"Tapi warisan Dewa Laut membutuhkan pengorbanan nyawa Yang Mulia Bo Saixi!" Penyihir Perempuan Laut menatap pintu yang telah tertutup rapat, suaranya tersendat. "Apa kalian lupa? Berapa banyak Yang Mulia telah membantu kita. Tanpa Beliau, kita takkan ada. Tapi kini kita harus melihatnya mati. Aku tak sanggup."
Haima Douluo menghela napas, berkata: "Situasi Yang Mulia juga telah kalian lihat. Mungkin, ini hasil terbaik baginya. Sejak orang itu kembali ke sini, Yang Mulia telah berubah. Tidakkah kau lihat, hatinya telah mati bersama kematian orang itu. Hidup justru lebih menyakitkan baginya."
"Cukup, hentikan semua. Mari kita menunggu kedatangan Yang Mulia Dewa Laut. Juga mendoakan Yang Mulia Bo Saixi." Hailong Douluo perlahan berjalan ke depan, berlutut satu kaki dengan kedua tangan menyusun suatu postur di depan dada, tak lagi berbicara.
Enam Penjaga Pilar Suci lainnya, termasuk Penyihir Perempuan Laut yang dipenuhi ketidakrelaan, berbaris di belakang Hailong Douluo dan bersujud. Tujuh wajah itu memancarkan kesedihan mendalam, diam-diam bergumamkan doa.
Di dalam Kuil Dewa Laut.
Setelah pintu tertutup, ruangan ini langsung berubah gelap gulita. Meski bukan pertama kali di sini, sensasi kali ini benar-benar berbeda. Tatapan Xiao Wu, Dai Mubai, Oscar, Ning Rongrong, Ma Hongjun, Zhu Zhuqing tertumpu pada Tang San. Dia akan menerima warisan Kedewaan! Begitu selesai, dia akan menjadi dewa sejati. Itu adalah dewa! Seorang dewa sesungguhnya.
Napas setiap orang tanpa sadar menjadi terburu-buru, pandangan mereka pada Tang San juga terlihat agak halus. Emosi yang paling dominan adalah kegembiraan dan kekaguman. Tentu saja, ada juga sedikit kekhawatiran. Meski mereka tidak tahu dampak besar pecahnya Hati Dewa Laut terhadap warisan Tang San, mereka tetap memahami bahwa warisan Kedewaan adalah hal yang penuh risiko.
Dai Mubai mengangkat tangan kanannya dengan cepat dan menggenggam bahu Tang San, "Xiao San, kamu harus berhasil."
Oscar mengeluarkan berbagai sosis kelas tinggi terbaiknya dan menyerahkannya ke Tang San, mendukungnya melalui tindakan. Tang San tersenyum dan menggelengkan kepala. Kemampuan bantuan Ahli Jiwa manusia tidak berpengaruh pada dewa, hal ini terlihat saat Tang San membunuh Raja Paus Iblis Samudra Dalam dengan kekuatan Dewa Rahsa sementara namun tidak bisa menerima peningkatan dari Menara Sembilan Permata Ning Rongrong. Jadi sosis-sosis ini tidak akan berguna dalam proses warisannya.
Ma Hongjun langsung memeluk Tang San erat-erat, "San Ge, kamu selalu menjadi idolaku. Menurutku tidak ada yang tidak bisa kamu lakukan. Kali ini juga sama."
Ning Rongrong seolah bersepakat dengan Zhu Zhuqing, kedua gadis itu datang ke sisi kiri dan kanan Tang San, lalu berjinjit serempak mencium pipinya.
Ning Rongrong tersenyum manis, "Katanya dukungan dari gadis cantik bisa memberi kekuatan tak terbatas, San Ge, jangan kecewakan kami ya." Anehnya, Dai Mubai dan Oscar sama sekali tidak menunjukkan kecemburuan, mata mereka hanya penuh dukungan.
Xiao Wu terakhir mendatangi Tang San. Yang lain mundur ke samping, sengaja tidak memandang mereka. Memberikan waktu terakhir ini khusus untuk berdua.
Tang San menggenggam kedua tangan Xiao Wu, membawanya ke dekat mulutnya, "Xiao Wu, aku pernah melamarmu, dan kau pernah menerimaku. Tenang saja, seberat apapun rintangan, demi menjadikanmu pengantinku, aku pasti akan berhasil."
