut seberat 1.080.000 jin milik Tang San pun tak mampu menahan ledakan kekuatannya saat ini. Dia hanya bisa menyaksikan pedang suci yang berapi itu semakin mendekat.
Saat ini, pikiran Tang San sudah benar-benar kosong. Energi dari Ledakan Cincin memang membantunya menahan ledakan kekuatan Qian Renxue sebelumnya, namun energi itu terkonsumsi dengan cepat. Di bawah tekanan yang tak terkira, Tang San merasakan dengan jelas tubuhnya telah sepenuhnya terkunci oleh kekuatan tingkat dewa Qian Renxue. Tak ada lagi kesempatan untuk melarikan diri.
Tiga kali menghadapi Qian Renxue, tiga pertempuran besar. Tang San selalu menggunakan segala keunggulan dengan cermat untuk menahan lawan. Namun kini, semua senjata rahasianya telah habis. Menghadapi lawan bersenjata suci lengkap, bahkan dengan Soul Power yang telah dua kali lipat pun tak berguna. Dia hanya bisa pasrah melihat Pedang Suci Malaikat itu terus menekan ke arah kepalanya.
Apakah ini akhir? Seluruh potensi tersembunyi Tang San telah meledak, tapi tetap tak mampu menahan tekanan Pedang Suci Malaikat. Dia tahu persis, saat kekuatan ledakan Cincin Jiwa yang disuntikkannya ke Trisula Dewa Laut menghilang, pertempuran ini benar-benar berakhir. Di hadapan Pedang Suci Malaikat yang menyatu dengan api sejati matahari ini, mungkin bahkan tulang-belulangnya tak akan tersisa.
"Yang Mulia Dewa Laut, hamba mengecewakanmu. Xiao Wu... aku tak bisa lagi bersamamu."
Tidak disadari, saat ini hati Qian Renxue juga menghadapi siksaan hebat. Pedang Suci Malaikat di tangannya perlahan menekan ke bawah, menyaksikan Tang San hampir kehilangan nyawa di tangannya. Namun sekarang, tak ada sedikitpun kegembiraan atau kepuasan dalam hatinya. Merasakan trisula Dewa Laut yang daya tahannya semakin melemah, menyaksikan kilau keputusasaan dan ketidakrelaan di mata Tang San. Bagian terdalam jiwanya tersiksa oleh tusukan pedih yang tak terbendung. Tanpa terkendali, bayangan Tang San yang elegan saat dia mengatasi ujian terakhir Warisan Malaikat, serta penggabungan hampir gila mereka, terus bermunculan dalam pikirannya. Hingga energi yang dilepaskan Pedang Suci Malaikat di tangannya pun semakin melemah.
Rasionalitas memberitahu Qian Renxue: penilaiannya benar. Setelah mewarisi Kedewaan Malaikat, Tang San telah menjadi kelemahan terbesar dalam hatinya. Harus segera membunuhnya. Tak ada yang tahu rahasia ini. Asal dia membunuhnya, meski kelemahan batin akan membesar, tak ada yang bisa memanfaatkannya.
Namun, perasaan memberitahunya bahwa dia tidak boleh membunuh pria di hadapannya. Jika dia membunuhnya, dia pasti akan menyesal seumur hidup. Rasa penyesalan yang menyiksa itu akan terus menggerogoti hatinya, membuatnya tak pernah tenang. Bahkan dengan kekuatan tingkat dewa sekalipun, dia takkan pernah merasakan kebahagiaan. Hanya dengan keberadaan pria ini, hatinya memiliki sandaran untuk mengurangi penderitaan. Meski semua yang terjadi antara mereka hanyalah ilusi samar-samar, bagaimanapun dialah pria pertama dalam hidupnya!
Kontradiksi batin ini membuat energi ilahi yang dilepaskan Pedang Suci Malaikat di tangan Qian Renxue tidak mantap. Jika tidak, dalam situasi Tang San saat ini, pedang suci itu seharusnya sudah menghunjam dan menghancurkannya.
