Tang San menduga perubahan Bo Saixi berkaitan dengan kakek buyutnya Tang Chen, tapi sama sekali tidak menyangka konteks sebenarnya akan seperti ini...
Bo Saixi berkata dengan suara melankolis: "Tapi ada satu hal yang kau tebak salah, bukan Tang Chen yang tak paham isi hatiku. Saat dia tiba di sini, kami bertemu lagi. Semua masa lalu sudah tak berarti. 100 tahun, kami telah hidup lebih dari 100 tahun di dunia ini, apa lagi yang harus dipertahankan? Sayangnya, kedatangannya justru membawaku kebahagiaan sekaligus kesedihan yang lebih dalam. Ini semua bukan salahnya, aku-lah yang dulu terlalu sombong, aku yang tak pernah menyatakan perasaanku padanya secara jelas, bahkan tak memberi sedikit pun isyarat. Semua kesalahan ada padaku..."
Emosi Bo Saixi mulai kehilangan kendali. Meski masih duduk tegak, tubuhnya gemetar halus. Tangan kanannya mencengkeram erat tongkat kekuasaan emas-nya, membuat bunyi "kreek-kreek" saat tongkat bersentuhan dengan tanah.
"Sesepuh, Anda..., sebenarnya apa yang terjadi? Di mana kakek buyutku sekarang?"
“Bo Saixi?” Bo Saixi memandang Tang San dengan ekspresi melayang, “Tahukah kau, kau sangat mirip dengannya di masa muda. Hanya saja dulu dia jauh lebih flamboyan dibandingkanmu yang lebih pendiam. Tentu saja ini berkaitan dengan kekuatannya saat itu. Di usia tiga puluhan, dia sudah menjadi generasi kuat. Di antara rekan sebaya, tak ada yang bisa menyainginya. Justru karena itulah, meski tahu dia sudah berkeluarga, aku tetap tak bisa menahan diri untuk jatuh cinta. Tang Chen, Tang Chen, kau benar-benar bintang kutukku. Bahkan di detik-detik terakhir hidupku, kau tetap tak mau melepaskanku.”
“Apa?” Tang San terkejut bukan main mendengar perkataan Bo Saixi. Tanpa sadar dia berdiri mendadak, memandang Bo Saixi dengan cahaya menakutkan di matanya.
Suara Bo Saixi semakin berat, “Benar, Tang Chen telah pergi. Selamanya. Meski akhirnya dia memahami perasaanku dan kembali mencariku, pertemuan terakhir kami hanya berlangsung tiga hari. Hanya tiga hari dia memberiku waktu, lalu pergi untuk selamanya. Sejak itu, setiap hari bagiku terasa seperti 10 tahun. Hingga akhirnya aku menjadi seperti sekarang.”
“Tidak, tidak mungkin!” Tang San berkata dengan gejolak semangat, “Sesepuh Bo Saixi, kakek buyutku sudah mencapai tubuh setengah dewa. Bagaimana mungkin... Bagaimana mungkin dia bisa meninggal begitu saja? Pasti ada kesalahan, pasti!”
Meskipun Tang San hanya pernah sekali bertemu dengan kakek buyutnya, dalam hatinya posisi sang kakek sangatlah mulia. Bahkan sosok seperti ayahnya pun memancarkan rasa hormat ketika menyebut sang kakek. Selain itu, kakek buyutnya Tang Chen sebelumnya sudah mulai menerima warisan Dewa Rahsa, dan tubuhnya sendiri sudah menjadi tubuh setengah dewa. Kedatangannya ke Pulau Dewa Laut kali ini, selain untuk mewarisi Kedewaan Dewa Laut, juga bermaksud mengundang sang kakek turun gunung. Dengan kendali situasi oleh kakeknya ditambah kekuatannya sendiri, maka situasi di benua pasti tidak akan lepas dari kendali. Mendengar kata-kata patah hati Bo Saixi, ia sama sekali tidak bisa percaya ini kenyataan. Dengan kekuatan sehebat itu, bagaimana mungkin kakeknya bisa meninggal secara tiba-tiba?
Bo Saixi menatap Tang San, "Anakku, duduklah. Aku memanggilmu masuk sendiri untuk menjelaskan hal ini dengan jelas. Ini juga wasiat terakhir kakek buyutmu."
Dengan kebingungan dan tekanan di hati, Tang San kembali duduk di tanah. Pandangannya yang penuh tanda tanya tertuju pada Bo Saixi.
