Bersamaan dengan teriakan Xiao Wu, tubrukan pamungkas antara Tang San dan Bibi Dong terjadi.
Pengorbanan Pedang Douluo dan Bone Douluo tidak sia-sia. Meski serangan mereka tidak menyebabkan luka pada Bibi Dong, tak disangkal bahwa serangan maksimal dua Tuan Bergelar ini memaksanya membagi perhatian. Mengendalikan sembilan sabit terkutuk itu juga membutuhkan cadangan kekuatan ilahi dan konsentrasi yang besar untuk benar-benar membunuh kedua master ini.
Bibi Dong tidak menyangka Tang San masih memiliki keunggulan untuk meluncurkan serangan setelah ditembus oleh Sabit Raksasa Penghancur miliknya. Oleh karena itu, dia menggunakan keterampilan ilahi eksklusifnya untuk mendekati Tang San semata-mata karena lebih memperhitungkannya - hanya dengan menghancurkan Tang San secara total dengan tangan sendiri barulah dia merasa tenang. Namun, sebagian kekuatan ilahinya tetap terpecah untuk mengendalikan sabit raksasa tersebut.
Benar, saat mengatasi Malaikat Matahari, Tang San mengerahkan seluruh kekuatannya. Konsumsi energi dewa dan kerusakan akibat gelombang kejut yang dialaminya memang sangat parah. Tapi ada satu hal yang dilupakan Bibi Dong: sebelum menjadi dewa, keunggulan terbesar Tang San bukanlah Kemampuan Spirit-nya, melainkan kekuatan spiritualnya. Bahkan saat baru mencapai level Tuan Bergelar, kekuatan spiritual Tang San sudah melampaui dirinya yang saat itu berada di level 99.
Meskipun kemampuan yang dimiliki Ahli Jiwa setelah mewarisi tahta dewa berkaitan erat dengan dewa yang diwarisinya, hal itu juga bergantung pada kekuatan dasar sang praktisi sendiri. Jika tidak, bagaimana mungkin Tang San bisa mengintimidasi Qian Renxue hingga tak berdaya? Oleh karena itu, setelah mewarisi status Dewa Laut, aset terkuat Tang San tetaplah kekuatan rohnya, bukan energi Dewa Laut.
Tubrukan sebelumnya dengan Qian Renxue dan luka serius dari Sabit Raksasa Penghancur memang menguras energi dewa dan melukai tubuhnya. Namun konsumsi kekuatan roh Tang San justru terbatas - hanya bagian yang digunakan untuk mengendalikan energi dewa. Bagian kepalanya juga sama sekali tidak menerima serangan apa pun.
Cahaya keemasan menyilaukan memancar dari mata Tang San, memancarkan seluruh kekuatan rohnya tanpa sisa. Kekuatan ilahi yang terkonsentrasi mencapai tingkat yang belum pernah ada sebelumnya, diperkuat oleh kegelisahan dan amarahnya menyaksikan Sword Douluo dan Dugu Luo menghadapi serangan Bibi Dong. Tabrakan dahsyat ini membuat Bibi Dong yang berada dalam kondisi prima sekalipun menderita kerugian besar.
Tabrakan roh spiritual tidak menghasilkan suara, tetapi reaksi Tang San dan Bibi Dong menunjukkan betapa dahsyatnya benturan ini, bahkan melebihi serangan Senja Dewa Laut Tang San yang menghancurkan Malaikat Matahari sebelumnya.
Bibi Dong yang terkena dampak pancaran cahaya keemasan dari mata Tang San terlihat seperti kepalanya dihantam benda berat. Seluruh tubuhnya condong ke belakang dengan gemetar hebat, bahkan Baju Zirah Dewa Raksasa Penghancur di tubuhnya luruh menjadi cahaya ungu yang menghilang. Dari kepalanya meledak aura ungu disertai jeritan mengerikan memenuhi udara. Tubuhnya terlempar ke belakang seperti kehilangan kesadaran, dengan darah ungu menyembur deras dari tujuh lubang wajahnya yang mengerikan.
Situasi Tang San semakin parah. Di bawah pertarungan kekuatan ilahi kedua belah pihak yang mengerahkan seluruh kekuatan, meskipun ia mendapat keuntungan dari gangguan konsentrasi Bibi Dong, nyatanya dia sudah mengalami cedera serius dan rohnya tidak cukup. Tabrakan mendadak ini menyebabkan dua pancaran darah keemasan menyembur deras dari posisi depan dada dan punggungnya. Baju zirah dewa malaikat terurai, berubah menjadi titik-titik cahaya keemasan yang menghilang. Bahkan trisula Dewa Laut pun berubah menjadi aliran cahaya yang masuk ke dalam bekas trisula di dahinya.