Namun Qian Renxue selalu cerdik. Meski terjebak dalam pergulatan antara rasionalitas dan emosi, akhirnya logika mulai dominan. Dia sangat sadar: jika Tang San tidak dibunuh sekarang, di masa depan dia akan menjadi lawan paling berbahaya bagi dirinya bahkan seluruh Kekaisaran Wuhun. Qian Renxue hampir yakin, jika Tang San mencapai tingkat dewa, dialah yang akan tak tertandingi. Jika tingkat manusia biasa saja sudah begitu sulit dikalahkan, bagaimana dengan Tang San yang sudah menyentuh level dewa? Bukankah itu sama dengan menjadi sosok tak terkalahkan?
Akhirnya, ekspresi mata Qian Renxue perlahan menjadi tajam. Rasionalitas memaksa menekan warna emosional dalam hatinya. Segala yang dimilikinya diberikan oleh kakek. Memajukan Kekaisaran Wuhun adalah wasiat terakhir sang kakek. Meski harus menderita seumur hidup, dia tidak boleh mengecewakan kakeknya.
Niat membunuh Qian Renxue juga dirasakan Tang San. Pada detik ini, matanya terbelalak lebar. Saat ini, bahkan jika ingin mengubah Hunwu menjadi Haotian Hammer, mustahil baginya melakukannya. Di bawah tekanan total lawan, sama sekali tidak ada kesempatan untuk melawan balik.
Kematian, apakah akhirnya akan tiba? Pada saat ini, keputusasaan dan ketidakrelaan di mata Tang San perlahan menghilang, digantikan ketenangan yang luar biasa. Jika hasilnya sudah ditakdirkan, apa gunanya berputus asa? Dengan tenang menatap Qian Renxue, warna biru-emas di tubuh Tang San mulai memudar. Pedang Malaikat yang bersinar keemasan kemerahan tiba-tiba kehilangan semua penghalang, menyambar tajam ke arah kepala Tang San. Tepat di detik yang sama, tangan Tang San yang tiba-tiba ditarik kembali mendorong trisula Dewa Laut keluar. Energi yang sebelumnya ditahan meledak seketika, bilah utama menghujam lurus ke dada Qian Renxue.
Merasakan tindakan Tang San, delapan kata yang pernah diucapkannya tiba-tiba muncul di pikiran Qian Renxue: "Lebih baik jadi giok yang pecah daripada genteng yang utuh". Hingga detik terakhir ini, dia sama sekali tidak berniat menyerah. Bahkan dalam kematian sekalipun, tetap akan membalik menyerang dirinya.
Trisula Dewa Laut mungkin daya tembusnya tidak sehebat Air Mata Guanyin, namun ia adalah Senjata Dewa sejati. Luka yang ditimbulkan oleh Senjata Dewa tidaklah mudah dipulihkan. Namun, Qian Renxue sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran. Serangan trisula Dewa Laut dari Tang San justru semakin menguatkan niat membunuh dalam hatinya. Meskipun trisula ini adalah senjata dewa, berapa sisa kekuatan fisik yang masih dimiliki Tang San saat ini? Dengan mengenakan Baju Zirah Malaikat, dia sama sekali tidak perlu khawatir trisula ini bisa mengatasi baju zirahnya, apalagi melukai dirinya sendiri.
Namun tepat ketika Tang San hampir dihancurkan oleh Qian Renxue, sebuah desah panjang tiba-tiba bergema dalam kedalaman jiwanya. Seketika, Qian Renxue merasa seluruh tubuhnya terkunci. Fluktuasi energi dahsyat meledak tiba-tiba, dengan paksa membuat tubuhnya terpental mundur.
Bukan hanya Qian Renxue yang terkejut, Tang San pun membeku. Di antara mereka berdua, kini berdiri tegak bayangan keemasan setinggi tiga meter yang samar-samar. Trisula Dewa Laut di tangan Tang San telah berpindah ke genggaman sosok ini.