Dengan suara tenang namun penuh kepesraan, Bo Saixi berkata, "Dulu, setelah mendengarkan syarat-syaratku, kakekmu dan Qian Daoliu bersama-sama meninggalkan Pulau Dewa Laut. Sama sepertiku, Qian Daoliu adalah penjaga Kedewaan yang melindungi Dewa Malaikat Bersayap Enam. Dia takkan pernah bisa benar-benar menjadi dewa. Jadi, dia memilih untuk menyerah. Namun kakekmu tidak. Selain perasaannya padaku, kesombongan dalam hatinya membuatnya enggan kembali sebelum memenuhi janjinya padaku. Menempuh berbagai penderitaan, yang dia temukan justru menjadi mimpi buruk di separuh hidupnya. Pasti dia pernah bercerita padamu - di Kota Pembunuhan, dia menemukan warisan Dewa Rahsa. Tapi di tempat itulah kesadarannya hilang, menjadi inang Parasit Raja Kelelawar Sembilan Kepala Berdarah, sekaligus menjelma menjadi Raja Pembunuhan Kota Pembunuhan."
Tang San mengangguk pelan. Meski pertemuan mereka singkat dulu, bagian kisah ini pernah diceritakan kakek buyutnya padanya.
"Tang Chen telah hidup di Kota Pembunuhan selama bertahun-tahun. Meskipun akhirnya dia berhasil melepaskan diri dari ikatan dengan bantuan trisula Dewa Lautmu dan menemukan kembali jati dirinya. Namun, tubuhnya sendiri sebenarnya telah sepenuhnya terkikis oleh racun mematikan dari Raja Kelelawar Sembilan Kepala Berdarah. Meskipun memiliki energi yang begitu kuat, tubuhnya sama sekali tidak mampu menopang keberadaan energi tersebut. Saat masih menjadi Raja Pembunuhan, kondisinya masih relatif stabil karena energi dalam tubuhnya tidak terlalu besar dan dikendalikan oleh Raja Kelelawar Sembilan Kepala Berdarah. Tapi setelah kesadarannya pulih, dengan kembalinya kekuatan tempurnya sendiri ditambah warisan kekuatan Dewa Rahsa yang masuk ke tubuhnya, energi raksasa itu langsung membuat kesehatannya hancur. Dia berjuang mati-matian, bertahan sampai bisa datang ke sini dan menemuiku..."
Tang San tertegun tak berkutik memandangi Bo Saixi, bergumam pelan: "Aku... Akulah yang membunuh kakek buyutku..."
Bo Saixi berkata dengan getir: "Bodoh, jangan bicara omong kosong. Meski mati, itu masih lebih baik daripada dijadikan inang oleh Raja Kelelawar Sembilan Kepala Berdarah. Apalagi, kau berhasil mengembalikan kesadarannya. Kakek buyutmu itu bahkan sampai detik terakhir masih bangga padamu. Saat Tang Chen tiba di sini, tubuhnya sudah di ambang kehancuran. Segala cara kucoba tapi tak bisa mempertahankannya. Dia sempat ingin menantimu pulang, menyaksikan keturunannya mewarisi Kedewaan dan meraih kekuatan dewa. Tapi...dia tak sanggup menunggu. Energi Dewa Rahsa terlalu otoriter, mana mungkin tubuh lusuhnya bertahan?"
"Setelah Tang Chen tiba di sini, selama tiga hari terakhir hidupnya, dia terus-menerus berbicara padaku. Seolah ingin meluapkan semua kata yang tertahan selama bertahun-tahun. Banyak sekali yang dia ceritakan. Dalam obrolan kami, tiga hari itu berlalu tanpa terasa."
Air mata mengalir deras di wajah Bo Saixi. Tubuhnya tak lagi gemetar, duduk bagai patung. Setiap mengingat kematian Tang Chen, dadanya sesak tak bisa bernapas. Yang tak dia ceritakan adalah: setelah Tang Chen menghembuskan nafas terakhir di pelukannya, dia memeluk mayat itu tanpa tidur, tanpa bergerak, selama tujuh hari penuh. Usai tujuh hari itu, jadilah dirinya seperti sekarang.
“Sesepuh, tenangkanlah hati Anda. Tak kusangka, pertemuan pertamaku dengan kakek buyut langsung menjadi perpisahan abadi.” Kesedihan Bo Saixi jelas bukan pura-pura. Mendengar kabar duka segera setelah tiba di sini membuat upaya breakthrough Tang San terpukul hebat. Meski mentalnya kuat, tetap sulit menerima kenyataan bahwa yang meninggal adalah kakek buyutnya sendiri!
Setelah lama, Bo Saixi akhirnya berhasil mengendalikan emosi. Sedih di wajahnya perlahan menghilang, digantikan senyum lembut. "Sudah, jangan bahas hal menyedihkan. Manusia tua pasti akan mati. Itu hukum alam. Kecuali jadi dewa, baru bisa lepas dari aturan ini. Kakekmu meski menderita di Kota Pembunuhan, tapi hidupnya mencapai ratusan tahun dengan kisah epik. Hidupnya tak sia-sia. Warisannya akan membuat Sekte Haotian termasyhur sepanjang masa. Penderitaannya juga karena aku. Di kehidupan berikutnya, pasti akan kujagain dia dengan baik."