Lingkaran mata Xiao Wu memerah. Ia tiba-tiba menerjang ke dada Tang San, kedua telapak tangan menempel di pipinya, memandangnya dengan tatapan penuh kerinduan, "Kakak, aku cinta padamu. Demi aku, kau harus tetap hidup. Ingatlah, tak peduli kau manusia, dewa, atau hantu, aku akan selalu mengikutimu."
Tang San paham makna tersembunyi dalam perkataan Xiao Wu. Dadanya sesak, ia memeluk Xiao Wu erat-erat, mencium cap trisula merah darah di dahinya. Baru kemudian melepaskan pegangan, melayang keluar seketika. Siluetnya berkedip, telah mendarat di platform tempat dulu ia mencabut trisula Dewa Laut.
Tiba-tiba, Enam Monster Akademi Shrek jelas merasakan fluktuasi energi khusus menyelimuti tubuh mereka. Di dahi mereka, pola magis yang pernah muncul sebelumnya kembali terlihat. Baik itu pentagram hitam, heksagram, maupun lambang tujuh bintang merah milik Ning Rongrong. Cahaya dari keenam dali tersebut menyala hampir bersamaan, menambahkan kilau di dunia gelap ini.
Seolah ada kekuatan misterius yang menarik mereka, keenam orang itu melayang keluar secara serempak dan mendarat di masing-masing platform.
Suara berat Bo Saixi Sang Dou Luo Dewa Laut bergema dalam Kuil Dewa Laut, "Apakah kalian semua sudah siap?"
"Ya, kami siap!" Seru Shrek Tujuh Monster termasuk Tang San serentak. Momen yang menentukan takdir mereka akhirnya tiba. Mustahil mengatakan mereka tidak gugup, namun di titik ini tak ada lagi jalan mundur. Keyakinan teguh akan kesuksesan mengisi relung hati. Setiap orang menampilkan kondisi terbaik mereka.
Bo Saixi perlahan mengangkat tongkat kekuasaan emas sepanjang tiga meter yang dipenuhi ukiran magis. Di ujung tongkat berbentuk tombak belah ketupat, terpasang permata keemasan berbentuk belah ketupat lima inci di bawah mata tombak. Saat tongkat itu diacungkan tinggi, cahaya terang dari permata tersebut tiba-tiba menyala. Seketika, menerangi seluruh Kuil Dewa Laut.
“Berdiri di pusat platform.” Bo Saixi berkata datar. Saat ini, wajahnya memancarkan semburat kemerahan tidak sehat. Dalam sekejap, dia seolah kembali muda penuh vitalitas. Kesedihan di matanya telah menghilang, digantikan oleh kegembiraan yang menyala-nyala.
Bo Saixi berteriak histeris ke langit, “Menunggu seratus tahun, akhirnya momen ini tiba. Yang Mulia Dewa Laut! Hamba-Mu akhirnya dapat menyelesaikan tugas yang Engkau amanahkan.”
Cahaya keemasan samar mulai memancar dari kaki Bo Saixi. Pada detik ini, seluruh tubuhnya memasuki kondisi khusus. Cahaya keemasan itu tak lain adalah Soul Power-nya. Ini pertama kalinya Shrek Tujuh Monster menyaksikan sang Douluo Dewa Laut benar-benar memamerkan kekuatannya.
Di bawah pengaruh cahaya keemasan itu, rambut Bo Saixi berkibar tanpa angin. Dalam sorotan cahaya keemasan yang dahsyat, satu per satu Cincin Jiwa bermunculan dari tubuhnya. Setiap cincin diselimuti kilau keemasan samar. Terlihat samar-samar, dari sembilan Cincin Jiwa tersebut, yang terendah pun mencapai level sepuluh ribu tahun.
Inilah kekuatan Pendeta Tertinggi penjaga Pulau Dewa Laut, Douluo Dewa Laut. Tak diragukan lagi, Ujian Level Delapan Top yang pernah dijalaninya dahulu telah memberinya manfaat luar biasa. Sang ahli perang tak terkalahkan di seluruh benua selama berada di wilayah laut ini, kini menggunakan kekuatannya untuk menyalakan ritual sakral.
Cahaya keemasan yang cemerlang, semakin kuat memancar hingga menerangi setiap sudut Kuil Dewa Laut. Pola magis yang pernah dinyalakan Tang San saat mencabut trisula Dewa Laut, kini bersinar kembali di bawah pancaran aura emas Bo Saixi. Aura suci ini menyucikan segala pikiran kotor dari hati setiap orang yang hadir.