Cahaya keemasan yang cemerlang meledak dari trisula Dewa Laut. Emosi antusiasme terus dilepaskan, jelas terlihat bahwa dalam genggaman bayangan keemasan ini, senjata itu telah mendapatkan kembali kekuatan sejatinya.
“Dewa Laut？” Qian Renxue memandang dingin sosok keemasan di hadapannya. Saat ini, meskipun mereka berada di kedalaman bumi tanpa udara sama sekali, hal itu tidak mempengaruhi pengguna tingkat dewa sepertinya. Bahkan Tang San pun tidak akan bermasalah sementara tidak bernapas. Lubang ini juga menjadi kokoh akibat energi ledakan dari serangan sebelumnya antara dirinya dengan Tang San yang memadatkan tanah dan batuan yang hancur, untuk sementara tidak akan runtuh.
“Tidak, kau bukan Dewa Laut. Paling-paling hanya sebuah dorongan yang ditinggalkan Dewa Laut di dunia ini.” Qian Renxue menyeringai dingin, perlahan mengarahkan Pedang Suci Malaikat di tangannya ke depan. Enam sayap di punggungnya terkembang, lingkaran-lingkaran cahaya keemasan mulai melepas diri dari tubuhnya.
Bayangan keemasan itu berkata dengan suara tenang dan datar: “Benar, ini memang hanya bayangan yang kutinggalkan di dunia ini. Setiap dewa akan meninggalkan kekuatan ilahi yang sama ketika meninggalkan dunia ini. Hanya saja, Dewa Malaikat yang kau warisi telah kehilangan kekuatan ilahinya karena terlalu banyak dimanfaatkan orang. Sedangkan dia,” bayangan itu menunjuk ke Tang San, “adalah pilihan pertamaku setelah menjadi Dewa Laut dan meninggalkan tempat ini. Kurasa, aku takkan pernah menemukan penerus warisan yang lebih hebat darinya di masa depan. Nona muda, meski kau telah mencapai tingkat Dewa Malaikat, kau belum bisa benar-benar menguasai teknik Dewa Malaikat. Apalagi, tempat ini tidak cocok untuk Dewa Malaikat. Panggungmu seharusnya di langit.”
Qian Renxue mendengus dingin, “Lalu apa? Kau hanya sekedar dorongan pikiran. Tang San harus kubunuh. Menurutmu, bisakah kau menghalangiku?”
Dewa Laut tersenyum samar, "Mengapa tidak kau coba?" Sambil berkata demikian, ia perlahan mengangkat trisula Dewa Laut di tangannya. Aura cahaya keemasan yang lembut segera menyebar seperti gelombang air, tidak menyerang Qian Renxue melainkan merembes ke tanah di belakangnya lalu menghilang.
"Sebagai Dewa Laut, ingatlah untuk selalu memanfaatkan kekuatan laut kapanpun dan di manapun. Laut adalah tubuh sejati kita sekaligus sumber kekuatan kita." Ucapan ini jelas ditujukan pada Tang San. Tang San yang sudah mulai pulih segera mengaktifkan pergantian Hunwu ke Haotian Hammer, akhirnya mendapatkan sedikit kekuatan perlindungan diri.
Sinar keemasan kemerahan berkilauan samar di udara. Hampir seketika, Qian Renxue terbagi menjadi sembilan siluet yang saling bertautan. Dari berbagai sudut berbeda dengan gaya yang bervariasi, kemarahan matahari yang menyala-nyala bercampur kekuatan Malaikat langsung menerjang Dewa Laut.
Tang San membelalakkan mata. Bayangan keemasan ini pernah muncul sekali sebelumnya, saat ia hampir dibunuh Bibi Dong. Kemunculannya menyelamatkan nyawanya sekaligus mengajarkan tiga jurus pertama dari Tiga Belas Trisula Emas. Namun saat itu juga diingatkannya bahwa energinya terbatas, nyaris habis pada kesempatan tersebut.