Cahaya keemasan yang intens meledak dari bekas tersebut, bagaikan sungai yang meluap deras. Semua cahaya di tubuh Tang San tiba-tiba mengerut, tak lagi bisa mengendalikan setitik pun kekuatannya. Tubuhnya pun terjatuh ke arah Gerbang Jialing.
Aliran energi ungu akhirnya merayap kembali ke kepala Bibi Dong. Dengan susah payah membuka matanya, Bibi Dong memaksakan kendali atas tubuhnya sendiri. Dengan siulan tajam, ia menghantamkan cakar ke arah Tang San. Seketika, bayangan cakar ungu di tengah hampa menyusul tubuh Tang San, menembus bagian kiri dadanya.
Sebuah jantung keemasan muncul di tengah hampa, namun kali ini tercengkeram dalam cakar iblis berwarna ungu.
"Jangan--!!!" Teriakan pilu bersahutan bergema: suara Xiao Wu, Ning Rongrong, Oscar, Master, Tang Hao, bahkan Hu Liena yang sedang memeluk tubuh Qian Renxue.
Hu Liena saat ini sudah menangis tersedu-sedu, seluruh tubuhnya lunglai di tanah. Qian Renxue juga tersadar dalam guncangan dahsyat ini, persis menyaksikan jantung Tang San direnggut oleh cakar raksasa penghancur di udara.
Tapi tak satu pun dari mereka bisa mengendalikan gerakan Dewa Raksasa Penghancur.
Puuut——
Cahaya keemasan yang menyilaukan tiba-tiba meledak di udara, tubuh asli Tang San mengalami kejang hebat, sementara jantungnya telah berubah menjadi cahaya yang berserakan di tengah hampa.
Oscar meneriakkan teriakan keras penuh kepedihan, cepat-cepat menelan Usus Cermin Duplikasi yang dibuat dari darah Ma Hongjun, lalu melayang keluar menyambut mayat Tang San yang sudah kehilangan jantung.
Bibi Dong terguncang hebat di udara, wajah hijau kebiruannya yang mengerikan masih mengucurkan darah dari tujuh lubang wajah, membuktikan betapa mengerikannya kerusakan yang ditimbulkan tusukan roh sekuat tenaga Tang San.
Suara dingin menggema bagai menutupi langit dan bumi, "Dengar baik-baik warga Kekaisaran Tian Dou! Kuberi waktu tiga hari untuk mempersiapkan diri. Tiga hari kemudian, kerajaanmu harus menyatakan menyerah total. Jika tidak, akan kubersihkan Kekaisaran Tian Dou dengan darah. Xiao Gang, tiga hari ini adalah penghargaanku untukmu. Bujuklah Kaisar Tian Dou, jangan sampai keras kepala. Kekuatan tingkat kedewaan mustahil dilawan."
Setelah mengucapkan kata-kata ini, Bibi Dong mengacungkan jarinya, cahaya ungu berputar mengelilinginya. Baju Zirah Dewa Raksasa Penghancur kembali menyelimuti tubuhnya. Cahaya ungu yang masif bagaikan awan kelam menutupi seluruh langit. Bibi Dong meneriakkan serangkaian tawa melengking, berkedip dalam cahaya ungu, telah kembali ke barisan pasukan besar Kekaisaran Wuhun dan menghilang. Qian Renxue dan Hu Liena juga ikut menghilang bersamanya.
Baik prajurit Kekaisaran Wuhun maupun pihak Kekaisaran Tian Dou, kedua belah pihak saat ini masih belum sepenuhnya tersadar.
Seluruh proses pertempuran hanya berlangsung dalam waktu sangat singkat, namun hasilnya membuat kedua pihak dipenuhi rasa terkejut.
Pernah suatu masa, Kekaisaran Tian Dou menguasai keunggulan mutlak. Namun dalam waktu sesingkat ini, situasi justru berbalik sepenuhnya. Meskipun pihak Kekaisaran Tian Dou hanya kehilangan tiga orang termasuk Tang San. Tapi seperti yang dikatakan Bibi Dong, siapa yang bisa menahan kekuatan tingkat kedewaan?
Oscar membawa Tang San turun dari langit, Xiao Wu dan Ning Rongrong langsung berlari menghampiri. Tang Hao juga telah kembali ke puncak tembok kota. Semua orang mengerumuni Tang San di pusat formasi.