Meski ini adalah warisan kedewaan milik Tang San, menyaksikan momen sakral ini juga sangat penting bagi enam anggota lainnya dari Shrek Tujuh Monster. Hanya dengan mengalami pencucian energi dewa secara langsung, mereka baru memiliki potensi mencapai tingkatan serupa di masa depan.
Tang San berdiri di samping Bo Saixi, merasakan gelombang energi yang dipancarkannya dengan decak kagum. Sebelumnya ia mengira Soul Power level 99-nya sudah setara dengan ahli seperti Bo Saixi. Namun kenyataannya, saat Bo Saixi benar-benar melepas gelombang energinya, barulah ia paham bahwa meski level sama, kekuatan sebenarnya tetap berbeda.
Bibi Dong tak ada bandingannya dengan Bo Saixi. Aura suci yang menyelimuti Bo Saixi jelas berasal dari kekuatan Dewa Laut. Energi dewa ini telah menyatu secara halus ke dalam setiap partikel kekuatannya, bahkan sembilan Cincin Jiwanya pun dipenuhi jejak aura Dewa Laut.
Jika harus mencari referensi untuk dibandingkan, Tang San hanya bisa memikirkan Qian Renxue. Bo Saixi di depannya seperti Qian Renxue tanpa Cincin Jiwa kesepuluh. Meskipun masih level 99, tidak diragukan lagi satu kakinya telah melangkah ke tingkatan dewa. Hanya karena misinya membuatnya takkan pernah benar-benar memasuki dunia itu.
Pantas saja, meski memiliki kekuatan sekuat Raja Paus Iblis Samudra Dalam, ia tak berani mendekati Pulau Dewa Laut apalagi melawannya. Dengan kehadiran Bo Saixi ditambah Kekuatan Dewa Laut yang terkonsentrasi di pulau ini, bahkan Qian Renxue sekarang pun hampir mustahil menghancurkan Pulau Dewa Laut. Inilah kekuatan yang ditinggalkan Dewa Laut, sekaligus kekuatan yang diperoleh Bo Saixi melalui kesetiaannya pada Dewa Laut.
Cahaya samar berkedip, ekspresi Tang San menjadi tenang. Ia diam-diam menunggu datangnya momen terakhir.
Siluetnya berkedip, tubuh Bo Saixi telah berpindah posisi - dari berdiri sejajar menjadi berhadapan dengan Tang San. Matanya kini memancarkan keemasan, sembilan Cincin Jiwa-nya berkembang hingga berdiameter tiga meter. Tang San merasakan aliran energi hangat menyapu tubuhnya sebelum terkungkung dalam sembilan Cincin Jiwa Bo Saixi.
Sembilan cincin jiwa berwarna keemasan secara bersamaan menyelubungi dua orang, pemandangan langka yang pertama kali disaksikan oleh Shrek Tujuh Monster. Fluktuasi energi raksasa tetap terasa lembut. Namun Kuil Dewa Laut yang telah diterangi ini kini tampak begitu mempesona.
Pola magis gemilang sebagian besar muncul dalam bentuk gelombang di dalam Kuil Dewa Laut, menutupi langit-langit kuil, dinding, serta tujuh platform suci di bawah kaki mereka. Cahaya keemasan itu mengalir perlahan seperti air raksa, fluktuasi energi sakral membuat udara di sini seakan dipenuhi jejak aura Dewa Laut.
Tongkat kekuasaan di tangan Bo Saixi kini berada di antara dirinya dan Tang San. Permata belah ketupat keemasan pada tongkat itu semakin bersinar, namun cahayanya sama sekali tidak menyilaukan. Di bawah sinar keemasan ini, Bekas Trisula Dewa Laut di dahi Tang San pun mulai berkilau, sensasi hangat tiba-tiba menyebar ke seluruh tubuhnya. Pada momen ini, Tang San merasakan setiap sel di tubuhnya seakan hidup dan menari-nari dengan penuh semangat.
Pada saat inilah energi Dewa Rahsa yang sebelumnya tidak ditekan oleh energi Dewa Laut mulai dipaksa mundur secara bertahap oleh energi hangat yang lembut itu. Energi tersebut perlahan-lahan memudar dari lengan kiri Tang San, tak lagi mampu menghalangi penyebaran energi Dewa Laut ke seluruh tubuhnya. Secara samar, Tang San merasakan energi Dewa Rahsa telah dipaksa kembali ke Haotian Hammer-nya oleh Bo Saixi yang memanfaatkan energi Dewa Laut dari Kuil Dewa Laut.
