Saat pasukan besar Kekaisaran Tian Dou keluar dari tenda untuk pertempuran terakhir melawan pasukan besar Kekaisaran Wuhun, Tang San dan rekan-rekannya akhirnya berhasil kembali tepat waktu.
Setelah mengalahkan Qian Renxue sebelumnya, dia hanya tertunda beberapa jam untuk membantu rekan-rekannya menyerap Cincin Jiwa masing-masing. Setelah berhenti sebentar di Pulau Mutiara Ungu, mereka segera berangkat kembali. Qian Renxue yang terluka dalam perjalanan dan beristirahat semalam di Gerbang Jialing untuk memulihkan keadaan, memungkinkan Tang San muncul di medan perang pada waktu yang tepat.
Kemunculan tiba-tiba Kekuatan Dewa Laut Tang San di atas pasukan Kekaisaran Tian Dou langsung membuat Qian Renxue cemas sambil mengepal erat kedua tinju. Sementara itu, suasana di pihak Kekaisaran Tian Dou justru menunjukkan panorama yang sama sekali berbeda.
"Melihat Tang San dan enam anggota tim lainnya kembali, Xue Beng yang duduk di atas kuda perang nyaris pingsan karena bahagia. Berkali-kali ia berdoa agar Tang San bisa kembali tepat waktu. Ketika kenyataan ini benar-benar terjadi, kebahagiaan yang membanjiri hatinya tak terucapkan. Bahkan dengan gerakan spontan yang agak histeris, ia mencabut pedang kerajaannya dan berseru ke langit:
"Turunnya Dewa Laut, Raja Lan Hao Hidup!"
Teriakannya seketika membangkitkan pasukan besar Kekaisaran Tian Dou yang masih bingung dengan kemunculan Tang San. Mereka mungkin bingung melihat baju dewa laut yang dikenakan Tang San, namun trisula Dewa Laut di tangannya tak mungkin palsu. Melihat Tang San mengangkat trisula Dewa Laut dengan cahaya lebih mempesona dari sebelumnya, aura kuat dari baju dewa laut yang megah itu langsung memenuhi mata para prajurit dengan sorotan fanatik. Mereka mungkin tak mengerti mengaja Yang Mulia Kaisar menyebut Raja Lan Hao sebagai Dewa Laut, namun mereka yakin sepenuhnya: di bawah pimpinan Raja Lan Hao, Kekaisaran Wuhun pasti akan dihancurkan."
Dan teriakan Xue Beng "Hidup" jelas menempatkan Tang San pada posisi setara dengannya, bahkan lebih tinggi. Ini seharusnya tidak logis, namun kemunculan Tang San bisa dikatakan sebagai pertanda mengubah keadaan kritis sekali lagi. Dengan kehadirannya, pasukan sejuta tentara Kekaisaran Tian Dou memiliki poros utama. Dengan kehadirannya, perang ini bukan lagi aksi bunuh diri, melainkan kesempatan emas untuk membunuh musuh.
Tang Hao mengangkat kepalan tangan dengan penuh semangat, menatap putranya di udara, hatinya dipenuhi kesombongan dan kebanggaan. Dewa, ya! Putranya akhirnya menyelesaikan warisan Dewa Laut, kembali tepat di momen paling genting ini.
Kegembiraan Master bahkan melebihi Tang Hao. Tang San adalah hasil cetakannya sendiri, seluruh pengetahuannya telah diturunkan pada Tang San. Menyaksikan Tang San akhirnya mengatasi penghalang level 100, melepaskan energi dewa yang luar biasa di tengah hampa, Master tak bisa menahan gejolak perasaan. Dalam hati ia berteriak histeris: Ayah, Kakek, andai kalian masih hidup! Yu Xiaogang ini bukan sampah! Aku tidak mempermalukan Keluarga Blue Lightning Tyrant Dragon! Meski Hunwuku bermutasi dan rusak, tapi aku telah mencetak seorang dewa, seorang dewa!
Meskipun ini berada di medan perang, air mata gejolak semangat tetap mengalir dari mata Master. Ia telah menunggu hari ini sejak lama. Ketika hari itu benar-benar tiba, apalagi di momen penting seperti ini, ia tak lagi bisa menahan gejolak dalam hatinya. Hidupnya bisa dikatakan sebagai tragedi, sungguh sulit untuk bertahan hingga hari ini. Kini menyaksikan Tang San tingkat dewa, semua kepahitan dalam diri Master lenyap. Mencetak murid seperti Tang San adalah kesombongan seumur hidupnya.