"Kakak——" Xiao Wu menjerit histeris, tubuhnya menerjang ke arah Tang San. Luka di tubuh Tang San terlihat mengerikan. Di dada kirinya terdapat luka tembus, namun yang lebih mematikan adalah lubang besar berdiameter setengah chi di dada kanannya. Otot keemasan, meridian, dan tulang-tulangnya terbuka. Darahnya seolah telah mengering sepenuhnya, membeku di sekitar luka. Wajahnya telah kehilangan semua warna, tanpa jejak aura kehidupan. Hanya dalam waktu singkat, tubuhnya telah menjadi dingin membeku tanpa sisa kehangatan.
Aura duka menyelimuti puncak tembok Gerbang Jialing. Xue Beng terdiam kaku, lalu dengan suara byur ia bersujud di samping mayat Tang San. Tang Hao dan Master juga membeku. Baru sebatang dupa sebelumnya, putra mereka masih merupakan Dewa Laut yang perkasa. Kini tubuhnya telah menjadi bangkai dingin.
Tak seorang pun bisa menerima kenyataan ini. Pemimpin Sekte Qibao Glazed Ning Fengzhi tampak sepuluh tahun lebih tua, langkahnya tertatih saat meninggalkan Gerbang Jialing. Meski tahu mustahil, ia tetap berusaha mengumpulkan jasad Sword Douluo dan Dugu Luo dengan tangannya sendiri.
"Kakak, bagaimana kau tega meninggalkanku? Kakak, kau tak boleh mati! Tak boleh!!" Tangisan Xiao Wu mengguncang langit. Namun Tang San yang terbaring tak lagi bisa memberi respon apapun.
“Kakak, kamu pernah berjanji, kamu berjanji akan menikahiku, kamu juga bilang akan memberikanku pernikahan paling megah. Janji itu belum kamu tepati. Bagaimana bisa kamu mati? Kumohon, bangunlah. Bangunlah, apapun harga yang harus kubayar, asalkan kamu mau sadar, aku rela.”
Bahkan pria sejati seperti Oscar saat ini telah menangis tersedu-sedu, “Benar, Xiao San, bagaimana bisa kau mati? Bukankah kita sudah sepakat setelah perang berakhir, kita Shrek Tujuh Monster akan berkelana ke seluruh benua? Masih banyak tempat yang belum kita kunjungi. Bukankah kau pernah bilang ingin melihat Kutub Utara tempatku dulu? Aku akan antarmu, cepatlah bangun! Aku akan membawamu!”
Byur! Suara tubuh Master jatuh ke tanah dengan ekspresi wajah pucat pasi. Ia bergumam pelan, “Apakah aku benar-benar bintang kutukan? Mengapa semua orang yang kucintai bernasib malang? Bahkan dewa pun tak luput. Ini salahku, semua salahku! Seharusnya aku tak mengizinkan Xiao San menganggapku sebagai ayah. Aku pantas mati, mengapa bukan aku yang mati? Xiao San, tak seharusnya kau menyelamatkanku! Lebih baik aku yang mati daripada orang tua menguburkan anak muda.”
Liu Erlong menerjang dan merangkul erat Master, “Xiao Gang, jangan begitu. Jangan menakut-nakutiku seperti ini.”
Tang Hao mendorong orang-orang yang lain, mendekati Tang San. Dia tidak menangis, mungkin satu-satunya yang tidak mengeluarkan air mata di tempat itu. Namun, kedua matanya telah berubah sepenuhnya menjadi merah darah. Melihat Tang San yang sedang dirangkul Xiao Wu di dadanya, sorot mata yang dulu menjadi ciri khas Tuan Bergelar Haotian telah lenyap sama sekali.
"Xiao San, masih ingatkah? Masa-masa kita di Desa Shenghun dulu. Waktu itu, aku terus-menerus mabuk, kau yang merawat kehidupanku sehari-hari. Kau anak yang baik, tapi aku bukan ayah yang baik. Semua yang terjadi hari ini sebenarnya berawal dari kesalahanku. Aku tak pernah menjalankan kewajiban sebagai ayah. Tadinya... aku ingin menebus semua ini bersama ibumu setelah perang usai. Tapi sekarang... tampaknya tak mungkin lagi. Ibumu tak tega menyaksikan perang, sudah kembali ke Kota Tian Dou. Aku pun tak punya muka untuk menemuinya lagi. Di jalan menuju neraka itu, jalannya pelan-pelan, tunggulah ayah. Ayah akan segera menyusulmu."
Sambil berkata demikian, Tang Hao berbalik secara tiba-tiba dan hendak pergi.
Oscar yang sigap segera menerjang, merangkul pinggang Tang Hao dengan erat, "Paman, Jangan pergi!"