Namun di hadapannya, dia berhadapan dengan seorang dewa sejati. Hanya dengan secuil kekuatan ilahi yang memicu Turunnya Dewa Laut ini, apakah benar-benar bisa menghalangi serangan Qian Renxue? Saat ini sepertinya adalah momen tepat baginya untuk berbalik dan melarikan diri. Memanfaatkan Turunnya Dewa Laut untuk menahan Qian Renxue, sementara dirinya bergegas kabur kembali ke laut.
Tapi Tang San tidak melakukannya. Emosinya mengalahkan rasionalitas. Dia tak bisa meninggalkan Dewa Laut yang turun di hadapannya. Meski mungkin ini hanya secuil kekuatan ilahi Dewa Laut, bagaimanapun dia datang untuk menyelamatkannya. Jika dia pergi begitu saja, sekalipun bisa selamat, Tang San yakin dirinya tak akan bisa memaafkan diri sendiri. Apalagi dia sudah bersumpah tak akan membiarkan trisula Dewa Laut meninggalkannya lagi.
Karena itu dia tetap berdiri. Hanya menggenggam Haotian Hammer, berdiri tenang di belakang Dewa Laut dengan fokus penuh mengamati bayangan setinggi tiga meter ini.
Bayangan Dewa Laut berwarna keemasan tapi terlalu samar-samar untuk dilihat jelas wujud aslinya. Bersamaan dengan serangan Qian Renxue, dia pun bergerak. Trisula Dewa Laut menyatu dengan tubuhnya bagai satu kesatuan, samar-samar melesat di udara. Sembilan cahaya keemasan terpisah dari tubuhnya secara halus, tepat menghalangi sembilan posisi serangan Qian Renxue.
Pertama kali menyaksikan Dewa Laut menggunakan Gelombang Tak Tentu, Tang San belum menguasai skill dewa ini. Tapi kali ini berbeda. Dengan konsentrasi penuh, dia menemukan banyak teknik Gelombang Tak Tentu serta kesalahan saat dia menggunakannya. Kesalahan terbesar adalah belum benar-benar menyatu dengan trisula Dewa Laut. Mungkin karena dirinya belum menjadi Dewa Laut. Tapi itu bukan alasan mutlak.
Dari semua aspek yang dirasakan, fluktuasi energi Qian Renxue jauh lebih kuat dibandingkan energi ilahi Dewa Laut yang turun melalui manifestasi ini. Namun ketika serangan berapi sejati mataharinya menubruk Gelombang Tak Tentu, sembilan serangan itu menghilang begitu saja.
Sembilan sosok menyatu kembali. Cahaya kejutan terpancar dari mata Qian Renxue. Meski tak merasakan penghalang apapun, energinya seolah berhasil dilepaskan oleh lawan dengan cara khusus. Bahkan kekuatan api sejati matahari pun tak sanggup menghancurkannya.
Namun setelah menahan serangan Qian Renxue, siluet Dewa Laut semakin samar-samar, seolah setiap saat bisa lenyap.
Saat Qian Renxue bersiap meluncurkan serangan pamungkas untuk menghancurkan sosok dihadapannya, tiba-tiba matanya menyemburkan kengerian.
Tang San juga merasakannya. Dengan gerakan refleks ia menoleh ke belakang - hamparan biru membentang di kegelapan. Bahkan hanya dengan memanfaatkan cahaya dari tubuh Qian Renxue, ia jelas melihat semburat biru kehijauan yang menjadi karakteristik samudra.
Ya, tanah dan batu di belakang Tang San saat itu berubah menjadi warna itu. Kemudian, Kilauan Biru yang dahsyat disertai elemen air yang luar biasa besar datang menggila.
Trisula Dewa Laut menyala, bersama Dewa Laut berubah menjadi biru - biru khas lautan. Trisula diarahkan ke depan, kekuatan lautan yang tak tertandingi meledak dahsyat, menerjang ke arah Qian Renxue.