"Laut——Dewa——Hidup——, Lan——Hao——Raja——Hidup——." Pasukan Tang Jia yang dipimpin empat ketua divisi Tangkuat, Aula Kecepatan, Aula Pertahanan, dan Aula Obat segera mengikuti teriakan Xue Beng. Kemudian, pekikan phoenix bagai longsor gunung dan tsunami bergema di pasukan besar Kekaisaran Tian Dou. Semangat mengerikan yang tak tertandingi itu membuat wajah Enam Penyembah Agung di puncak tembok Gerbang Jialing berubah serentak.
Pertempuran ini belum dimulai, semangat prajurit dari kedua belah pihak sudah jauh berbeda. Bahkan ahli tingkat puncak seperti mereka pun merasa takut menghadapi situasi mencurigakan ini. Bagaimanapun, kekuatan manusia terbatas. Bahkan Tuan Bergelar sekalipun tak berani mengaku bisa melawan satu juta pasukan. Paling-paling hanya bisa keluar tanpa cedera. Tapi ini adalah Perang. Gerbang Jialing merupakan benteng terpenting Kekaisaran Wuhun, bagaimana mungkin mereka mundur? Awalnya Enam Penyembah Agung dipenuhi keyakinan menyambut kedatangan Qian Renxue, sudah mempersiapkan kemenangan. Namun hari ini mereka tidak hanya melihat pasukan sejuta tentara Kekaisaran Tian Dou yang berkobar semangatnya, tapi juga sosok Tang San yang terbang di udara memancarkan jejak aura yang membuat mereka gemetar.
Setelah satu bulan tidak bertemu, kesan Tang San bagi Dou Luo Buaya Emas sudah berubah total. Sebulan lalu, Dou Luo Buaya Emas paling hanya merasa terkejut menghadapi Tang San. Tapi dia tetap tak paham mengapa Bibi Dong bisa kalah dari anak muda yang belum mencapai level 95 ini. Apalagi saat bertarung dulu, kekuatan Tang San sendiri sudah terkonsumsi separuh, sama sekali tidak membuat Dou Luo Buaya Emas merasakan bahaya.
Namun, satu bulan kemudian saat ini, ketika bertemu kembali dengan Tang San, perasaan Dou Luo Buaya Emas telah berubah menjadi kengerian. Karena yang dibawa Tang San padanya adalah perasaan yang tak terselami, sama seperti Qian Renxue di sampingnya. Jejak aura perkasa yang tak berbatas itu menyelubungi satu juta pasukan Kekaisaran Tian Dou bagai sentuhan akhir pada lukisan naga. Selain itu, kehadirannya telah membuat moral pasukan besar Kekaisaran Tian Dou mengalami sublimasi ke tingkatan baru. Semangat mereka sendiri sudah seperti menekan Gerbang Jialing hingga terasa goyah.
"Nona, dia..." Dou Luo Buaya Emas bertanya dengan ragu.
Ekspresi wajah Qian Renxue telah kembali tenang. Meski dalam hatinya, dia tahu pasti akan bertemu Tang San di medan perang ini, namun ketika Tang San benar-benar muncul di seberang, hatinya tetap tak bisa tenang.
"Kau tidak salah lihat. Tang San juga telah menyelesaikan warisan Kedewaan. Alasan aku terlambat datang karena terus mengejarnya. Sayang, aku gagal. Pada akhirnya dia berhasil menyempurnakan warisan itu. Warisan yang diterimanya adalah Kekuatan Dewa Laut. Penyembah Kedua, sampaikan perintahku: tarik pasuk kembali ke kota, tutup gerbang rapat-rapat. Sekaligus kerahkan semua Ahli Jiwa kerajaan untuk naik ke puncak tembok kota, pertahankan Gerbang Jialing. Pastikan pasukan Kekaisaran Tian Dou tak bisa melangkah seinci pun melewati batas."
Sebelum Penyembah Kedua sempat membuka mulut, Penyembah Ketiga tak bisa menahan diri: "Nona, menarik pasukan saat ini mungkin tidak tepat. Moral pasukan kita sudah rendah, sudah gentar sebelum bertempur. Bagaimana kita bisa melanjutkan pertempuran ini?"
Qian Renxue mengeluarkan suara dengusan dingin, Sang Penyembah Ketiga tiba-tiba merasakan dadanya sesak, seolah jantungnya diremas oleh tangan tak kasat mata. Hmm... mundur dua langkah. Ekspresi wajahnya pun langsung berubah.
"Tidak menarik pasukan, apa cara lain yang kau miliki? Menghadapi satu juta pasukan tangguh Kekaisaran Tian Dou, apakah para Penyembah yakin bisa memimpin pasukan kita yang kurang dari seperenam kekuatan lawan untuk menahan serangan frontal mereka? Hanya dengan bertahan di Gerbang Jialing, kita punya kesempatan. Dengan kehadiran Tang San, Serangan-Pertahanan di medan perang hanya bisa mengandalkan kekuatan kalian sendiri."