Kuil Dewa Laut ini terasa seperti formasi magis raksasa, dengan platform pusat tempat Tang San berdiri sebagai inti formasi tersebut.
Segi enam keemasan mulai bersinar di bawah kaki Tang San dan Bo Saixi. Poligon emas raksasa ini berdiameter 5 meter, dengan enam sudutnya mengarah ke enam platform lain. Enam cahaya keemasan menyembur dari setiap sudut, menghujam keenam platform tersebut. Seketika, enam pilar cahaya keemasan raksasa menjulang dari platform-platform itu, menyelimuti seluruh area platform sekaligus menelan tubuh enam rekan Tang San.
Enam anggota tim merasakan tubuh mereka tertarik oleh energi misterius. Kekuatan spiritual mereka memasuki dimensi aneh dimana gelombang spiritual khusus terhubung dengan jiwa mereka. Dalam persepsi mereka, tubuh terasa seperti menopang rumah bagai tiang-tiang penyangga, sama sekali tak bisa bergerak. Bahkan ritme napas pun dikendalikan oleh cahaya keemasan itu.
Bo Saixi menatap Tang San, senyum tipis mengembang di sudut mulutnya, "Tang San, apakah kamu benar-benar sudah siap?"
Tang San sama sekali tidak mundur, matanya yang jernih menatap mata Bo Saixi, "Ya, aku sudah siap."
Suara Bo Saixi tiba-tiba menjadi serius, "Dewa Laut adalah penguasa semua makhluk di lautan. Sebagai penerus warisan Dewa Laut, kamu harus mengerahkan semua kemampuan untuk melindungi rakyatmu. Tang San, bisakah kamu melakukan ini?"
Tang San menjawab tanpa ragu-ragu, "Aku bisa."
Bo Saixi bertanya lagi, "Dewa Laut adalah juru bicara cahaya, pengendali lautan. Bisakah kamu mempertahankan kebaikan dalam hatimu, dan menggunakan kekuatan Dewa Laut untuk keadilan selamanya?"
Tang San kembali menegaskan, "Aku pasti akan membawa keadilan Dewa Laut ke dunia manusia."
Bo Saixi berkata, "Dewa Laut memiliki kekuatan untuk menguasai seluruh lautan. Sebagai penerus warisan dan Dewa Laut generasi baru, kamu harus selalu ingat untuk tidak mencoreng keagungan Dewa Laut. Sebarkan aura Dewa Laut ke setiap sudut paling pinggir lautan, gunakan energi dewamu untuk membantu rakyatmu. Jangan biarkan musuh asing manapun menyerang."
"Ya, aku pasti akan melakukannya."
Pandangan Bo Saixi seolah ingin menembus tubuh Tang San. Saat pandangan mereka bertemu, Tang San tidak berusaha menghindar atau menghalangi, membiarkan sorot tajam Bo Saixi menyelami kedalaman matanya, bagai melihat langsung ke dalam jiwanya. Dia tahu pertanyaan Bo Saixi bukan sekadar formalitas, melainkan representasi interogasi dari Dewa Laut sendiri - bagian dari Ujian Dewa Laut. Jika ada sedikit keraguan dalam hatinya saat ini, maka warisan energi dewa Dewa Laut takkan bisa diterimanya.
Yang dilihat Bo Saixi adalah dunia batin Tang San. Sorot matanya menangkap sebuah alam mental yang sempurna tanpa cacat.
Mengangguk puas, Bo Saixi mengarahkan tongkat kekuasaannya ke depan hingga permata belah ketupat keemasan di tongkatnya menyentuh bekas Trisula Dewa Laut di dahi Tang San. "Kejayaan Dewa Laut akan terus bersinar melalui dirimu."
Semburan energi panas membakar tiba-tiba mengalir dari permata belah ketupat itu ke dalam pikiran Tang San. Jiwa pria itu terasa seperti meledak seketika. Suara berat dan penuh wibawa yang pernah beberapa kali muncul sebelumnya kembali menggema, kali ini penuh dengan semangat membara: "Ujian Dewa Laut Sembilan, Ujian Kesembilan - Proses Warisan Dewa Laut, dimulai!"