Yang bisa dilakukan Qian Renxue hanyalah cepat-cepat mengerutkan enam sayapnya, melindungi tubuhnya sepenuhnya. Seketika, seluruh tubuhnya terdorong masuk ke dalam tanah oleh energi biru cerah itu. Segala sesuatu di sekitarnya pun berubah menjadi biru.
Energi yang dikeluarkan Dewa Laut ke belakang saat mengangkat trisula bukanlah sia-sia - dia sedang memanggil kekuatan lautan!
Dalam pertarungan kejar-kejaran sebelumnya antara Tang San dan Qian Renxue, mereka sudah sangat dekat dengan laut. Dewa Laut yang turun ini benar-benar mengeluarkan kekuatan sejati trisula Dewa Laut, memanggil energi kolosal tak bertepi dari lautan. Bahkan prajurit tingkat dewa seperti Qian Renxue pun langsung terhempas. Seperti dikatakan Dewa Laut sebelumnya: di sini bukan panggung untuknya.
Siluet yang semakin samar-samar itu perlahan berbalik. Dalam kilatan cahaya, di tengah sinar biru yang membuat Tang San sangat nyaman, Dewa Laut muncul di hadapannya.
Meskipun Tang San saat ini tidak bisa melihat rupa Dewa Laut, yang terlihat hanyalah bayangan yang memudar hingga titik ekstrim, dia bisa merasakan dengan jelas kehangatan dan sikap penuh kasih sayang yang dipancarkan Dewa Laut.
"Saya telah mengecewakan Anda." Tang San menundukkan kepala dengan rasa malu.
"Tidak, kau sudah melakukan yang terbaik. Bahkan aku sendiri tidak menyangka bahwa penerus yang kupilih ternyata begitu luar biasa. Sebenarnya, bahkan tanpa mewarisi posisi dewaku, aku yakin suatu hari kau pasti bisa mencapai breakthrough level 100. Bakatmu jauh lebih baik dibandingkanku dulu."
"Kali ini, aku benar-benar harus meninggalkanmu. Kekuatan ilahi yang tersisa di dunia ini telah terkonsumsi habis sebelumnya. Segalanya di masa depan hanya bisa mengandalkan kekuatanmu sendiri. Ingatlah, dewa yang telah meninggalkan dunia ini tidak mungkin kembali. Dewa Malaikat tidak menakutkan, selama kau bisa mewarisi kekuatanku, kau akan mampu melawannya. Namun, untuk menyelamatkanmu kali ini, mungkin kau akan menghadapi kesulitan besar saat menerima warisan ini. Tapi aku yakin kau pasti bisa melewatinya. Selalu ingat: laut adalah benteng terkuatmu. Selamat tinggal nak, semoga warisan ini berjalan lancar."
Dewa Laut mengulurkan jarinya dan menekan Bekas Trisula Dewa Laut di dahi Tang San. Tiba-tiba, pikiran Tang San menjadi jernih. Elemen air yang dahsyat langsung berubah menjadi energi paling murni yang menyuntik ke dalam tubuhnya. Segala konsumsi sebelumnya, termasuk efek negatif dari ledakan Spirit Bone, lenyap sepenuhnya di tengah aliran energi tak terbatas ini. Pemandangan sekitar pun mulai terlihat samar-samar. Tang San merasakan seluruh tubuhnya ringan, semua tekanan lenyap tak berbekas. Dunia di sekelilingnya kini berubah menjadi biru murni.
Bayangan Dewa Laut menghilang. Trisula Dewa Laut yang kembali hitam legam jatuh ke tangan Tang San. Namun, Tang San terkejut bukan main: Hati Dewa Laut di bawah bilah utama trisula itu telah lenyap. Lubang kosong yang pernah ia lihat pertama kali pada trisula itu muncul kembali. Meski beratnya tak berubah, Tang San jelas merasakan trisula itu kehilangan jiwanya. Tak ada lagi perasaan menyatu bagai air dan susu. Kini benda itu hanya seperti senjata biasa di genggamannya.