Penyembah Kedua, Dou Luo Buaya Emas menarik napas dalam dan menenangkan diri, "Nona benar. Hanya dengan mengandalkan kokohnya Gerbang Jialing kita bisa menahan gempuran satu juta pasukan Kekaisaran Tian Dou. Sebelum mereka mendekat, segera tarik pasukan, naikkan jembatan angkat. Pertahanan penuh. Nona, fokuslah menghadapi Tang San itu. Tempat ini serahkan pada kami. Kemenangan akhir pertarungan ada di tanganmu."
Qian Renxue dan Dou Luo Buaya Emas saling memandang, dalam hati mendesah pelan. Dia paham maksud Dou Luo Buaya Emas: Di medan perang, kehadiran satu prajurit tingkat dewa tambahan bisa langsung mengubah hasil perang. Bahkan dewa yang terluka sekalipun bisa memutar balik situasi pertempuran dalam sekejap. Tapi untuk mengalahkan Tang San, sulitnya seperti memanjat langit. Mungkin serangan bunuh diri sudah menjadi hasil terbaik yang bisa diraih.
Tentu saja, dia tidak akan mengungkapkan pikiran dalam hatinya, semangat Kekaisaran Wuhun yang sudah rapuh tidak bisa menahan upaya breakthrough lagi.
Melayang ke atas, cahaya keemasan yang menyilaukan tiba-tiba meledak dari tubuh Qian Renxue. Bersamaan dengan perluasan kekuatan ilahi-nya, hampir seketika menguasai separuh langit. Enam sayap emas gemilang mekar tiba-tiba dari punggungnya, berseru dengan suara nyaring:
"Qian——Ren——Xue——di——sini——."
Lima kata sederhana ini diucapkan Qian Renxue dengan aura yang sama sekali berbeda. Setiap suku kata membawa kekuatan malaikat yang dahsyat, berhasil menekan sorak-semangat satu juta pasukan Kekaisaran Tian Dou dengan lima kata ini.
Pemandangan ajaib muncul di depan Gerbang Jialing. Di udara, separuh langit berwarna keemasan sementara separuhnya lagi membentang biru jernih, dua warna cahaya ini menguasai masing-masing bagian langit.
Aura dewa yang luar biasa besar. Di dalam Gerbang Jialing yang diselubungi kekuatan malaikat Qian Renxue, pasukan bertahan yang sebelumnya kehilangan semangat tiba-tiba disinari energi malaikat yang hangat. Keyakinan mereka kembali menyala, menciptakan perasaan seolah benteng yang mereka pertahankan adalah benteng super dari tembaga dan besi tuang yang tak mungkin ditembus. Kehangatan energi malaikat ini membangkitkan insting bertarung alami mereka, darah mereka pun perlahan mulai mendidih. Bahkan ketika 150.000 pasukan di bawah dengan cepat mundur ke dalam Gerbang Jialing, semangat yang mulai melesat naik ini tetap tak tergoyahkan.
Di sisi lain, aura cahaya biru laut memancar dari tubuh Tang San. Di bawah naungan kekuatan Dewa Laut ini, prajurit Kekaisaran Tian Dou merasa diri mereka bagai ombak dalam Gelombang Dahsyat, sementara tembok kota Gerbang Jialing di kejauhan hanyalah puing-puing reruntuhan yang tak mampu menahan serangan gelombang dahsyat mereka.
Kekuatan malaikat membuat jejak aura spiritual pasukan Kekaisaran Wuhun bagai perisai terkuat.
Kekuatan Dewa Laut membuat jejak aura spiritual pasukan besar Kekaisaran Tian Dou bagai tombak terajam.
Pertempuran belum benar-benar pecah, sebagai yang terkuat di kedua belah pihak, Tang San dan Qian Renxue telah mulai mempengaruhi seluruh medan perang. Hanya kekuatan wilayah tingkat dewa yang bisa memperluas pengaruh sebesar ini melalui kekuatan ilahi mereka, dan hanya kekuatan tingkat dewa yang bisa benar-benar menjadi komandan pasukan besar.
Boom— Boom— Boom—. Pasukan besar Kekaisaran Tian Dou maju selangkah demi selangkah, setiap langkah mereka diikuti oleh kilauan biru kehijauan di udara yang terus menyelubungi mereka, melindungi serangan maju pasukan.
Cahaya keemasan di udara terpaksa menyusut di bawah tekanan cahaya biru kehijauan.