Tang Hao terhenti langkahnya karena rangkulan itu. Saat ini efek Usus Cermin Duplikasi pada Oscar masih belum hilang - kekuatan seorang Tuan Bergelar tetap merupakan kekuatan yang sangat luar biasa.
"Lepaskan aku. Jika ada di antara kalian yang bisa kembali ke Kota Tian Dou, sampaikan pada A Yin: Aku tak punya muka lagi menemuinya. Suruh dia pulang ke Hutan Xingdou. Seumur hidup tak pernah kulakukan sesuatu untuk putraku. Kini putraku tewas terbunuh, masak ayahnya mau jadi kura-kura pengecut? Jangan ada yang menghalangi. Takkan ada yang bisa menghentikanku. Lebih baik mati di medan perang daripada duduk menunggu ajal."
Semangat khusus memancar dari tubuh Tang Hao, membuat semua orang tak berani menatap langsung ekspresinya. Oscar pun perlahan melepaskan pegangan.
"Tang Hao baru saja hendak melangkah pergi, tiba-tiba suara kaku Master terdengar, 'Tunggu sebentar. Xiao San tidak hanya memiliki satu ayah, ada juga aku. Membalas dendam untuk putra kita, bagaimana bisa aku tidak ikut? Bahkan jika dendam tidak terbalaskan, aku akan menyusul putraku. Apakah kau pikir setelah tiga hari, mereka akan melepaskan kita? Mati di medan perang, Tang Hao, mari kita mati bersama di medan perang.'"
Mata merah darah Tang Hao menatap Master. Mata Master tidak memerah, justru menjadi sangat tenang, namun kehampaan dalam ketenangan itu lebih mengerikan daripada warna merah di mata Tang Hao.
Liu Erlong tidak menghalangi Master, hanya menggenggam tangannya, "Di Jalan Neraka, bawalah aku."
“Aku akan pergi bersama kalian.” *Cenng*—Xue Beng menarik pedangnya dengan kasar, menoleh ke Marsekalk Gor Long. “Marsekal, setelah aku pergi, Gerbang Jialing kuserahkan padamu. Tiga hari kemudian, kau harus memimpin pasukan kita untuk menyerah pada Kekaisaran Wuhun. Juga kendalikan pasukan kita, jangan biarkan mereka melawan lagi.”
“Yang Mulia Kaisar, apa maksud Yang Mulia?” Marsekalk Gor Long terkejut, buru-buru meraih lengan Xue Beng.
Xue Beng membentak marah, “Ini perintah! Ini adalah ketetapan Kami! Kau berani menentang titah kerajaan?”
Marsekalk Gor Long tercekat, namun tangannya tetap tak melepaskan pegangan. “Hamba tidak berani. Tapi selama hamba masih bernapas, hamba takkan membiarkan Yang Mulia menjemput ajal!”
Xue Beng berkata dengan ketidakpedulian: "Guru telah gugur demi kerajaan. Baik sebagai raja maupun murid Guru, aku tak bisa hidup sembunyi. Aku adalah Kaisar Tian Dou. Meski waktu duduk di takhta tak lama, namun sebagai penguasa, ada tanggung jawab yang harus kubawa. Perintah perang ini keluar dari mulutku. Menghadapi dua dewa, kemenangan mustahil tercapai. Melawan lebih lama hanya akan menambah korban jiwa. Tak bisa kulihat prajurit dan rakyatku mati sia-sia. Karena itu, kuserahkan kepadamu untuk memimpin penyerahan diri. Demi menyelamatkan bibit kehidupan Kekaisaran Tian Dou. Tapi semua boleh menyerah, kecuali diriku. Tak boleh mempermalukan leluhur dan mendiang Kaisar. Marsekal, jangan halangi aku. Saat aku melangkah keluar Gerbang Jialing nanti, perintahkan semua jenderal untuk menyaksikan. Kuharap kematianku bisa menanam benih harapan di hati mereka. Percaya, suatu hari Kekaisaran Tian Dou akan bangkit kembali."
"Yang Mulia--" Rombongan besar jenderal bersujud di puncak tembok kota. Mata mereka sudah memerah. Tak diragukan, sebagai penguasa, Xue Beng telah sepenuhnya menaklukkan hati mereka.
"Bersedia hidup dan mati bersama Yang Mulia. Di Kekaisaran Tian Dou, tak ada prajurit pengecut."
Marsekal Gor Long bersujud dengan suara byur. "Yang Mulia, jika Sungguh harus pergi, serahkan tugas penyerahan pada orang lain. Biarkan hamba tua ini menemani Yang Mulia."