"Sebelum pergi, satu-satunya penyesalan kakekmu adalah tak sempat melihatmu menjadi dewa yang mewarisi Kedewaan Dewa Laut. Tang San, jika kau sungguh menghormatinya, penuhilah wasiatnya. Selain itu, sebelum meninggal, dia meninggalkan sesuatu untukmu. Simpanlah baik-baik sebagai kenang-kenangan."
Sambil berkata, Bo Saixi memutar pergelangan tangannya dan mengarahkan tangan ke sisi Kuil Dewa Laut. Seketika, cahaya merah menyala terang, berkilat sesaat, dan telah tiba di antara Bo Saixi dengan Tang San.
Itu adalah pedang darah raksasa dengan panjang lebih dari 2 meter, persis senjata yang pernah digunakan Tang Chen untuk menahan trisula Dewa Laut Tang San dan melemparkannya.
Bilah ramping nan tebal itu dipenuhi pola magis emas gelap. Pedang merah darah ini memancarkan aura berdarah yang luar biasa tajam. Bahkan petinggi sekelas Bo Saixi pun tak kuasa menahan kerutan keningnya, jelas terpengaruh oleh aura senjata ini.
Namun ketika Tang San melihat pedang itu, seluruh tubuhnya membeku.
Tang San sama sekali tidak merasakan efek seperti yang dialami Bo Saixi. Dia sama sekali tidak merasakan pengaruh aura pembunuhan dari pedang iblis ini terhadap tubuhnya. Sebaliknya, tatkala memandang pedang ini, dadanya langsung dipenuhi dorongan kuat. Tangan kirinya bahkan bergerak tak terkendali, menampakkan pola magis merah serupa di telapak. Aura dingin merambat hingga bahunya, seolah pedang iblis ini telah membentuk kedekatan batin yang sempurna dengan Tang San.
Seketika, keraguan besar yang selama ini ada di hati Tang San tiba-tiba terbuka tirai. Ia akhirnya memahami asal-usul energi merah darah yang membantu dirinya membunuh Raja Paus Iblis Samudra Dalam, kemudian memainkan peran penting saat ia menyerap Cincin Jiwa makhluk itu.
Benar! Itu adalah hasil mutasi dari wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa-nya. Kini, kekuatan yang lahir dari mutasi wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa tingkat Top-nya bukan lagi kekuatan biasa, melainkan memiliki hubungan darah dengan warisan kekuatan Dewa Rahsa dari sang kakek!
Tepat! Jika tidak demikian, bagaimana mungkin aura berdarah penuh nafsu membunuh itu bisa sejajar dengan Kekuatan Dewa Laut-nya untuk sementara waktu? Jika bukan kekuatan tingkat dewa, mengapa Kekuatan Dewa Laut-nya harus bersusah payah melawannya? Bagaimana mungkin Raja Paus Iblis Samudra Dalam bisa diintimidasi sepenuhnya? Dewa Rahsa - apakah dirinya benar telah memperoleh sebagian kekuatan Dewa Rahsa? Apa sebenarnya yang terjadi?
Rasionalitas membuat Tang San mengambil keputusan paling tepat. Dengan cepat ia mengangkat tangan kanan, mencengkeram tangan kirinya sendiri, mencegahnya menyentuh pedang iblis itu. Dalam hatinya, ia merasakan firasat: jika menyentuh pedang itu sekarang, kekuatan Dewa Rahsa yang telah berhasil ditekan oleh Kekuatan Dewa Laut dalam tubuhnya mungkin akan bangkit kembali. Saat itu terjadi, kesehatan tubuhnya mungkin akan kembali menjadi medan perang bagi kedua kekuatan itu.
Itu bukan main-main. Saat di dasar laut sebelumnya, masih ada energi Cincin Jiwa Raja Paus Iblis Samudra Dalam yang bisa diserap. Tapi sekarang tidak ada. Jika mereka benar-benar bertarung dalam tubuhku, mungkin aku yang akan jadi korban. Seperti pepatah "rakus tak bisa mengunyah", Tang San sama sekali tak berani membayangkan bisa mewarisi kekuatan dua dewa sekaligus. Itu sama dengan mengigau.