“Tidak perlu penjelasan apapun tentang tes kelayakan, hanya belasan kata sederhana ini langsung membuat semangat, energi, dan mental Tang San mencapai puncak intensitas yang belum pernah dialami sebelumnya. Enam tahun usaha, melewati delapan ujian Dewa Laut, momen terakhir akhirnya tiba. Bagaimana Tang San tidak bisa bersemangat?”
Cahaya berkilauan, Bo Saixi mengangkat tongkat kekuasaannya tinggi-tinggi. Seberkas cahaya keemasan menyambar seperti kilat, tepat menghantam posisi pusat gravitasi di puncak aula besar. Seketika, cahaya keemasan kuat memancar dari langit. Hexagram keemasan di bawah kaki Tang San langsung berpendar. Cahaya keemasan berkilauan, sinar pekat menyelubungi sepenuhnya tubuh Tang San dan Bo Saixi. Sementara cahaya keemasan yang keluar dari tongkat itu tiba-tiba menyebar, berubah menjadi total tiga belas cahaya keemasan yang jatuh dari langit, membentuk tiga belas bola api emas di sekitar hexagram.
Bayangan raksasa keemasan perlahan muncul dari belakang Bo Saixi. Siluet ini sangat familiar bagi Tang San - tak lain adalah Dewa Laut yang pernah menyelamatkan nyawanya dan mengajarinya keterampilan ilahi! Hanya saja, bayangan Dewa Laut di belakang Bo Saixi ini jauh lebih jelas daripada yang pernah Tang San lihat sebelumnya. Meski wajahnya masih samar, terlihat jelas ia mengenakan setelan baju zirah keemasan yang megah.
“Gerbang Suci segera terbuka, Kedewaan Dewa Laut akan diwariskan. Wahai Kandidat Dewa Laut! Masuklah melalui gerbang yang telah Dewa Laut bukakan untukmu. Gunakan kekuatanmu, hatimu, jiwamu, dan segala yang kau miliki untuk menerima ujian terakhir dari Dewa Laut.”
Suara Bo Saixi tiba-tiba menjadi sangat lantang, emosinya seolah mencapai puncak intensitas yang belum pernah dialami sebelumnya. Tongkat kekuasaan di tangannya hancur berantakan, bersamaan dengan sembilan Cincin Jiwa yang menyelubungi tubuhnya bersama Tang San.
Saat sembilan Cincin Jiwa itu hancur, Tang San tiba-tiba merasakan perubahan besar di ruang sekitarnya. Segala sesuatu menjadi tidak nyata. Tubuhnya tak bisa bergerak, terkunci oleh energi megah dan agung yang tak terbayangkan.
Api emas yang kuat melayang keluar mengelilingi tubuhnya, tampaknya energi yang muncul setelah Cincin Jiwa Bo Saixi hancur. Api serupa juga membakar tubuh Bo Saixi. Kesakralan dan kewibawaan di wajahnya perlahan menghilang, hanya menyisakan tatapan penuh kasih sayang kepada Tang San.
"Tidak——" Tang San berteriak histeris, tapi tak ada suara yang keluar. Ia menyaksikan api emas di tubuh Bo Saixi berubah perlahan dari keemasan menjadi keemasan terang, lalu ke keemasan kemerahan. Di tengah perubahan warna api ini, tubuh Bo Saixi perlahan menghilang.
"Anak, jangan bersedih, ini adalah takdirku. Sejak aku menjadi Pendeta Tertinggi Pulau Dewa Laut, pengurus Kuil Dewa Laut, hari ini sudah ditakdirkan datang. Sebagai Pendeta Tertinggi Pulau Dewa Laut, aku tidak hanya harus melindungi segala sesuatu di Pulau Dewa Laut, menyebarkan berkah Dewa Laut, tapi juga menjadi penuntun bagi Dewa Laut generasi baru. Sekarang, semua itu telah kuselesaikan. Selanjutnya, kau hanya bisa mengandalkan kekuatanmu sendiri. Anak, aku telah hidup lebih dari seratus tahun, sama seperti kakek buyutmu. Di usia kami ini, tidak bisa disebut meninggal muda. Jangan berduka, aku harus menunaikan misi yang diberikan Yang Mulia Dewa Laut. Dalam hal ini, statusku sama dengan Qian Daoliu. Sekarang bisa kukatakan, meski Qian Renxue sudah menjadi dewa, Qian Daoliu sebagai penuntunnya pasti juga akan berkorban seperti diriku demi warisan kedewaan. Ini adalah kewajiban kami. Hanya dengan menggunakan tubuh kami sebagai perantara, energi kami sebagai jembatan penghubung, barulah kekuatan dewa sejati bisa dibangkitkan untuk membantumu menyelesaikan warisan kedewaan ini. Andaikata Tang Chen masih hidup, mungkin akan ada penyesalan, tapi sekarang dia telah pergi lebih dulu, apa lagi yang harus kupertahankan?"