“Aura mengerikan menyebar, meskipun Tang San telah tewas, saat ini pasukan kerajaan di puncak tembok Gerbang Jialing dipenuhi kekuatan kohesi yang belum pernah dialami sebelumnya. Seperti pepatah 'Pasukan yang berduka pasti menang'. Mata setiap prajurit dipenuhi semangat pertempuran yang tak tertandingi.”
“Yang Mulia Kaisar, berikanlah perintah. Kami memiliki pasukan sejuta tentara, bahkan jika orang itu adalah dewa sekalipun, kita tetap bisa menenggelamkannya. Lebih baik mati daripada menyerah.”
“Tidak——akan——menyerah——dalam——kematian——.” Teriakan keras bergemuruh seperti ledakan, bahkan terdengar hingga ke luar kota, sampai ke perkemahan tentara Kekaisaran Wuhun yang berjaga.
Di perkemahan Kekaisaran Wuhun, Bibi Dong dengan satu tangan menggenggam Qian Renxue dan tangan lainnya memegang Hu Liena, kembali ke tenda sementara yang didirikan.
Mendengar suara dari arah Gerbang Jialing, wajah mengerikan Bibi Dong menunjukkan ekspresi meremehkan, “Lebih baik mati daripada menyerah? Kalau begitu, tiga hari lagi aku akan membasuh Gerbang Jialing dengan darah.”
Sambil berkata demikian, dia meletakkan Qian Renxue dan Hu Liena di tanah.
“Guru.” Suara Hu Liena gemetar, air mata tak tertahankan mengalir, “Apakah... apakah Anda benar-benar membunuhnya?”
"Menghadapi siapa pun, bahkan menghadapi putrinya sendiri, Bibi Dong selalu menunjukkan ekspresi kaku. Hanya ketika berhadapan dengan Hu Liena, sedikit kelembutan terpancar dari wajahnya. "Na Na, aku tahu kau menyukainya. Tapi kau juga harus mengerti, hubungan kalian mustahil. Memang Tang San adalah jenius langka yang bahkan membuatku merasa inferior. Tapi sekarang dia sudah mati. Terimalah kenyataan. Guru Besar harus membunuhnya, kalau tidak, Kekaisaran Wuhun kitalah yang akan hancur. Dengan ini aku juga memutuskan harapanmu. Roh dewa Tang San yang bertubrukan denganku sudah kuhancurkan, ditambah jantungnya hancur. Sekalipun dia dewa, ini pasti berakibat fatal. Sekarang siapa lagi yang bisa menghalangiku menyatukan benua?"
"Jika kau tidak membunuhku sekarang, mungkin orang yang akan menghentikanmu adalah aku." Suara dingin Qian Renxue menggema di telinga Bibi Dong.
Bibi Dong mengerutkan alisnya sedikit, menoleh ke putri yang tak pernah dekat dengannya ini. Di wajah Qian Renxue terpancar keras kepala, bibirnya terkunci rapat. Matanya hanya memancarkan kebencian saat menatap Bibi Dong.
"Kau? Kau ingin menghalangiku? Tak kusangka kau juga punya ambisi sebesar ini." Bibi Dong berkata dengan nada dingin.
Qian Renxue menyunggingkan senyum dingin. "Ambisi? Ya, aku punya ambisi. Tapi sekarang ini tidak penting bagiku. Yang penting adalah, apapun yang ingin kau lakukan pasti akan kuhalangi. Dan ada satu hal yang mungkin belum kau ketahui - Tang San adalah satu-satunya pria yang pernah kusukai dalam hidupku."
Bibi Dong tertegun: "Kau juga menyukainya?"
Di mata Qian Renxue muncul kabut tipis. Persis ketika Tang San dijepit jantungnya oleh Bibi Dong, tiba-tiba ia merasa dadanya kosong, seolah yang hancur bukan jantung Tang San melainkan jantungnya sendiri. Dalam hatinya, semua kebencian pada Tang San lenyap bersamaan dengan hancurnya jantung itu, yang tersisa hanya kehampaan dan kesakitan yang tak berujung. Baru sekarang ia sadar, betapa cintanya pada pria itu. Meski mereka selalu bermusuhan, cintanya tak pernah pudar. Walau berkali-kali ingin menghancurkan Tang San sepenuhnya, saat kematiannya benar-benar tiba, jantungnya terasa remuk tak bisa bernapas.
"Dia hanya boleh mati di tanganku! Tapi kau membunuhnya. Bibi Dong, bunuh aku juga. Jika tidak, aku akan jadi musuhmu selamanya." Qian Renxue mengatupkan gigi, air matanya akhirnya mengalir deras di sudut mata.
Ekspresi wajah Bibi Dong berubah drastis. Tangan kanannya bahkan sudah terangkat, tapi akhirnya tidak jadi menampar.