Di tengah hampa, tubuh Qian Renxue gemetar halus. Matanya menatap tajam ke arah Tang San yang disinari cahaya biru di kejauhan. Dia tahu, setelah beberapa hari ini, kendali Tang San atas kekuatan Dewa Lautnya telah meningkat. Dengan kemampuan superiornya sebelum menjadi dewa, setelah mewarisi kedudukan Dewa, bahkan dalam status setara sebagai dewa, dia tetap unggul. Meski Qian Renxue telah mengerahkan seluruh kekuatan, wilayah kekuasaan malaikatnya tetap terdesak oleh tekanan Tang San yang terus memimpin pasukan Tian Dou maju. Saat ini, kecuali dia mau mundur, wilayah kekuasaannya akan terus tertekan.
Prajurit biasa tidak bisa memahami kekuatan energi dewa. Meskipun kilauan keemasan yang muncul di Gerbang Jialing membuat para prajurit Kekaisaran Tian Dou terkejut, kilauan biru yang dilepaskan Tang San sama sekali tidak kalah dengan lawannya. Meski tidak mengerti energi ilahi, mereka bisa melihat perbandingan kekuatan. Saat kilauan biru Tang San terus menekan kilauan emas lawan hingga menyusut tanpa bisa diatasi, jelas Tang San unggul. Situasi ini langsung meningkatkan semangat pasukan besar Kekaisaran Tian Dou yang terus meneriakkan "Dewa Laut, Raja Lan Hao!"
Dahulu kala, Dewa Laut mencapai status ilahi melalui kepercayaan makhluk laut. Meskipun Tang San saat ini tidak menerima kepercayaan sebanyak itu, sebagai Dewa Laut yang sedang menanggung kekuatan kepercayaan gila dari satu juta pasukan, kekuatan ilahinya tiba-tiba menjadi kuat secara tak terduga. Saat kedua pihak semakin mendekat, tekanan ini membuat Qian Renxue merasa sulit bernapas.
Baju zirah dewa malaikat yang mempesona dan memukau, berhadapan dengan baju zirah Dewa Laut berwarna biru tua. Tang San dan Qian Renxue telah lama menjadi sorotan utama dalam perang ini. Menghadapi tekanan tak kasat mata yang dibawa Tang San, Qian Renxue akhirnya tidak tahan lagi menarik Pedang Suci Malaikat miliknya. Pedang diangkat tinggi mengarah ke matahari, energi dewa di seluruh tubuhnya meledak keluar. Sinar keemasan kemerahan dari arah matahari menyinari tubuhnya, cahaya menyilaukan ini seketika memperlambat langkah pasukan besar Kekaisaran Tian Dou. Wilayah kekuasaan Dewa Laut milik Tang San juga berhenti bergerak maju karena harus menahan peningkatan energi berkali lipat.
Namun, senyum tipis muncul di sudut mulut Tang San. Dalam situasi saling menekan kekuatan ilahi dan wilayah kekuasaan, pihak yang pertama mengeluarkan jurus telah membuktikan kekurangannya dalam hal kekuatan. Keunggulan menyeluruh ini tak pelak akan membuat benih kekalahan dalam hati Qian Renxue mulai bertumbuh.
Dalam perjalanan pulang, Tang San telah memikirkan matang-matang berbagai taktik yang mungkin digunakan Qian Renxue dalam pertarungan ulang mereka. Untuk konsep sama-sama binasa, semudah itukah?
Seolah telah berkomplot, saat tubuh Qian Renxue terselubungi api sejati matahari dan berubah menjadi keemasan kemerahan, Tang San juga mengangkat trisula Dewa Laut miliknya. Cahaya emas dan biru seketika ditarik kembali ke dalam tubuh masing-masing, sekaligus berubah menjadi dua aura cahaya kuat yang melesat ke langit. Tang San dan Qian Renxue pun masing-masing melesat menuju ketinggian.
Mereka semua memahami bahwa pertempuran antar dewa terjadi pada tingkat berbeda, mustahil dilakukan di hadapan pasukan manusia. Jika dipaksakan, akan berdampak menghancurkan bagi kedua belah pihak. Bahkan jika kekuatan Tang San melebihi Qian Renxue, dan kerusakan Kekaisaran Tian Dou lebih rendah daripada Kekaisaran Wuhun, kekuatan mengerikan dari tubrukan prajurit tingkat dewa tetap akan menimbulkan ribuan hingga puluhan ribu korban jiwa. Situasi ini tidak diinginkan oleh siapapun. Maka medan perang mereka bukan di depan Gerbang Jialing, melainkan di ketinggian langit.
Enam sayap dan delapan sayap mengepak serempak. Dalam sekejap, Tang San dan Qian Renxue telah mencapai ketinggian 1.000 meter. Tubuh mereka terus melesat naik, pemandangan di bawah semakin menyusut, namun tatapan mereka tetap mengunci lawan. Pertarungan ini sangat penting bagi keduanya - kemenangan di sini akan menentukan situasi keseluruhan perang.