Penglihatan Tang San sudah kabur. Saat ini, serpihan kenangan bermunculan di pikirannya. Ia masih ingat jelas bagaimana Bo Saixi pernah menunjukkan niat membunuh selama tes kelayakan setelah mengetahui dirinya akan menjalani Ujian Dewa Laut Sembilan. Sekarang baru ia pahami alasan reaksi Bo Saixi saat itu - penerusan gelar Dewa Laut-nya membutuhkan pengorbanan nyawa Douluo Dewa Laut ini sebagai penuntun!
Tang San juga teringat ekspresi Tujuh Penjaga Pilar Suci Dewa Laut saat mereka kembali ke Pulau Dewa Laut. Rupanya, keraguan mereka bukan karena misi yang hampir selesai, melainkan kesedihan atas ritual persembahan Bo Saixi Sang Dou Luo Dewa Laut demi warisan Dewa Laut.
Andai tahu konsekuensi ini, akankah dirinya tetap memilih meneruskan warisan Dewa Laut? Demi kelangsungan Dewa Laut, Bo Saixi tidak hanya mengorbankan masa muda dan seluruh hidupnya, namun di ujung jalan bahkan harus merelakan nyawanya.
"Anak, jangan menangis. Kematian tidak menakutkan, bagiku ini justru merupakan pembebasan. Awalnya, saat kamu memulai Ujian Dewa Laut Sembilan, hatiku masih dipenuhi ketidakrelaan, bahkan perasaan tidak seimbang dan penolakan. Aku pernah mencoba mempengaruhi tesmu dengan kekuatanku sendiri. Bukan karena takut mati, apalagi ingin melanggar perintah Yang Mulia Dewa Laut. Tapi karena masih ada satu hal penting yang belum terselesaikan - aku ingin bertemu Tang Chen. Sekarang keinginanku telah kau penuhi. Di kehidupan ini, kami tak sempat menjadi sepasang kekasih. Kini aku akan menyusulnya. Di dunia lain, pasti kami bisa bersama. Selanjutnya, semua hanya bergantung pada kekuatanmu sendiri. Meski tanpa bantuan trisula Dewa Laut, aku telah menyaksikan terlalu banyak keajaiban yang kau ciptakan. Percayalah kali ini pun tak akan berbeda. Kau pasti berhasil menjadi Dewa Laut sejati. Bisa mengantarmu ke jalan warisan Dewa Laut, menyaksikanmu melangkah ke tahap akhir ini - sebenarnya aku lebih beruntung dibanding Tang Chen. Pergilah anakku, terima ujian terakhir Yang Mulia Dewa Laut dengan keteguhan, keberanian, dan tekad tak terbatas. Semoga sukses..."
Suara Bo Saixi semakin melemah dan menjauh, tubuhnya perlahan menghilang dalam api keemasan kemerahan. Energi di sekitarnya tiba-tiba menjadi ganas, cahaya kemerahan keemasan berubah menjadi pilar cahaya raksasa yang menelan sepenuhnya tubuh Tang San.
Hati Tang San sangat pedih, pedih sekali. Kematian Tang Chen sendiri sudah cukup mengejutkannya, namun pengorbanan Bo Saixi demi warisannya saat ini membuat hatinya seperti ditusuk belati. Sepasang orang tua ini harus mengalami cobaan berat di masa tuanya. Takdir terlalu tidak adil bagi mereka.
Kesakitan hebat menggerogoti hati Tang San. Meski suhu di sekujur tubuhnya semakin panas membakar, tak ada artinya dibandingkan penderitaan batinnya.
Sesepuh Bo Saixi, pengorbananmu tidak akan sia-sia! Aku pasti akan mewujudkan wasiatmu dan kakek buyutku, mewarisi Kedewaan Dewa Laut. Tang San memang sosok yang pantang menyerah. Dia takkan tenggelam dalam kesedihan, melainkan mengubah kesedihan menjadi kekuatan fisik. Seketika itu juga, tekadnya mengeras bagai baja. Menatapi api emas kemerahan di sekelilingnya tanpa sedikitpun rasa takut, dia mengangkat dadanya dengan gagah.