Mungkin Dewa Rahsa lebih kuat daripada Dewa Laut yang sedang dipersiapkannya sekarang. Tapi energi dewa Rahsa ini bahkan tidak bisa diserap oleh kakek buyutnya selama bertahun-tahun penggunaan, dan akhirnya menyebabkan kematiannya. Ini menunjukkan betapa otoriter energi Dewa Rahsa tersebut. Sebaliknya, kekuatan Dewa Laut relatif lebih lembut. Proses Tang San mewarisi energi Dewa Laut dilakukan langkah demi langkah, secara bertahap melewati delapan dari Sembilan Ujian Dewa Laut, tinggal ujian terakhir. Meskipun trisula Dewa Laut rusak, Tang San tetap akan memilihnya sebagai warisan tahta dewanya. Ini tidak perlu diragukan lagi.
Karena itu, dia sama sekali tidak boleh memberi kesempatan kebangkitan energi Dewa Rahsa dalam tubuhnya. Niat baik kakek buyut meninggalkan pedang iblis ini adalah untuk memberinya pilihan tambahan. Atau mungkin pedang Rahsa ini adalah kunci warisan Dewa Rahsa. Tapi saat ini dia sama sekali tidak boleh menyentuh pedang iblis ini. Setidaknya sampai proses pewarisan tahta Dewa Laut selesai. Mewarisi tahta dewa memang sangat berbahaya. Masih ada sisa kesempatan untuk mempelajari energi dalam pedang iblis ini nanti.
Faktanya, tebakan Tang San setidaknya benar tujuh puluh persen. Tang Chen meninggalkan Pedang Iblis Pembunuh Dewa ini agar Tang San memiliki pilihan tambahan. Saat pertama kali bertemu Tang San, dia telah melihat bahwa Tang San memiliki wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa. Namun baik Tang Hao, ayah dan anak Tang San, maupun Hu Liena tidak tahu bahwa wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa yang mereka miliki sebenarnya adalah ujian pertama Dewa Rahsa. Hanya mereka yang lulus ujian pertama ini yang memiliki kemungkinan mewarisi kedewaan Dewa Rahsa. Pedang iblis yang ditinggalkan Tang Chen ini mewakili bahwa dia telah melewati sebagian besar kekuatan warisan Dewa Rahsa. Selama seorang Ahli Jiwa memiliki wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa, mereka berpotensi mewarisi kekuatan Dewa Rahsa.
Warisan Dewa Rahsa memiliki perbedaan mendasar dengan warisan Dewa Laut, terutama dalam hal pemilihan yang terpilih. Pemilihan Pewaris Dewa Laut bersifat mutlak eksklusif. Setelah memilih satu kandidat, proses pelatihan akan dilakukan secara halus hingga yang terpilih memiliki kemampuan cukup untuk menyelesaikan proses pewarisan. Hal ini terlihat dari seberkas kekuatan ilahi Dewa Laut dalam Hati Dewa Laut yang beberapa kali menyelamatkan nyawa Tang San, serta kemunculan langsung Ujian Dewa Laut Sembilan saat tiba di Pulau Dewa Laut, termasuk pengajaran tiga besar dari Tiga Belas Trisula Emas kepadanya.
Sedangkan warisan Dewa Rahsa jauh lebih berbahaya. Sebagai Dewa Pembunuhan, persyaratan Dewa Rahsa untuk penerusnya jauh lebih ketat. Bahkan tanpa gangguan Dewa Raksasa Penghancur, mewarisi kekuatan Dewa Pembunuh bukanlah hal mudah. Oleh karena itu, Dewa Rahsa menggunakan prinsip "menyebar jaring secara luas dan melatih satu per satu" dalam memilih penerusnya. Siapapun yang memperoleh wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa akan dianggap sebagai yang terpilih. Pada akhirnya, siapa yang bisa mewarisi posisi dewa ini tergantung pada usaha masing-masing.
Tentu saja, ada satu hal yang tidak diketahui Tang San. Dari situasi saat ini, selain dirinya, tidak ada lagi yang mampu mewarisi posisi Dewa Rahsa. Tingkat Dewa Rahsa setengah tingkat lebih tinggi daripada Dewa Laut, Dewa Raksasa Penghancur, dan Malaikat. Meskipun Dewa Rahsa generasi sebelumnya telah lama meninggalkan dunia ini, kekuatan ilahi-nya tidak membutuhkan wadah. Asalkan seseorang mampu melatih wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa hingga mengalami mutasi dan berubah menjadi kekuatan Dewa Rahsa, kekuatan ilahi itu akan mendeteksinya.
Sebelumnya, ketika Tang Chen sadar kembali berkat Kilauan Dewa Laut yang dilepaskan Tang San, ia langsung mendapat pengakuan dari Dewa Rahsa. Inilah yang memungkinkannya langsung memasuki tubuh setengah dewa milik Dewa Rahsa. Tinggal menyelesaikan proses warisan, ia bisa mewarisi posisi Kedewaan tersebut. Bagaimanapun juga, Tang Chen di masa lalu telah melewati sebagian besar ujian Dewa Rahsa.