Akhirnya Tang San memahami makna ucapan perpisahan Dewa Laut. Kesulitan dalam warisannya pasti karena hilangnya Hati Dewa Laut. Untuk menyelamatkannya, dewa itu pasti telah melepaskan seluruh energi Hati Dewa Laut. Serangan dewa, panggilan terhadap kekuatan lautan, pemulihan total dirinya – semua itu menggunakan energi dari Hati Dewa Laut yang hancur!
“Trisula Dewa Laut,” Tang San merangkul erat trisula itu ke dadanya, air mata mengalir deras, "Masih kau yang menyelamatkanku. Tapi aku gagal melindungimu. Rekanku, tenanglah, apapun harga yang harus kubayar, aku pasti akan membantumu menemukan kembali jiwa dan Hati Dewa Laut yang hilang."
……
Boom, boom, boom... Ombak memukul pantai tanpa henti, mengeluarkan gemuruh yang memekakkan telinga. Laut biru membentang tak bertepi, sinar matahari menyinari bumi. Menikmati pemandangan indah ini sambil merasakan jejak aura laut yang asin, siapa pun pasti akan merasakan kedamaian.
Sayangnya, enam orang yang berdiri di pesisir ini sama sekali tidak merasakan hal itu. Setiap dari mereka memancarkan semangat perkasa, Cincin Jiwa yang mempesona mengelilingi tubuh mereka. Bahkan yang memiliki paling sedikit pun memiliki tujuh cincin berkilauan, sementara lima lainnya semuanya delapan cincin.
Seorang Roh Suci dan lima Roh Dou Luo—kombinasi ini merupakan kekuatan dahsyat di benua mana pun. Namun saat ini, mata mereka sama-sama memancarkan kecemasan yang mendalam.
“Kenapa belum datang juga? Bos Dai, biar aku menyambutnya dulu,” kata Xiao Wu dengan gelisah.
Keenam orang ini tak lain adalah Shrek Tujuh Monster minus Tang San. Mereka telah tiba di pantai sejak beberapa waktu lalu, berhasil menghubungi Hiu Iblis Hantu Putih, dan kini hanya menunggu Tang San menyelesaikan pengumpulan Cincin Jiwa sebelum berkumpul bersama menuju Pulau Dewa Laut.
Namun, tak lama sebelumnya, mereka menerima pesan dari Tang San. Cahaya keemasan trisula Dewa Laut yang melesat ke langit membuat hati mereka tegang.
Meski mereka semua tahu seharusnya tidak ada yang bisa mengancam nyawa Tang San di benua ini, Kilauan Dewa Laut yang dipancarkannya adalah tanda sesuai kesepakatan untuk berjaga-jaga sepenuhnya.
Yang lebih mengkhawatirkan, setelah pancaran Kilauan Dewa Laut itu, ledakan dahsyat dan fluktuasi energi yang belum pernah terjadi sebelumnya tiba-tiba muncul. Meski masih jauh dari lokasi ini, getaran hebatnya membuat ombak laut menjadi ganas. Shrek Tujuh Monster belum pernah merasakan fluktuasi energi level seperti itu. Seketika, yang lain langsung melepas Hunwu mereka, bersiap menyambut Tang San dan beradaptasi dengan situasi.
Namun setelah menunggu cukup lama, pasca gelombang energi raksasa itu hanya ada beberapa getaran bumi seperti gempa. Jejak aura Tang San tetap tak terasa, siluetnya pun tak kunjung muncul. Bagaimana mungkin mereka tidak gelisah?
Yang paling panik tentu Xiao Wu, sehingga dia mengusulkan untuk mencari Tang San.