"Untuk melawanku, kau harus pulihkan dulu lenganmu. Dengan kekuatanmu sekarang, pantaskah melawan Dewa Raksasa Penghancur? Aku salah satu dari dua Dewa Pembunuh yang bisa menekan dewa-dewa lain. Bahkan Tang San di masa kejayaannya belum tentu bisa mengalahkanku, apalagi dirimu."
Setelah mengucapkan itu, Bibi Dong melirik putrinya dengan dingin lalu keluar tenda tanpa menoleh.
Di Gerbang Jialing.
"Tepat ketika semangat pasukan sedang membara dan hendak menyerbu keluar Gerbang Jialing, Tuan Bergelar Racun yang selama ini diam-diam memandangi mayat Tang San akhirnya berbicara."
"Yang Mulia Kaisar benar. Jangan lakukan pengorbanan sia-sia. Meskipun jumlah pasukan kalian dua kali lipat lebih banyak, tetap tidak akan bisa mengancam Bibi Dong sedikitpun."
Ucapannya segera menyedot semua perhatian ke arahnya. Ekspresi wajah Dugu Bo sangat tenang, namun mereka yang mengenalnya tahu betul - setiap kali ia menunjukkan sikap seperti ini, justru saat itulah pikirannya paling tidak tenang. Dugu Bo melanjutkan: "Bahkan sebelum menjadi dewa, kemampuan Bibi Dong dalam penggunaan racun sudah melebihi saya. Kini sebagai dewa, kemampuan itu pasti semakin kuat dan tidak akan mengalami kondisi tidak terkendali seperti racun saya. Ancaman pembantaian Kekaisaran Tian Dou bukan omong kosong. Jika kalian tidak ingin prajurit mati sia-sia, buanglah dorongan untuk bertarung habis-habisan. Kalian bahkan tidak punya kesempatan untuk melakukan serangan frontal ke depan pasukan Kekaisaran Wuhun."
Perkataan Dugu Bo jelas sangat meyakinkan. Racun Ular Kaisar Bilin-nya telah meninggalkan kesan mendalam bagi semua orang.
Tuan Bergelar Racun perlahan mendekati Xue Beng, lalu menatap Master dan Tang Hao yang ekspresinya tetap tak berubah. "Mari kita pergi. Saya juga ingin melakukan sesuatu untuk Monster Kecil ini. Karena sudah diputuskan, mari berangkat bersama."
Oscar maju dengan wajah hampa, berkata datar: "Xiao San adalah saudaraku. Dengan ketidakhadiran Bos Dai, akulah yang tertua di antara Shrek Tujuh Monster. Saya ikut."
“Xiao Ao.” Ning Rongrong mengejar, sebelum sempat membuka mulut, Oscar sudah buru-buru berkata: “Rong Rong, dengarkan, kamu harus tinggal. Kamu adalah orang yang punya kesempatan menjadi dewa. Tugas membalaskan dendam kita di masa depan, hanya bisa bergantung padamu.”
Ning Rongrong sama sekali tak mau melepas tangan Oscar, “Apakah kamu tidak punya kemungkinan menjadi dewa juga? Semuanya jangan terburu emosi, mari kita pikirkan cara lain lagi.”
Oscar tersenyum sinis pada dirinya sendiri, “Masih ada cara apa lagi? Di seberang ada dua dewa, kita hanya manusia biasa, bisa berbuat apa? Rong Rong, aku ini pria, seperti dulu aku pergi ke Kutub Utara demi kamu, sekarang demi saudaraku, aku juga tak boleh mundur. Kalau tidak, meski nanti kita semua masuk neraka, bagaimana aku berhadapan muka dengan Xiao San? Dengan Bos Dai mereka?”
Mata Ning Rongrong memerah, menarik napas dalam, “Kalau begitu, alasan apa lagi yang membuatku harus tinggal? Merawat mayat San Ge, Xiao Wu sudah cukup. Kamu tak takut mati, masak aku takut? Aku akan menemanimu!”
Sambil berkata demikian, genggaman Ning Rongrong pada tangan Oscar semakin erat. Ekspresinya memberi tahu Oscar: tak ada ruang untuk kompromi.
Tang Hao dan Master pertama kali melangkah menuju bawah kota, disusul Xue Beng, Marsekal Gor Long, Tuan Bergelar Racun, dan lainnya.
Saat Oscar dan Ning Rongrong hendak mengikuti, tiba-tiba tubuh mereka bergetar bersamaan. Pandangan kedua orang itu serentak tertuju pada tangan mereka yang saling menggenggam.