Sayangnya, kondisi fisik Tang Chen sendiri sudah tidak memungkinkan untuk meneruskan warisan. Tubuhnya yang rusak tidak sanggup menahan gempuran energi dahsyat dalam tubuhnya. Setelah berjuang mencapai Pulau Dewa Laut, dia hanya bertahan tiga hari sebelum meninggalkan dunia ini. Sebelum ajal, Tang Chen yang tidak rela membiarkan energinya terbuang percuma, memurnikan dan memadatkan kekuatan Dewa Rahsa yang diperolehnya ke dalam Pedang Iblis Raksasa Pembunuh ini. Dia yakin selama Tang San mengangkat pedang ini, kemungkinan mewarisi Dewa Rahsa akan terbuka. Selain itu, dia juga menegaskan bahwa kekuatan Dewa Rahsa jauh lebih dahsyat dibanding Dewa Laut.
Mengapa Tang San bisa mengintimidasi Raja Paus Iblis Samudra Dalam? Semua berkat evolusi wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa menjadi wilayah kekuasaan Raksasa Pembunuh. Jejak aura Dewa Rahsa bahkan membuat dewa-dewa gemetar. Meskipun Raja Paus Iblis itu adalah Binatang Roh satu juta tahun dengan kekuatan luar biasa, tingkatan pencapaiannya masih terlalu jauh tertinggal.
Alasan mengapa hanya Tang San yang bisa mewarisi kekuatan Dewa Rahsa adalah karena wilayah kekuasaan Pembunuhnya telah mendapat pengakuan langsung dari Dewa Rahsa saat berevolusi. Dengan wafatnya Tang Chen, Tang San yang memiliki wilayah kekuasaan Raksasa Pembunuh secara alami menjadi penerus pertama takhta Dewa Rahsa. Kecuali dia juga mati, warisan Kedewaan ini hanya bisa dilanjutkan olehnya. Tentu saja, jika Tang San menolak mewarisinya, itu akan menjadi cerita berbeda.
Keberadaan wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa, dalam arti tertentu seperti Kilauan Dewa Laut dan Afinitas dengan Dewa Laut yang diperoleh Tang San, seiring dengan peningkatan kekuatan Tang San dan evolusi terus-menerus wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa, sebenarnya setara dengan Tang San yang terus-menerus menjalani tes kelayakan dari Dewa Rahsa.
Saat menghadapi Raja Paus Iblis Samudra Dalam berusia satu juta tahun, dia meledakkan enam Cincin Jiwa sekaligus, membuat wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa yang melekat pada Haotian Hammer dirangsang oleh kekuatan eksplosif yang sangat besar, sehingga menghasilkan lompatan kualitatif dan berevolusi menjadi wilayah kekuasaan Raksasa Pembunuh. Ketika Tang San menambahkan Cincin Jiwa terakhir ke Haotian Hammer, yaitu Cincin Jiwa Paus Iblis Samudra Dalam, hal ini memberikan energi yang cukup untuk evolusi wilayah kekuasaan Pembunuh Dewa, yaitu proses perubahan warna Haotian Hammer dari Hitam menjadi Merah. Proses evolusi wilayah kekuasaan Raksasa Pembunuh benar-benar selesai.
Kemudian saat menyerap energi, aura pembunuhan otoriter Dewa Rahsa langsung menyerbu ke dalam tubuh Tang San, mencoba menginvasi semua Spirit Bone-nya dan meresapkan kekuatan ilahi-nya ke dalamnya, namun langsung ditolak oleh energi Dewa Laut yang sudah lama menyatu dengannya, sehingga memicu pertempuran besar dalam tubuh Tang San.
Jika energi Dewa Laut dalam tubuh Tang San memiliki kebijaksanaan, pasti akan merasa sangat frustasi - harus ada urutan kedatangan! Energi tersebut sudah memilih Tang San selama ini, mana mungkin pendatang baru seperti kamu bisa langsung mendominasi dengan mudah begitu datang.
Meskipun Dewa Rahsa sedikit lebih kuat daripada Dewa Laut, energi Dewa Laut yang sudah berakar dalam tubuh Tang San ditambah keberadaan trisula Dewa Laut, secara halus selama bertahun-tahun akhirnya Kekuatan Dewa Laut-lah yang unggul. Namun meski demikian, Kekuatan Dewa Laut hanya bisa mengintimidasi energi Dewa Rahsa di lengan kiri Tang San tanpa bisa menghilangkannya, membuktikan betapa otoriter kekuatan Dewa Rahsa. Alasan utama energi itu akhirnya menetap di lengan kiri Tang San adalah karena itu lokasi di mana dia melepas diri Hunwu Haotian Hammer. Kini Haotian Hammer telah menjadi tempat pengumpulan energi Dewa Rahsa dalam diri Tang San.