Gerakan inilah yang membuat Tang San menyadari tubuhnya bisa bergerak lagi. Semua api kemerahan tiba-tiba menyatu di hadapannya, membentuk pintu raksasa yang berkobar dengan nyala keemasan kemerahan.
Disebut pintu, namun tak ada daun pintu sesungguhnya. Bentuknya menyerupai gerbang dari lidah api, seolah nyala keemasan kemerahan itu sedang memanggilnya.
Tang San tahu, ini adalah Gerbang Warisan Dewa Laut yang dibeli Bo Saixi dengan nyawanya. Dialah yang membuka pintu ini untukku!
Dengan napas dalam yang kuat, memenuhi paru-parunya, Tang San erat menggenggam trisula Dewa Laut di tangan kanannya, melangkah tanpa ragu menuju gerbang keemasan kemerahan itu.
……
Di pesisir. Qian Renxue yang mengenakan gaun istana megah tiba-tiba membuka matanya tanpa peringatan, menatap lautan tak bertepi. Dua semburan api emas padat tiba-tiba dimuntahkan dari pupil matanya. Di belakangnya, Pedang Suci Malaikat muncul seketika, perlahan melayang dari belakang ke hadapannya.
Ekspresi aneh muncul di wajah Qian Renxue, "Akan dimulai? Tang San, kau memang tak mengecewakanku. Pantas menjadi satu-satunya pria yang kusukai seumur hidup. Kutunggumu di sini. Setelah mewarisi tahta Dewa Laut, lihatlah siapa yang akan menang - kau yang mengalahkanku atau aku yang menaklukkanmu."
Tak lagi berusaha menghalangi proses warisan ketuhanan Tang San, kekuatan ilahi Qian Renxue kini telah mencapai pencerahan sejati. Hatinya, melalui latihan intensif selama ini, benar-benar memasuki tingkatan tertinggi dewa. Semua kemampuan Dewa Malaikat secara bertahap dicerna dan diserapnya. Kini, ia telah menjadi Dewa Malaikat sejati yang benar-benar menguasai kekuatan ilahi.
……
Saat tubuhnya menembus gerbang api keemasan kemerahan, Tang San merasa seluruh tubuhnya terikat. Tekanan tak kasat mata seolah ingin menghancurkan tubuhnya. Namun saat langkahnya melewati ambang gerbang, semua tekanan itu lenyap seketika. Pemandangan sekitar berubah drastis, membawanya ke dunia yang sama sekali baru.
Ini adalah dunia biru. Begitu tiba di sini, Tang San langsung menyadari meski Tekanan pada tubuh telah hilang, ia tak bisa bernapas. Sekelilingnya adalah biru tua yang Menembus. Tubuhnya perlahan menyelam ke bawah.
Ini... Dengan kewaspadaan, Tang San mengamati sekeliling. Dalam proses penyelaman tubuhnya, ia telah memahami di mana lokasinya sekarang.
Berbeda dengan Kuil Malaikat asli tempat Qian Renxue menerima warisan Dewa Malaikat, tempat yang dituju Tang San justru adalah dunia bawah laut.
Dewa Malaikat adalah milik langit, sedangkan Dewa Laut adalah penguasa samudera. Maka saat menerima warisan Dewa Malaikat, Qian Renxue berada di Kuil Malaikat di hamparan langit tak berujung. Sementara warisan Kedewaan Dewa Laut Tang San justru muncul di dunia bawah laut. Tentu saja, dunia bawah laut ini tidak eksis di realitas. Hanya dengan melewati Gerbang Warisan Dewa Laut, seseorang bisa mencapai tempat ini.
Tubuh yang menyelam jelas disebabkan berat trisula Dewa Laut di tangan. Kecepatan penyelaman Tang San sangat tinggi, sementara Tekanan di sekeliling tubuhnya mulai meningkat. Namun cahaya sekitar tidak berubah meski tubuhnya terus turun.
Inikah tempat warisan Dewa Laut? Dengan Kilauan Dewa Laut, Tang San mengendalikan trisula Dewa Laut-nya, menjaga beratnya setara dengan daya apung air laut. Bersamaan itu, tubuhnya pun melayang di dalam air laut yang cahayanya konstan ini. Ia harus melihat situasi sekitar dengan jelas terlebih dahulu.