1.000 meter, 2.000 meter, 3.000 meter... Tubuh Tang San dan Qian Renxue terus melesat hingga ketinggian lebih dari 10.000 meter. Dari bawah, siluet mereka tak lagi terlihat. Pandangan pasukan kedua belah pihak terhalang sepenuhnya oleh awan dan jarak.
Qian Renxue memandang dingin ke arah Tang San, berusaha menenangkan gejolak hatinya. Matanya memancarkan niat membunuh yang kuat. Seperti yang diperkirakan Tang San, rasa frustrasi dalam dirinya telah memuncak selama konfrontasi sebelumnya, baru setelah memantapkan tekad membaja perasaan itu bisa diredam. Namun di hadapan Tang San, tetap ada kesan bahwa lawannya berada di posisi lebih tinggi.
Tang San tersenyum tenang, trisula Dewa Laut di tangannya menunjuk ke samping, "Pertarungan hari ini pasti akan menentukan pemenang antara kita. Menurutmu, apakah masih ada kesempatan untuk Kekaisaran Wuhun? Bahkan jika kita setara dan tidak bisa mempengaruhi medan perang di bawah, Gerbang Jialing pasti akan Hancur. Kau harusnya melihat, rekan-rekanku sudah mencapai level Tuan Bergelar dalam Kultivasi, bahkan dua orang telah mencapai breakthrough ke level 95. Semangat pasukan bertahan Kekaisaran Wuhun sudah pudar, perang ini sudah tanpa. Begitu Gerbang Jialing jatuh, wilayah Kekaisaran Wuhun di belakangnya akan menjadi jalan yang mulus. Setelah Kekaisaran Tian Dou dan Xing Luo menyatukan pasukan, itulah saat kehancuran Kekaisaran Wuhun."
Qian Renxue mendengus dingin, "Kalau mau bertarung, langsung saja. Kapan kau menjadi sebanyak ini omong kosong?"
Tang San menatap Qian Renxue dengan tenang, "Aku hanya ingin memberitahumu, bahkan jika kau berniat untuk sama-sama binasa denganku, itu mustahil. Kau takkan sanggup. Percayalah, kau bisa mencoba."
Cahaya keemasan kemerahan memancar dari mata Qian Renxue. Amarah, penghinaan, dan ketidakrelaan memicu kekuatan malaikat-nya mencapai puncak intensitas. Dengan tubuhnya sebagai pusat gravitasi, api dahsyat malaikat menyala-nyala mencapai ketinggian 100 zhang. Awan-awan di bawah kakinya meleleh dan menghilang akibat panas api sejati matahari yang dipancarkan tubuhnya. Bahkan dari medan perang di bawah, jika diperhatikan seksama, bisa terlihat titik cahaya keemasan kemerahan di ketinggian.
Menghadapi Qian Renxue yang sedang mengumpulkan kekuatan dalam kemarahan, Tang San justru tersenyum ringan, "Kita sudah berada di ketinggian 10.000 meter. Semakin dekat dengan matahari, semakin mudah kamu menyerap kekuatan api sejati matahari untuk bertarung. Aku sengaja memilih lokasi ini karena yakin bisa mengalahkanmu. Dengan medan pertempuran di zona keunggulanmu, kekalahanmu akan benar-benar tuntas. Setuju?"
"SEKARANG... ENGKAU... MATI...!" Qian Renxue tak lagi bisa menahan amarah. Api sejati matahari setinggi 300 meter di belakangnya menyatu menjadi Pedang Suci Malaikat raksasa yang menghujam dari langit. Udara yang terdistorsi, ruang yang terkoyak, serta wilayah kekuasaan malaikat keemasan kemerahan yang meledak seketika - semua menunjukkan serangan totalnya.
Menghadapi serangan maha dahsyat ini, Tang San tetap tenang. Trisula Dewa Laut di tangannya berdiri tegak sementara pandangannya membeku pada Hati Dewa Laut di bawah bilah utama. Delapan Sayap Dewa Laut di punggungnya mengembang maksimal, memancarkan kilauan biru bergelombang.
Berbeda dengan api matahari Qian Renxue yang membakar awan di bawahnya, saat ini baik awan di bawah kaki Tang San maupun gumpalan awan putih di kejauhan belakangnya - semuanya berubah menjadi partikel biru bercahaya yang menyatu dengan Delapan Sayap Dewa Laut, berubah menjadi elemen air paling murni.