Pedang iblis peninggalan Tang Chen ini merupakan kristalisasi energi Rahsa yang dipendamnya selama puluhan tahun, ditambah suntikan seluruh energi tubuhnya sebelum meninggal, secara kualitas telah mencapai tingkat Senjata Dewa yang diakui oleh Dewa Rahsa, tidak kalah dengan trisula Dewa Laut milik Tang San. Pedang ini juga berperan sebagai media warisan Dewa Rahsa. Oleh karena itu, jika Tang San benar-benar mengangkat pedang ini, situasi mencurigakan dalam tubuhnya akan langsung berubah drastis. Hasil akhirnya tidak bisa diprediksi. Meski energi Dewa Rahsa sangat otoriter, jangan lupa ini adalah Kuil Dewa Laut di Pulau Dewa Laut yang dikelilingi lautan. Siapa pemenangnya masih belum jelas, namun bisa dibayangkan Tang San yang diperebutkan dua dewa ini pasti akan menderita, mungkin bahkan mengalami kehancuran total.
“Kecerdasan dan kebijaksanaan Tang San memainkan peran penting di saat-saat genting. Daripada tergoda oleh kekuatan Dewa Rahsa, ia malah mencengkeram erat tangan kirinya sendiri, bahkan mundur beberapa langkah untuk menjauhkan diri dari Pedang Iblis Raksasa Pembunuh. Dengan gigih menahan daya tarik kuat yang dipancarkan senjata itu, ia berhasil tidak terjebak.”
“Tang San, ada apa denganmu?” tanya Bo Saixi yang memperhatikan gerakan anekanya.
Tang San tersenyum getir, “Tidak apa. Hadiah dari kakek benar-benar istimewa. Tapi bagaimanapun, lebih baik aku menyelesaikan warisan takhta Dewa Laut dulu. Energi dalam Pedang Iblis Raksasa Pembunuh peninggalan kakek terlalu otoriter. Jika aku menerimanya sekarang, mungkin akan mengganggu proses penerusan kekuatan Dewa Lautku.”
Bo Saixi memandangnya dalam-diam sebelum mengangguk pelan, “Baiklah. Dengan menyelesaikan warisan Dewa Laut lebih cepat, aku juga bisa segera bebas.” Sambil berkata demikian, ia melambaikan tangan kanannya untuk mengarahkan Pedang Iblis Raksasa Pembunuh kembali ke sudut paling pinggir Kuil Dewa Laut.
Dengan jarak yang semakin menjauh dari senjata itu, daya tariknya pun melemah. Ekspresi wajah Tang San berangsur pulih. Dalam hal tekad baja, pengalaman hidupnya yang penuh cobaan menjadikannya salah satu manusia terkuat di masanya. Segera ia mengalihkan dorongan dalam pikirannya, lalu menoleh ke platform terbesar di bagian tengah kuil - tempat dimana dulu ia mencabut Trisula Dewa Laut.
Bo Saixi berkata, "Panggil semua rekan-rekannya masuk. Energi Dewa Laut terlalu besar. Saat kamu mewarisi tahta dewa, akan ada banyak energi yang tumpah. Agar tidak menghancurkan tempat ini, dengan bantuan mereka, energi yang tumpah bisa diserap sekaligus melindungi tempat ini dari kerusakan."
"Sesepuh, sebelum warisan dimulai, ada sesuatu yang harus saya beri tahu." Sambil berkata demikian, Tang San mengangkat trisula Dewa Laut di tangannya dan menyerahkannya ke hadapan Bo Saixi.
Bo Saixi tertegun sejenak. Ketika pandangannya jatuh pada lubang di bawah bilah utama trisula Dewa Laut, ekspresi wajahnya berubah drastis, "Hati Dewa Laut mana? Apa yang terjadi?"
Sebelumnya setelah bertemu Tang San, hati Bo Saixi dipenuhi siluet Tang Chen sehingga tidak memperhatikan trisula Dewa Laut di tangan Tang San. Baru ketika Tang San sendiri menyerahkan trisula itu, Bo Saixi menyadari masalah besar ini.
Tang San berkata dengan getir, "Ini semua salahku yang gagal melindungi trisula Dewa Laut. Ceritanya begini..." Ia menceritakan bagaimana dirinya dikejar-kejar Qian Renxue, bagaimana Hati Dewa Laut hancur di saat-saat terakhir, dan bagaimana kekuatan ilahi Dewa Laut melindunginya hingga bisa melarikan diri ke laut.