"Tidak boleh. Xiao Wu, jangan terburu-buru." Dai Mubai berkata dengan tenang: "Kita sudah janji bertemu San Ge di sini, tidak boleh pergi sembarangan. Menurutku, mungkin San Ge sedang menghadapi masalah. Tapi kita harus percaya pada kekuatannya. Kalau kau pergi mencarinya dan terjadi sesuatu padamu, atau dia datang sementara kau tidak di sini, bukankah kita malah akan khawatir? Soul Power San Ge sudah mencapai level 93, ditambah trisula Dewa Laut dan Dua Jiwa Martial Soul-nya, bahkan menghadapi level 99 puncak intensitas Dou Luo pun dia bisa keluar tanpa cedera. Dia pasti segera datang, jangan terlalu cemas."
Ning Rongrong maju menggandeng tangan Xiao Wu, "Xiao Wu, kata Bos Dai benar. Kalau kita terpisah malah akan jadi masalah. Kalau San Ge datang tapi tidak melihatmu, bukankah dia akan lebih panik? Mari kita tunggu lagi. Jika dalam seperempat jam San Ge belum datang juga, kita akan mencarinya bersama. Ini lebih baik daripada kau bertindak sendirian!"
Xiao Wu mengangguk pelan, tapi kegelisahannya masih terlihat. Dia pernah melakukan ritual persembahan untuk Tang San, dan Tang San mentransfer kembali Cincin Jiwa-nya. Karena itu, ada hubungan khusus antara mereka. Meski argumen Dai Mubai dan Ning Rongrong masuk akal - secara normal Tang San seharusnya tidak menghadapi situasi mencurigakan yang tak bisa dihindari - Xiao Wu merasakan sesuatu yang berbeda kali ini. Perasaan gelisah yang menggerogoti hatinya membuatnya sangat resah dan dipenuhi kekhawatiran.
Menunggu adalah siksaan, hal ini berlaku bagi siapapun. Waktu seperempat jam berlalu dengan cepat. Xiao Wu tak lagi bisa menahan diri, "Tidak, aku harus mencarinya." Begitu kata sambil berbalik hendak melesat ke arah sinar Kilauan Dewa Laut yang muncul sebelumnya.
Zhu Zhuqing yang gesit segera menarik lengan Xiao Wu, "Xiao Wu, jangan gegabah. Jika pergi, kita harus bersama-sama."
Lingkaran mata Xiao Wu memerah karena panik, air mata berkilau di pelupuknya, "Kalau begitu cepatlah kita pergi! Kali ini berbeda, sungguh. Aku bisa merasakannya, Kakak dalam bahaya maut. Cepat kita selamatkan dia!"
Dai Mubai pun tak lagi ragu-ragu, "Ayo, kita jemput Xiao San."
"Tunggu sebentar, lihat itu!" Tiba-tiba Oscar berteriak. Yang lain mengikuti arah pandangannya. Laut yang sebelumnya bergelora kini mendadak tenang. Seluruh ombak seakan lenyap, permukaannya licin bagai cermin raksasa. Di kejauhan sekitar 500 meter dari tepi, pusaran dahsyat mulai terbentuk. Fluktuasi energi yang meluap-luap mengecat permukaan laut dengan kilau biru.
"Itu..." Para anggota tertegun menyaksikan perubahan di laut. Xiao Wu sudah melesat bagai putri duyung, "Itu kekuatannya! Kekuatan Dewa Laut!"
Saat tubuh Xiao Wu menyambar masuk ke air, suara "puuut" terdengar dari pusat pusaran. Sebuah siluet melesat vertikal ke tengah hampa. Bukankah itu... Tang San?
Hanya saja penampilannya saat ini terlihat sangat memprihatinkan, tidak hanya telanjang bulat, di kedua sisi punggungnya terlihat bekas patahan hancurnya Delapan Tombak Laba-laba, bahkan Trisula Dewa Laut pun terlihat suram.
"Xiao San, bagaimana kau bisa keluar dari laut?" Dai Mubai memandang Tang San yang kembali, meski kondisinya jelas menunjukkan pertemuan dengan musuh kuat, namun berkumpulnya Saudara-saudara membuatnya sedikit lega.