Sayap Delapan Dewa Laut Tang San berasal dari evolusi Delapan Tombak Laba-laba. Kemampuan Penyerapan dan penyaringannya meningkat secara Eksponensial di bawah pengaruh kekuatan iladinya setelah berevolusi menjadi baju zirah dewa malaikat. Dalam proses penyerapan energi, ini bahkan lebih unggul dibanding Sayap Enam Malaikat Qian Renxue - bukan sekadar keunggulan dua sayap tambahan. Sebagai Spirit Bone Eksternal yang bisa berevolusi, kualitas Delapan Tombak Laba-laba jauh melampaui bagian mana pun dari baju zirah malaikat sebelum Tang San menjadi dewa. Selain itu, ia telah menyatu sempurna dengan tubuh Tang San, sedangkan baju zirah malaikat Qian Renxue baru menyatu dengan tubuhnya secara bertahap selama proses warisan Dewa Laut. Dalam hal Kesesuaian, Tang San jelas mendominasi.
Meskipun baju zirah Dewa Laut Tang San terbentuk dari transformasi bertahap Spirit Bone-nya oleh Kekuatan Dewa Laut - tidak seperti baju zirah malaikat yang memang sudah satu set sejak awal - kualitas setiap Spirit Bone-nya melebihi level 100.000 tahun. Secara keseluruhan, kualitasnya secara alami lebih tinggi daripada baju zirah malaikat Qian Renxue.
Keunggulan terbesar Tang San atas Qian Renxue terletak pada fakta bahwa segala yang dimilikinya sekarang diraih melalui perjuangan bertahap, sementara Qian Renxue lebih banyak mengandalkan Kuil Wuhun dan Qian Daoliu dengan kemampuan 'ambil jadi'-nya. Inilah alasan mengapa meskipun sama-sama dewa level yang sama, kekuatan Tang San secara konsisten mengunggulinya. Inilah akar penyebab kelemahan Qian Renxue di segala aspek dibanding Tang San.
Dalam perjalanan pulang, Tang San menguasai berbagai skill-nya melalui kekuatan ilahi, benar-benar menyatu dengan identitas Dewa Laut. Keyakinannya berasal dari hal ini. Ucapan sebelumnya, selain menunjukkan kepercayaan diri, lebih bertujuan untuk merangsang Qian Renxue. Dalam hal kecerdasan, Qian Renxue tetap kalah satu tingkat dari Tang San.
Kilauan Biru menyambar, tubuh Tang San hancur lebur di bawah Pedang Suci Malaikat raksasa. Namun Qian Renxue jelas merasakan itu hanya replika Tang San dari elemen air. Di kejauhan 1 kilometer, Tang San asli melayang anggun sambil mengepakkan delapan sayap di punggungnya, menatapnya dengan tatapan mengejek. Daripada bentrok langsung, ia memilih menghindar dari serangan ini.
Jika posisi mereka ditukar, Qian Renxue mustahil melakukan hal serupa. Begitu tubuhnya terkunci oleh kekuatan ilahi Tang San, ia pasti harus bentrok langsung tanpa bisa menghindar. Tapi Tang San berbeda. Kekuatan ilahinya melampaui Qian Renxue, memutus kuncian energi saat serangan diluncurkan, lalu memanfaatkan elemen air dari awan untuk menciptakan tubuh tiruan dan mundur ke luar area jangkauan serangan.
Dengan tindakan nyata, Tang San membuktikan keunggulan menyeluruhnya atas Qian Renxue, sekaligus terus merangsang benih kegagalan yang sudah tertanam dalam jiwa wanita itu.
“Kau takut?” Qian Renxue memandang Tang San dengan amarah, dia sendiri tidak tahu mengapa, hari ini setelah bertemu Tang San lagi, emosinya sama sekali tidak bisa kembali tenang.
Tiba-tiba ekspresi wajah Tang San berubah drastis, dipenuhi karisma yang tak terbendung, jejak aura keganasan luar biasa meledak dari kedua mata biru jernihnya, “Takut? Kata itu seharusnya hanya ada dalam hatimu. Terima trisulaku ini!”
Perubahan aura dari ketenangan elegan sebelumnya menjadi kegarangan tak terkekang sekarang membuat Qian Renxue tidak bisa beradaptasi. Saat itu, kilauan biru dahsyat tiba-tiba memancar dari tubuh Tang San. Dengan sekali gerakan, tubuhnya membengkak hingga setinggi ratusan meter, trisula Dewa Laut di tangannya juga ikut memanjang. Gerakan melempar paling sederhana namun sarat kekuatan fisik itu dilakukannya. Trisula Dewa Lautnya berubah menjadi aliran cahaya biru menyala, bagai meteor yang menyambar ke arah Qian Renxue.
