“Hmm, kenapa tidak diangkat? Sekarang jam dua belas lewat, harusnya jam makan siang. Ayahku dan timnya biasanya istirahat di siang hari saat bekerja renovasi, seharusnya bisa angkat telepon.” Dengan bingung, Luo Feng menekan fitur 'Pelacakan Lokasi Ponsel'. Peta Kota Yangzhou langsung muncul di layar, dengan titik merah menunjukkan posisinya sendiri dan titik hijau menunjukkan lokasi ponsel ayahnya.
“Tidak terlalu jauh dari sini.”
Begitu mengetahui lokasi ayahnya, senyum merekah di wajah Luo Feng, “Aku akan langsung ke tempat Ayah dan beri tahu kabar kalau aku lulus jadi calon petarung.”
Segera ia melesat menuju lokasi sesuai petunjuk peta di ponselnya.
……
Distrik Yi’an, Perumahan Tiandu Garden.
“Cepat, pindahkan barang-barang kalian lebih cepat agar kalian bisa istirahat makan siang. Kami juga mau makan.” Di halaman pribadi salah satu rumah susun (townhouse) di kompleks perumahan, Zhang Haobai yang mengenakan kaos putih dan celana panjang putih mengerutkan kening sambil menyuruh. Di sampingnya berdiri tiga bodyguard dengan wajah dingin.
“Tuan, jangan buru-buru. Furniture ini barang mahal, tidak boleh sembarangan. Ayo kawan-kawan, kerahkan tenaga!” Terlihat truk berhenti di jalan kompleks di luar halaman pribadi, mengangkut furnitur kayu yang terbungkus rapi.
Furnitur kayu di zaman sekarang merupakan barang mewah yang sangat mahal, hanya dimiliki segelintir orang!
Pasalnya, umat manusia tinggal di dalam kota basis. Area penanaman pohon sangat langka, kebanyakan hanya untuk keperluan estetika. Di luar kota basis manusia memang terdapat banyak pohon tumbuh, namun juga dipenuhi monster. Bayangkan betapa tingginya biaya yang diperlukan untuk menebang dan mengangkut kayu sambil bertarung melawan monster!
Saat ini, furnitur kebanyakan rumah terbuat dari plastik, yang lebih mahal menggunakan bahan kaca.
Produk kayu bukanlah barang yang bisa dibeli oleh keluarga biasa.
“Hati-hati.”
Karyawan perusahaan dekorasi tersebut dengan sangat hati-hati menurunkan furnitur berat dari truk ke tanah. Kemudian tiga karyawan bersama-sama mengangkat furnitur itu masuk ke halaman pribadi.
“Kalian harus ekstra hati-hati,” Zhang Haobai mengingatkan sambil mengerutkan kening, “Ini furnitur kayu solid dari bahan terbaik. Kalau rusak, bos kalian pasti akan menuntut pertanggungjawaban.”
“Huh, huh.”
Tiga karyawan dengan hati-hati memindahkan furnitur ini. Bahan furniturnya sangat bagus dan beratnya luar biasa, lebih dari 500 kilogram. Ketiga karyawan ini tampak kesulitan mengangkatnya.
"Teman-teman, istirahat sebentar dulu. Nanti kita angkat sekaligus ke dalam rumah," kata karyawan yang berada di depan sambil mengangkat. "Taruh dulu furnitur di sini, pelan-pelan, hati-hati." Ketiganya dengan penuh kehati-hatian menurunkan furnitur ke tanah halaman, lalu berdiri tegak sambil menghela napas panjang.
"Lao Luo, perutku sudah keroncongan nih," ujar seorang karyawan perusahaan dekorasi bertubuh besar sambil meregangkan badan.
"Setelah yang ini, masih ada dua set lagi. Kalau sudah semua, kita makan bersama." Luo Hongguo tersenyum pada dua rekannya sambil mengusap keringat di wajahnya dengan ujung baju. Bulan Juli tengah hari, pukul satu siang yang terik.
Memindahkan furnitur mewah lebih dari setengah ton dengan tiga orang memang pekerjaan kasar.
"Cepatlah!" Zhang Haobai menyeringai tak sabar.
"Siap!" Luo Hongguo membungkuk memegang furnitur. "Ayo kawan, kerahkan tenaga, masukkan set terakhir ini."
"Bersiap... Satu, dua, tiga, angkat!"
Dengan tenaga terkumpul, ketiganya mengangkat furnitur dan menaiki tangga perlahan-lahan. Tak lama kemudian mereka sudah keluar dari rumah. Saat melewati Zhang Haobai dan kawan-kawannya, bau keringat menyengat membuat Zhang Haobai mengerutkan kening.