Tang San turun dari langit dan langsung mendarat di depan Xiao Wu yang terjun ke laut, merangkul Tubuh lembutnya sambil bertanya dengan suara berat: "Sekarang tidak ada waktu untuk penjelasan, cepat ikut aku menyelam." Sembari berkata demikian, Bekas Trisula Dewa Laut di dahinya berpendar Kilauan Biru, Lapisan Pelindung Samudra melepas diri menyelubungi enam tubuh mereka, Soul Power meledak mengarahkan mereka menuju lautan.
Meski yang lain tidak memahami situasi, mereka sudah lama tidak melihat ekspresi serius Tang San seperti ini. Tak seorang pun bertanya, segera mengikuti Tang San yang bergerak cepat masuk ke dalam lautan.
Begitu memasuki lautan, Tang San langsung melihat sekelompok rekan baiknya yang sedang berenang cepat dari kejauhan - anggota kelompok Raja Hiu Iblis Hantu Putih, Xiao Bai. Tujuh ekor Hiu Iblis Hantu Putih yang sangat perkasa sedang mendekat dengan cepat ke arah mereka. Jelas mereka merasakan gelombang getaran Kekuatan Dewa Laut. Melihat ini, Tang San tak bisa menahan kegembiraannya. Ia segera mengendalikan Lapisan Pelindung Samudra untuk menampakkan diri mereka, lalu memanggil hiu-hiu tersebut dan memberikan perintah melalui kekuatan spiritual.
Sebagai penguasa sejati lautan, Hiu Iblis Hantu Putih memiliki kebijaksanaan luar biasa. Ketujuh hiu berkultivasi lebih dari 30.000 tahun yang dikirim Xiao Bai ini langsung memahami maksud Tang San. Mereka berenang ke bawah Lapisan Pelindung Samudra secara serempak. Di bawah kendali Tang San, lapisan pelindung itu menyatu dengan tubuh mereka. Dengan akselerasi serentak, mereka langsung menyelam lebih dalam ke dasar laut.
Tang San menyadari bahwa energi Dewa Laut yang disuntikkan ke dalam tubuhnya tidak hanya memulihkan kekuatannya, tetapi juga meningkatkan kendalinya atas Kilauan Dewa Laut dan skill terkait dewa laut. Sebelumnya, mustahil baginya mengendalikan Lapisan Pelindung Samudra dengan tingkat presisi seperti ini sambil membawa enam rekan. Bagaimanapun juga, kini mereka akhirnya mendapatkan keamanan sementara.
Menggunakan Lapisan Pelindung Samudra di daratan dan di laut adalah dua konsep yang sama sekali berbeda. Di lautan, skill yang berasal dari Dewa Laut ini bisa menyatu sempurna dengan laut, memanfaatkan kekuatan samudra untuk menyembunyikan jejak aura. Dulu ketika Tang San belum sepenuhnya mampu mengeluarkan kemampuannya, dia berhasil membawa Shrek Tujuh Monster ke Pulau Dewa Laut menggunakan Lapisan Pelindung Samudra. Kini dengan peningkatan kekuatan eksponensialnya, Pewaris Dewa Laut yang memasuki lautan - bahkan Qian Renxue pun tak punya cara untuk menghadapinya.
Kurang dari seperempat jam setelah tujuh orang kelompok Tang San memasuki laut, siluet keemasan turun dari langit dan mendarat di tepi pantai. Qian Renxue yang seluruh tubuhnya diselubungi Zirah Malaikat Suci memiliki ekspresi wajah yang sangat muram. Serangan Dewa Laut sebenarnya tidak bisa melukainya, seperti yang dia katakan - itu hanyalah manifestasi kekuatan ilahi Dewa Laut, bukan kekuatan sebenarnya. Namun meski tak melukai, kekuatan itu mendorongnya hampir 10.000 meter sekaligus memutus paksa kekuatan ilahi yang dia letakkan pada Tang San. Setelah susah payah mendeteksi kembali jejak aura Tang San, kini aura itu telah menghilang lagi.