Tangan Oscar perlahan berubah menjadi putih samar, sedangkan tangan Ning Rongrong dikelilingi sembilan warna. Cahaya putih dan cahaya sembilan warna saling memperkuat pancaran, berputar perlahan mengelilingi telapak tangan mereka.
Pandangan mata keduanya tiba-tiba menjadi kosong, secara serempak menghentikan langkah. Mereka saling memandang dengan ekspresi tak percaya.
Tiba-tiba Oscar berteriak kencang, "Tunggu sebentar!"
Tang Hao, Master dan yang lain seolah tak mendengar suaranya. Prajurit di puncak tembok bahkan menunjukkan tatapan sindiran aneh, mengira Oscar dan Ning Rongrong ciut nyali. Namun teriakan Ning Rongrong berikutnya mengubah semua ekspresi wajah secara dramatis.
"San Ge bisa diselamatkan."
Lima kata sederhana itu seolah membekukan waktu di puncak Gerbang Jialing. Air mata darah Xiao Wu terhenti mendadak, Tang Hao di depan langsung berbalik badan, tatapan prajurit berubah terkejut. Dalam sekejap, Oscar dan Ning Rongrong menjadi sorotan utama.
Begitu berbalik, Tang Hao sudah melesat ke depan mereka dan mencengkeram bahu Oscar, "Apa katamu? Xiao San bisa diselamatkan?"
Oscar, matanya dipenuhi gejolak semangat yang luar biasa, suaranya menjadi lebih melengking karena emosi, "Paman, lihatlah." Sambil berkata demikian, dia mengangkat tangan mereka yang saling menggenggam erat dengan Ning Rongrong, "Xiao San bisa diselamatkan, kami punya cara untuk membangkitkannya kembali."
Master dan yang lain juga sudah kembali, perkataan Oscar dan Ning Rongrong seperti memberikan pil penenang darurat kepada Master, langsung membuat kesadarannya pulih, bertanya dengan penuh kecemasan: "Bagaimana cara menyelamatkannya? Apa cara yang kalian miliki?"
Oscar berkata dengan penuh semangat: "Master, kami baru kembali dari Pulau Dewa Laut dan langsung terjun ke medan Perang, belum sempat menunjukkan kemampuan spirit terakhir yang kami dapatkan. Masih ingat kan?"
Master mengangguk, "Cincin Jiwa terakhir kalian berlevel 100.000 tahun. Aku ingat. Apa hubungannya dengan menghidupkan kembali Xiao San?"
Oscar menjelaskan: "Cincin Jiwa 100.000 Tahun, secara normal seharusnya memiliki dua kemampuan spirit. Kemampuan Spirit ke-9 saya adalah Diamond Sosis Ekstra, sedangkan Kemampuan Spirit ke-9 Rong Rong adalah Sembilan Permata Cahaya Tak Terkalahkan. Kedua kemampuan spirit 100.000 tahun kami hanya muncul satu. Tapi, saat kami saling menggenggam tangan dengan Rong Rong tadi, kami memicu Kemampuan Spirit 100.000 tahun kedua kami yang harus digunakan bersama."
Master yang telah meneliti Hunwu seumur hidupnya langsung memahami sebelum yang lain bingung, "Maksudmu, kalian berdua memiliki Teknik Penggabungan Hunwu level 100.000 tahun? Teknik gabungan yang dihasilkan dari kemampuan spirit?"
"Benar." Oscar dan Ning Rongrong serentak berseru.
Teknik Penggabungan Hunwu hanya bisa lolos jika dua Ahli Jiwa memiliki Kesesuaian yang sangat tinggi. Contohnya Zhu Zhuqing dan Dai Mubai yang memiliki keselarasan bawaan alami. Namun kasus khusus seperti teknik fusi kemampuan Oscar-Rongrong ini jauh lebih langka dari teknik bawaan, biasanya memiliki tingkat Kesesuaian ekstrem.
Tang Hao gelisah bertanya, "Kalian maksud Teknik ini bisa membantu kebangkitan Xiao San? Tunggu apa lagi? Mulai sekarang juga!"
"Tunggu!" Master tiba-tiba mencegah, "Bukan di sini. Kita ke ruang sidang marsekal dulu."
Tang Hao menepuk dahinya, "Aduh, aku panik. Benar, lebih baik ke markas." Di puncak tembok kota Gerbang Jialing yang terlalu terbuka ini, meski belum paham bagaimana mungkin mereka bisa menghidupkan dewa, semua berharap ini nyata. Kebangkitan dewa pasti memicu fenomena abnormal. Jika terdeteksi Kekaisaran Wuhun selama proses, kesempatan terakhir akan hilang.