Menstabilkan tubuh, menenangkan pikiran, mengubur kesedihan atas ritual persembahan Bo Saixi di dasar hati, barulah Tang San mulai mengobservasi segala sesuatu di hadapannya.
Saat pandangannya beralih dari horizontal ke bawah, hatinya tiba-tiba dilanda kekaguman tak terbandingkan. Ekspresi wajahnya membeku pada detik ini.
Apa itu? Yang dilihat Tang San adalah istana. Ya, tepat di bawahnya sekitar satu kilometer, di tengah lautan dengan pencahayaan konstan ini, berdiri megah sebuah istana raksasa.
Dengan Soul Power level 99 dan Xuantian Gong yang mencapai tingkat tertinggi, Tang San sepenuhnya mampu mengandalkan pernapasan internal untuk menopang tubuhnya, setidaknya tidak akan ada masalah dalam waktu singkat. Namun pemandangan ajaib ini nyaris membuatnya menelan air laut karena terkesiap.
Ukuran istana itu sepuluh kali lebih besar daripada istana terbesar di Kekaisaran Tian Dou yang pernah diliat Tang San. Bahkan dari jarak seribu meter, kemegahannya tetap terasa.
Istana tunggal ini berdiri di dasar laut. Dari penglihatan, tinggi bangunan ini minimal 200 meter dengan panjang dan lebar melebihi kilometer. Sungguh istana yang luar biasa! Di sekelilingnya tampak selubung cahaya keemasan samar yang nampaknya menjadi sumber penerangan dunia bawah laut ini.
"Indah sekali," gumam Tang San dalam hati. Inilah kuil Dewa Laut yang sesungguhnya. Dengan mengendalikan tubuh menggunakan berat trisula Dewa Laut, Tang San perlahan turun menuju kuil tersebut. Warisan Kedewaan Dewa Laut tak diragukan lagi akan dilangsungkan di dalam kuil megah ini.
“Segera, Tang San tiba di tepi lapisan cahaya keemasan itu. Saat hendak langsung menembus lapisan cahaya untuk masuk, masalah muncul.”
“Suara dingin tanpa jejak aura kehidupan menggema di air laut sekitarnya. Munculnya suara ini membuat air laut bergetar halus.”
“Hanya pemilik Hati Dewa Laut yang boleh memasuki Kuil Dewa Laut. Tanpa Hati Dewa Laut, dilarang masuk.”
“Asal suara dan siapa pengirimnya tidak penting bagi Tang San. Yang krusial, ia menyadari dirinya benar-benar tak bisa memasuki lapisan cahaya keemasan tipis ini.”
“Entah dari energi apa lapisan ini terbentuk, tapi kekerasannya luar biasa. Lapisan cahaya sekeras baja itu menghalangi Tang San di luar.”
“Bagaimana? Tak bisa memasuki lapisan cahaya ini jelas berarti mustahil meneruskan warisan Dewa Laut. Tapi bagaimana Tang San bisa menunjukkan Hati Dewa Laut? Untuk menyelamatkannya, Hati Dewa Laut sudah hancur. Warisan ada di depan mata, tapi tanpa Hati Dewa Laut, masalah besar Tang San telah dimulai.”
Tang San berdiri tenang di atas selubung cahaya, tidak patah arang oleh rintangan yang muncul. Dia sangat memahami: jika kekuatan ilahi Dewa Laut rela menyelamatkannya dengan mengorbankan Hati Dewa Laut dulu, maka warisan ini pasti memberi kesempatan. Meski selubung ini terasa kokoh, menurut penilaiannya pertahanannya setara tingkat dewa. Namun melalui metode Palu Daya Xumi dan kekuatan fisiknya sendiri, Tang San telah memiliki daya serang setara dewa. Mungkin menghancurkan selubung ini bukan hal mustahil.
Sambil berpikir, Tang San memutar trisula Dewa Laut di tangannya hingga bilahnya menghadap ke bawah. Kedua tangannya mencengkeram gagang trisula erat-erat. Skill Kendali Gravitasi diaktifkan, membuat berat trisula langsung mencapai 1.080.000 jin. Bersamaan itu, Hunwu Kaisar Blue Silver Grass-nya pun muncul. Soul Power terkonsentrasi penuh, Kilauan Dewa Laut menyambar keluar dari Bekas Trisula di dahinya, menyuntikkan energi ke dalam trisula. Dia sudah siap menghancurkan selubung ini dan menerobos masuk ke Kuil Dewa Laut.