"Orang miskin tetaplah miskin, mengerjakan pekerjaan kasar seperti ini, nasibnya seumur hidup hanya jadi buruh kasar." Zhang Haobai bergumam dalam hati.
Ayahnya adalah orang kaya, berasal dari keluarga berada. Sejak lahir, Zhang Haobai memiliki prasangka terhadap lapisan masyarakat paling bawah yang mengandalkan tenaga kasar. Baginya, orang-orang yang rela jadi buruh kasar tidak punya semangat juang, pantas hidup menderita.
"Hati-hati, jangan sampai menyentuh pintu gerbang."
Luo Hongguo dan dua rekannya mengangkut perabot selangkah demi selangkah dengan sangat hati-hati. Baju mereka basah kuyup oleh keringat, butiran peluh mengucur dari dahi lalu mengalir masuk ke kerah baju.
"Istirahat sebentar di luar rumah." Ketiganya menurunkan perabot lagi, mengambil napas sejenak untuk memulihkan tenaga.
"Ayo, satu, dua, tiga, angkat!"
Meski kelelahan, Luo Hongguo dan kawan-kawan sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini selama 20-30 tahun. Mereka paham batas kemampuan diri, sehingga jarang melakukan kesalahan saat mengangkut barang.
Beberapa saat kemudian, mereka kembali mengangkat set perabot terakhir.
"Panas sekali cuacanya." Zhang Haobai menengadah melihat langit, "Kak Wang, nanti kita makan di restoran sebelah ya."
"Terima kasih, Tuan Muda." Tiga pengawal itu menjawab dengan senyum lebar.
Zhang Haobai melirik tiga pekerja renovasi yang sedang mengangkat set furniture terakhir, hidungnya tak sengaja mengeluarkan dengusan rendah. Terhadap orang-orang kampungan seperti ini, Zhang Haobai secara alami merasa jijik. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada marmer halaman yang digunakan untuk jalan setapak, salah satu marmer tersebut retak - retakan ini terjadi beberapa hari lalu saat ia berlatih dengan bodyguard dan tidak sengaja merusaknya.
"Hm?" Mata Zhang Haobai berbinar, "Uang jajan akhir-akhir ini sedikit, pas bisa dapat tambahan!"
Saat itu, Luo Hongguo dan dua orang lainnya sedang mengangkat set furniture ketiga.
Tiba-tiba——
Ringtone ponsel berbunyi, Luo Hongguo yang sedang mengangkat furniture berdebar gembira: "Sepertinya telepon Xiao Feng." Tapi Luo Hongguo sedang mengangkat furniture dan sama sekali tidak bisa menerima telepon, jadi terpaksa menahan diri untuk menelepon balik nanti setelah meletakkan furniture.
"Istirahat sebentar di luar dulu, turunkan perlahan, hati-hati." Luo Hongguo bertiga perlahan menurunkan furniture.
Luo Hongguo mengeluarkan ponsel dari saku, melihat nomor yang menelepon adalah putranya, tersenyum siap menelepon balik.
"Kalian ini bagaimana sih?"
"Aduh, sudah kubilang hati-hati, kalian ini ngapain aja?" Terdengar hardikan marah tiba-tiba.
Luo Hongguo dan dua karyawan perusahaan dekorasi lainnya terkejut, menoleh ke arah suara. Zhang Haobai dengan wajah muram menunjuk marah ke jalanan marmer yang tertimpa perabot: "Kalian kerja bagaimana sih? Tidak hati-hati, lihat! Jalan di rumah saya rusak karena kalian. Ini marmer Nanshan, khusus didatangkan dari luar area basis. Satu lembar marmer harganya puluhan juta, kalian sanggup ganti? Hah!!!"
Luo Hongguo dan dua rekannya menunduk melihat——
Benar, di bawah perabotan terdapat retakan kecil pada salah satu lempengan marmer.
"Dasar, saya akan tanya bos perusahaan kalian." Zhang Haobai menggerutu kesal, "Kak Wang, kamu punya nomor perusahaan dekorasi mereka kan? Telepon! Suruh bos mereka datang! Ngomong sama orang-orang ini percuma."
"Saya ada nomornya." Bodyguard bernama Wang segera mengeluarkan ponsel dan mulai menghubungi.
Ketiga karyawan dekorasi itu saling memandang.
"Ini tidak benar." Karyawan dekorasi bertubuh besar buru-buru bersuara, "Retakan di marmer ini sudah ada sebelumnya. Saya sudah melihatnya."
"Bandel! Ngeles tidak ada gunanya." Zhang Haobai mencemooh.