Xiao Wu langsung mengangkat mayat Tang San, melangkah beberapa langkah ke depan Ning Rongrong dan Oscar, "Kita pergi." Harapan menyala kembali membuatnya semakin kuat. Postur Xiao Wu yang jenjang membuatnya tidak terlalu canggung saat menggendong Tang San. Ia segera terbang menuju Gerbang Jialing.
Tang Hao, Master, Liu Erlong, Flender, Oscar, Xue Beng dan yang lain segera mengikuti. Namun Ning Rongrong tertinggal selangkah. Ia menoleh memandang ayahnya yang masih mengumpulkan sisa tulang Sword Douluo dan Dugu Luo di luar gerbang, air mata membanjiri wajahnya. Dalam hati ia berbisik: Maafkan aku, Kakek Pedang, Kakek Gu, Rong Rong tidak bisa memakamkan kalian. Jika setelah membangkitkan San Ge aku masih hidup, aku akan menjalani masa berkabung untuk kalian.
Dengan cepat Ning Rongrong menoleh sambil menahan diri dari kesedihan mendalam, lalu menyusul yang lain dengan langkah cepat.
Berita tidak mungkin sepenuhnya diblokir. Xue Beng pun tidak memerintahkan penyensoran. Segera, pasukan besar Kekaisaran Tian Dou di Gerbang Jialing mengetahui seluruh kejadian di gerbang pertahanan. Sikap Xue Beng di Gerbang Jialing memainkan peran krusial. Sebagai Raja, ia rela berkorban untuk kerajaan - sikap ini menaklukkan semua jenderal yang hadir. Di bawah pengawasan para jenderal, panik yang seharusnya muncul di pasukan justru tidak terjadi. Sebaliknya, seluruh Gerbang Jialing dipenuhi jejak aura perlawanan bersama.
Marsekal Gor Long, setelah semua orang pergi untuk membangkitkan Tang San, segera menyampaikan deklarasi perang habis-habisan: Menyerah berarti diperbudak. Demi generasi baru Kekaisaran Tian Dou, demi keluarga di garis belakang, sebagai seorang pria Kekaisaran Tian Dou, kita tidak boleh mundur. Hanya dengan bersatu padu, kita bisa melawan musuh bersama. Yang Mulia Dewa Laut tidak mati, hanya menderita cedera serius. Untuk pahlawan kita, saya menuntut setiap prajurit Kekaisaran Tian Dou untuk bergumamkan doa bagi Yang Mulia Dewa Laut, berdoa agar Beliau kembali memimpin kita melawan musuh kuat.
Kata-kata Marsekal Gor Long sampai ke telinga setiap prajurit Kekaisaran Tian Dou. Pasukan besar kerajaan tidak menunjukkan tanda-tanda pemberontakan, justru semakin dipenuhi kekuatan kohesi pada saat genting ini.
Namun bahkan Marsekal Gor Long sendiri tahu, ini hanyalah tanda sementara yang hanya bisa menstabilkan semangat pasukan untuk sementara waktu. Jika racun mematikan yang pernah dilepaskan Dugu Bo itu benar-benar Turun di atas pasukan besar Kekaisaran Tian Dou, semua masih menjadi tanda tanya. Jika saat itu benar-benar tiba, bahkan jika harus menyerah, dirinya hanya bisa gugur membela negara dan menyusul Yang Mulia Kaisar.
Ruang Sidang. Semua perabot dan dekorasi di dalam aula telah dikosongkan sepenuhnya. Xiao Wu merangkul mayat Tang San di pusat ruangan. Ning Rongrong dan Oscar berdiri di kedua sisi, sementara yang lain berada di lingkaran luar, memberikan ruang lebih luas bagi mereka. Saat ini, wajah setiap orang memancarkan kecemasan dan kekhidmatan. Jika Tang San bisa bangkit kembali, semua masih ada kesempatan. Jika dia benar-benar mati, bukan hanya Kekaisaran Tian Dou yang akan hancur, Kekaisaran Xing Luo pun takkan luput. Benua ini benar-benar akan menjadi kerajaan Bibi Dong. Baik dari ikatan keluarga, persahabatan, maupun sudut pandang keseluruhan benua, setiap orang dalam hati mereka diam-diam mendoakan Tang San.
Tak hanya di sini, di seluruh Gerbang Jialing, satu juta pasukan di bawah pimpinan Marsekal Gor Long dan para jenderal, semuanya bersujud menghadap ke arah Ruang Sidang, berdoa untuk Yang Mulia Dewa Laut dan Raja Lan Hao mereka. Di hati mereka, Raja Lan Hao adalah Dewa Perang abadi yang takkan pernah binasa.