Begitu trisula itu terlepas, semua cahaya yang meledak dari tubuh Tang San, termasuk energi dari pembengkakan tubuhnya, sepenuhnya menyatu ke dalam trisula Dewa Laut. Di mata Qian Renxue, saat senjata itu meluncur dari tangan Tang San, langit seolah terbelah dua oleh potongannya. Bahkan tubuh Tang San kembali normal setelah senjata itu melesat.
Benar, ini adalah gerakan ketiga dari keahlian khusus Dewa Laut Tiga Belas Trisula Emas - Pergi Tak Kembali. Inilah versi lengkapnya, Pergi Tak Kembali yang sesungguhnya.
Mata Tang San bersinar gemilang seperti safir, membeku menatap Qian Renxue. Kekuatan ilahi yang dahsyat tiba-tiba menyempit, sama sekali tidak memberi kesempatan melarikan diri pada Qian Renxue, memaksanya harus menahan serangan ini secara langsung.
Saat ini juga, Qian Renxue baru menyadari bahwa dirinya telah tertipu. Semua ucapan sampah Tang San sebelumnya bertujuan menciptakan atmosfer untuk menjebaknya. Pada detik ini, meskipun energi dewa-nya sedang pulih dengan cepat selama percakapan dengan Tang San, serangan maksimum yang baru saja diluncurkannya belum sepenuhnya kembali ke puncak intensitas. Sedangkan serangan Tang San jelas telah terkumpul kekuatannya dan meledak dalam serangan penuh. Dalam dinamika saling melemah dan menguat ini, perbedaan kekuatan langsung terlihat.
Meski tahu telah tertipu, Qian Renxue sama sekali tidak punya cara lain kecuali menghadapi serangan ini secara langsung.
Pedang Suci Malaikat terlepas dari genggaman dan melayang di depan Qian Renxue. Dengan gerakan kilat, kedua tangannya mengetuk udara tiga kali di depannya, enam titik cahaya keemasan meledakkan sinar keemasan dahsyat di udara. Bersamaan dengan itu, setiap bagian dari baju zirah dewa malaikat enam setnya memancarkan titik cahaya keemasan yang menyatu membentuk segi enam keemasan di belakang Pedang Suci Malaikat.
Seketika, dengan Qian Renxue sebagai pusat, segala sesuatu di sekitarnya menjadi samar-samar. Pedang Suci Malaikat terbelah menjadi enam, enam bilah pedang bersilangan lalu berputar seketika, terkonsentrasi membentuk energi keemasan berbentuk kerucut. Tepat saat semua ini selesai, trisula Dewa Laut milik Tang San telah tiba.
Gemuruh tak tertandingi meledak seketika. Seluruh tubuh Qian Renxue bergetar hebat, baju zirah dewa malaikatnya bersinar mempesona. Jelas terlihat kabut keemasan yang dilepaskan dari tubuhnya bergelombang ke belakang seperti air pasang, jelas terdorong oleh tekanan energi serangan yang meledak dari trisula Dewa Laut.
Bersamaan, Pedang Suci Malaikatnya juga berputar dahsyat dan memercikkan serangkaian kilatan Planet Mars yang menyilaukan dengan bilah utama trisula Dewa Laut. Di tengah hampa, bagai kembang api keemasan yang meledak, disertai distorsi udara, cahaya ini menyebar hingga radius satu li persegi.
Tepat saat Qian Renxue mengira telah menahan serangan Tang San dan daya serang trisula Dewa Laut mulai melemah, gempuran energi mengerikan itu tiba-tiba datang untuk kedua kalinya. Kilauan Biru yang baru melemah tiba-tiba menguat drastis, hampir saja menembus benteng pertahanan yang dibentuk Pedang Suci Malaikatnya.
Apa yang terjadi? Qian Renxue terkejut bukan main. Rencana awalnya adalah memanfaatkan melemahnya daya serang trisula Dewa Laut, sebelum Tang San sempat menarik kembali senjata tersebut, untuk mengerahkan seluruh kekuatan memutus hubungan antara kekuatan ilahi Tang San dengan trisula Dewa Laut - persperti pertempuran pertama mereka setelah dirinya menjadi dewa - demi menaklukkan Senjata Dewa ini. Tanpa senjata, kekuatan Tang San setidaknya akan berkurang tiga puluh persen, sehingga peluangnya untuk menang dalam pertarungan ini akan meningkat signifikan. Namun siapa sangka, energi yang terkandung dalam trisula Dewa Laut ini ternyata sedemikian dahsyat, bahkan dalam situasi seperti ini masih mampu mengeluarkan tenaga cadangan.