Mendengar penuturan Tang San, ekspresi wajah Bo Saixi semakin berubah suram. Matanya terus berkedip-kedip saat menatap trisula Dewa Laut di hadapannya.
“……，Begitulah, untuk menyelamatkanku, Hati Dewa Laut hancur. Sesepuh, Anda adalah Douluo Dewa Laut, Pendeta Tertinggi Pulau Dewa Laut. Apakah ada cara untuk memulihkan Hati Dewa Laut? Jika tidak, bisakah aku tetap menerima warisan Dewa Laut?”
Cahaya di mata Bo Saixi terus berkedip, menunjukkan ekspresi berpikir, namun ekspresi wajahnya tetap muram. Jelas, kehancuran Hati Dewa Laut bukanlah sesuatu yang mudah dipulihkan.
“Tang San, masih ingatkah ujian ketujuh Dewa Laut yang pernah kau jalani, mencabut Senjata Dewa, trisula Dewa Laut?”
Tang San mengangguk, “Tentu saja ingat.”
Bo Saixi bertanya dengan suara berat, “Kalau begitu kau pasti ingat, saat pertama kali melihat trisula itu, ia juga tidak memiliki Hati Dewa Laut. Setelah kau mencabutnya, barulah kau menanamkan Hati Dewa Laut di dalamnya. Sebenarnya Hati Dewa Laut-lah yang membawamu ke sini. Warisan Kedewaan Laut terutama terletak pada Hati Dewa Laut. Hati ini tidak akan berada di Pulau Dewa Laut. Lokasinya bahkan tidak diketahui olehku sebagai Pendeta Tertinggi. Hanya ketika menemukan kandidat yang cocok untuk mewarisi Kedewaan Laut, barulah ia akan menyatu dan membimbing sang terpilih ke sini untuk menjalani Ujian Dewa Laut. Hanya dengan melewati semua ujian, seseorang bisa menjadi Dewa Laut. Pentingnya Hati Dewa Laut bisa dibayangkan.”
“Berdasarkan situasi yang kamu jelaskan, pertama saya bisa memastikan dua hal. Pertama, tingkat pengakuan Hati Dewa Laut terhadapmu sangat tinggi, sehingga ia rela rusak sendiri demi menyelamatkan nyawamu. Namun di sisi lain, trisula Dewa Laut juga kehilangan kewaskitaannya karena hancurnya Hati Dewa Laut. Hal ini membuatmu kehilangan kemampuan senjata dewa ini. Data yang ditinggalkan Dewa Laut menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan Yang Mulia Dewa Laut dahulu dilepaskan melalui trisula Dewa Laut. Bisa dibayangkan betapa penting peran trisula Dewa Laut dalam proses warisan ini. Kamu berhasil membunuh Raja Paus Iblis Samudra Dalam, dan menyelesaikan tes sebelumnya dengan begitu gemilang. Jika trisula Dewa Laut masih utuh, saya hampir yakin proses warisanmu akan berjalan sangat lancar. Tapi sekarang tanpa Hati Dewa Laut, kehilangan bantuan trisula Dewa Laut, saya tidak tahu apa yang akan terjadi dalam proses penerusan Kedewaan Dewa Laut ini.”
Tang San bertanya: “Apakah benar-benar tidak ada cara untuk memperbaiki Hati Dewa Laut?”
Bo Saixi menghela nafas: “Sudah saya katakan, Hati Dewa Laut adalah entitas yang bahkan saya tidak pahami. Saya juga tidak tahu cara memperbaikinya. Mungkin jika kamu bisa menyelesaikan warisan Dewa Laut, trisula ini akan pulih sendiri. Tapi proses warisannya akan menjadi sangat sulit. Kamu adalah cicit Tang Chen, keturunan terhebatnya, mencapai level 99 di bawah usia 30 tahun. Sejujurnya Tang San, dari sudut pandang pribadi saya atau kakek buyutmu, saya tidak ingin kamu meneruskan warisan ini. Ingat, sekali warisan gagal, satu-satunya akhir bagimu adalah kematian.”