Sebagai Dewa Malaikat, Qian Renxue tidak memahami karakteristik Dewa Laut. Jika tidak, dia takkan terkejut seperti ini. Gelombang energi bertumpuk ini justru merupakan ciri khas kekuatan Dewa Laut - gelombang demi gelombang yang tiada henti saling menyusul. Gerakan akhir "Pergi Tak Kembali" dalam versi lengkap sebagai skill serangan mematikan bertipe tunggal, mana mungkin bisa dihentikan dengan mudah? Bagaimana mungkin Tang San memberi kesempatan pada Qian Renxue untuk kedua kalinya merebut trisula Dewa Laut miliknya?
Tidak berani lengah, Qian Renxue mengerahkan seluruh konsentrasi dan mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menghadapi serangan bertubi-tubi itu. Energi yang meledak dari trisula Dewa Laut Tang San selalu muncul saat kekuatan lapisan sebelumnya belum sepenuhnya hilang, lapisan energi ilahi kedua sudah menyusul. Sembilan lapisan berturut-turut, bertumpuk lapis demi lapis. Saat lapisan terakhir meledak, tubuh Qian Renxue terlempar oleh guncangan dahsyat energi ilahi itu hingga ribuan kilometer. Trisula Dewa Laut juga membentuk garis lengkung raksasa di udara sebelum kembali ke tangan Tang San.
Qian Renxue yang masih di udara menggigit gigi kuat-kuat, menelan darah segar yang sudah menggenang di mulutnya. Ia merasakan baju zirah dewa malaikat di tubuhnya bergetar keras, jelas menunjukkan beban tekanan yang terlalu besar membuat energinya berfluktuasi hebat. Pedang Suci Malaikat terus-menerus mengeluarkan suara dengungan.
Tang San yang kembali memegang trisula Dewa Laut mengerutkan alisnya. Bukan karena tak ingin mengejar, tapi serangan tadi telah menghabiskan seluruh tenaganya. Ia butuh waktu untuk memulihkan kekuatan. Jika nekat mengejar dan gagal membunuh Qian Renxue, serangan baliknya pasti akan menyiksanya. Energi ilahi Dewa Malaikat ternyata lebih kuat dari perkiraannya. Rencana awal Tang San adalah setidaknya menghancurkan sebagian baju zirah dewa malaikat meski tak bisa melukai parah Qian Renxue. Tapi nyatanya, bahkan Pedang Suci Malaikat yang bertubrukan langsung pun tak memiliki bekas luka.
Sebenarnya, Tang San juga terlalu banyak berpikir. Serangan Pergi Tak Kembali-nya memang sangat kuat, namun respons Qian Renxue sangat tepat. Yang dihadapi Tang San bukan hanya Pedang Suci Malaikat. Saat trisula Dewa Laut mendekati Qian Renxue sebelumnya, dia mentransfer semua energi dari bagian lain baju zirah dewa malaikatnya ke Pedang Suci Malaikat. Trisula Tang San ini pada dasarnya bertabrakan dengan seluruh set baju zirah dewa malaikat sekaligus, sehingga mustahil bisa merusaknya. Bahkan bisa membuat baju zirah dewa malaikat sedikit longgar saja sudah menunjukkan energi yang benar-benar mengerikan.
Boom—, cahaya api keemasan kemerahan yang menyilaukan tiba-tiba meledak keluar dari tubuh Qian Renxue yang terlempar. Tang San tiba-tiba merasakan seolah matahari di langit membesar. Tubuh Qian Renxue terhubung dengan matahari melalui pilar cahaya keemasan kemerahan. Qian Renxue meraih kembali Pedang Suci Malaikatnya. Saat berhasil menstabilkan tubuhnya, ekspresinya telah berubah total. Di matanya terpancar kedinginan yang belum pernah disaksikan Tang San sebelumnya. Dewa Malaikat yang seharusnya menjadi perwujudan kesucian dan cahaya, kini dipenuhi jejak aura kematian.
Kedua belah pihak tidak terburu-buru bertarung. Tang San mengayunkan tangan kanannya, trisula Dewa Laut menggambar lingkaran cahaya di udara. Sebuah lambang tujuh bintang aneh dan samar-samar muncul di bawah kakinya, sementara Delapan Sayap Dewa Laut di punggungnya menjadi transparan sepenuhnya, terbuka lebar dan diam tak bergerak seperti diukir dari Safir. Cahaya dari lingkaran di bawah kaki menyebar ke belakang Tang San. Samar-samar, suara gemuruh ombak mulai bergema di tengah hampa. Seakan gelombang raksasa bergulung-gulung menerjang tubuh Tang San. Di bawah pengaruh Kilauan Biru ini, titik-titik biru mulai bermunculan dari belakang Tang San. Setiap detik, cahaya biru ini bertambah secara eksponensial, menyatu menjadi arus biru yang membanjiri Delapan Sayap Dewa Laut di punggungnya. Pemandangan ini seolah Gelombang Dahsyat benar-benar muncul di tengah hampa udara.