Tang San menghela napas, "Sesepuh, maksud baik Anda saya pahami. Tapi saya tidak mungkin mengurungkan niat untuk meneruskan warisan Dewa Laut. Jika di dunia ini tidak pernah muncul dewa, mungkin dengan kekuatan level 99 saya saat ini sudah cukup untuk menghadapi situasi, menjadi dewa atau tidak tidak masalah. Tapi sekarang sudah muncul Dewa Malaikat, jika saya tidak bisa menyelesaikan warisan Dewa Laut, maka tidak akan ada yang bisa menandinginya di dunia ini. Saya tidak boleh membiarkan Kekaisaran Wuhun menyatukan seluruh benua. Jika Anda tidak mengizinkan saya mewarisi Dewa Laut, maka saya akan mengambil risiko lebih besar untuk mencoba mewarisi Dewa Rahsa yang ditinggalkan kakek buyut saya. Tapi Anda juga tahu, bahkan kakek buyut yang luar biasa berbakat itu akhirnya harus meregang nyawa. Lagipula dalam tubuh saya sudah terkumpul banyak energi Dewa Laut, jika memilih mewarisi Dewa Rahsa, risikonya mungkin akan lebih mengerikan. Karena itu, Sesepuh, mohon pengertiannya. Saya sudah berjanji pada trisula Dewa Laut, bagaimanapun juga harus memulihkannya. Dia adalah rekan saya, saya tidak boleh membiarkannya kehilangan spiritualitas selamanya."
Bo Saixi menatap Tang San, "Benarkah Anda sudah mantap? Tanpa bantuan trisula Dewa Laut, proses warisan Anda kemungkinan besar sangat berbahaya. Seperti warisan Dewa Malaikat yang membutuhkan Set Malaikat sebagai media untuk membantu penerus menyerap energi dewa, warisan Dewa Laut juga membutuhkan energi trisula Dewa Laut sebagai pengantar proses warisan. Tanpa trisula Dewa Laut, Anda tidak akan memiliki penyangga selama proses warisan. Dan mungkin akan menghadapi ujian yang lebih berat lagi."
Tang San mengangguk diam-diam, "Sesepuh, Anda tidak perlu membujukku lagi. Aku sudah bulat tekad. Meneruskan warisan Dewa Laut adalah satu-satunya pilihanku. Aku tidak punya jalan mundur."
Bo Saixi menghela nafas panjang, "Tang San, keteguhanmu persis seperti kakek buyutmu. Keluarga Tang memang terkenal dengan temperamen keras. Meski kau terlihat lebih teliti dan pendiam, tetap saja sama."
Tang San tidak menjawab, namun sorot matanya yang semakin teguh telah memberi jawaban pada Bo Saixi. Ya, dia tidak punya pilihan. Untuk mengalahkan Qian Renxue, membalas dendam untuk orang tua dan Xiao Wu, mengakhiri perang di benua secepatnya - semua ini harus dia lakukan.
Bo Saixi melambaikan tangan, seolah kelelahan, lalu berbalik menuju platform di pusat gravitasi aula besar. "Panggil rekan-rekanmu masuk."
Tang San mengangguk pelan, "Sesepuh, mohon rahasiakan ini. Aku tidak ingin rekan-rekannya mengkhawatirkanku."
Bo Saixi mengangguk diam-diam.
Tang San kemudian membuka pintu Kuil Dewa Laut, melangkah keluar menyambut cahaya.
Tujuh Penjaga Pilar Suci Dewa Laut dan Enam Monster Akademi Shrek sedang menunggu di luar. Melihat Tang San keluar, sorot mata Xiao Wu dan yang lain penuh tanya.
Tang San mengangguk ringan pada mereka, "Mari ikut aku masuk. Proses warisan akan dimulai."
Wajah Tujuh Penjaga Pilar Suci Dewa Laut serentak berubah. Penyihir Perempuan Laut ingin berbicara, namun dihalangi oleh Dou Luo Hailong.
Saat itu, Tang San sepenuhnya tenggelam dalam warisan yang akan dilakukan, tidak menyadari detail-detail ini. Ia memanggil rekan-rekannya lalu berbalik menuju Kuil Dewa Laut.
Dou Luo Hailong menatap tajam ke enam Dou Luo Penjaga Tujuh Pilar Suci lainnya. Di bawah kepemimpinannya, mereka serentak bersimpuh satu lutut dan berseru khusyuk: "Hormat pada Kepergian Yang Mulia."
Pintu berat Kuil Dewa Laut menutup rapat setelah Shrek Tujuh Monster masuk, memisahkan segala yang di dalam dan luar. Penyihir Perempuan Laut tidak bisa lagi menahan gejolak semangat, "Mengapa... Mengapa warisan kedewaan harus dilakukan? Yang Mulia Bo Saixi sudah terlalu menderita..."
Dou Luo Hailong menghela nafas, "Penyihir Perempuan Laut, jangan bicara sembarangan. Kau lupa misi kita? Tugas kita adalah menantikan turunnya Dewa Laut generasi baru. Menyaksikan ini langsung, kita sudah lebih beruntung dari generasi penjaga pilar sebelumnya."
Penyihir Perempuan Laut tersedu, "Tapi warisan Dewa Laut membutuhkan pengorbanan nyawa Yang Mulia Bo Saixi!"