Alis Luo Hongguo berkerut. Sebagai karyawan senior berpengalaman, dia tahu masalah tuduhan seperti ini paling merepotkan. Perusahaan biasanya sangat menjaga reputasi. Jika benar-benar dipaksa membayar, sementara perusahaan tidak punya bukti bahwa retakan marmer itu bukan ulah karyawan, akhirnya perusahaan terpaksa membayar ganti rugi.
Jika perusahaan membayar, sudah pasti gaji ketiga karyawan yang bertugas mengangkut akan dipotong.
"Teman-teman, bawa furniture masuk dulu," kata Luo Hongguo sambil bersiap mengangkat furniture.
"Bawa masuk?"
“Zhang Haobai maju dua langkah, mendorong Luo Hongguo hingga tersungkur, lalu melirik tiga karyawan sambil berteriak, ‘Jangan main-main! Mebel ini menindih marmer, ini buktinya! Kalian mau pindahkan furnitur ke dalam rumah lalu pura-pura tidak tahu? Huh, tipu muslihat kotor seperti ini sudah biasa kulihat. Tunggu bos kalian datang!’”
“Lao Luo, Lao Luo.”
Dua rekan kerja lain segera membantu Luo Hongguo yang terjatuh setelah didorong untuk berdiri.
“Tidak apa-apa.” Luo Hongguo menggosok bahunya.
“Kenapa kalian mendorong orang?”
“Masih belum jelas apakah marmer ini rusak karena kami, kenapa kalian mendorong orang?” Dua rekan kerja itu langsung melotot dan membentak. Para buruh kasar ini tak takut apa pun. Jika emosi sudah memuncak, mereka tak segan berkelahi. Sekalipun nanti ditangkap polisi, mereka tak punya uang dan hanya punya nyawa. Biasanya polisi tetap akan melepaskan mereka.
“Jangan lancang di hadapanku!” Zhang Haobai dengan gesit menendang perut keduanya.
Dorr! Dorr!
Dua buruh itu terlempar ke belakang dan jatuh ke lantai.
“Huh, berani lancang di tempat yang salah.” Zhang Haobai menyeringai. Keluarga Zhang di Distrik Yi’an memiliki jaringan kuat. Memukuli beberapa buruh biasa bukanlah masalah besar.
“Lao Tian, Da Hou. Kalian baik-baik saja?” Luo Hongguo panik.
“Kamu anak muda, kenapa seperti ini.” Luo Hongguo membentak marah.
Zhang Haobai mencium bau keringat dari tubuh Luo Hongguo, alisnya berkerut lalu melambaikan tangan: “Kakak Wang, kalian berikan pelajaran agar mereka diam.”
“Tuan muda, dari perusahaan dekorasi...” Bodyguard bermarga Wang mengulurkan ponsel.
“Hmm.” Zhang Haobai melambaikan tangan. Tiga bodyguard segera menghajar tiga pekerja itu, sementara Zhang Haobai memegang telepon: “Ya, saya dari Tiandu Garden. Surut bosmu yang bermarga Hou angkat telepon! Bos Hou, kenapa kru pengirim barangmu hari ini kaku-kaku? Lantai marmer halaman rumahku sampai retak karena kecerobohan mereka. Segera kirim orang! Kalau masalah ini tak selesai, jangan harap dapat pelunasan furnitur!”
Belum selesai bicara——
“Berhenti!” Terdengar teriakan keras dari luar halaman.
Saat itu Luo Hongguo dan dua teman kerjanya terpojok di sudut halaman oleh tiga bodyguard bertubuh besar, seragam mereka penuh jejak sepatu.
“Hmm?” Tiga bodyguard dan Zhang Haobai menoleh serentak.
Bayangan samar menyambar masuk ke halaman. Zhang Haobai langsung mengenali: “Luo Feng, berani-beraninya datang ke rumahku! Hajarrr!”
“Sialan!” Luo Feng langsung melihat ayahnya yang berkeringat basah di halaman, tubuh penuh jejak sepatu, membungkuk sambil memegangi perutnya di sudut. Matanya langsung memerah. Bertahun-tahun ayahnya melakukan pekerjaan kasar ini, selalu diremehkan, hari ini malah mengalami hal seperti ini.
Salah satu dari tiga bodyguard yang agak gemuk dan pendek mendekat dengan senyum sinis.
“Minggir!!!” Luo Feng mengaum, dengan cepat melancarkan tendangan keras ke arah bodyguard gemuk itu yang berusaha menangkis dengan lengan kanan.
“Bruk!”
Tendangan dahsyat itu membuat bodyguard gemuk itu terbelalak, tubuhnya terlempar mundur 4-5 meter sebelum jatuh. Dua bodyguard lain langsung kaget.
“Luo Feng, berani-beraninya kau memukul orangku di rumahku!” Zhang Haobai membelalakkan mata, berteriak marah, “Kau cari mati!”
“Kau yang cari mati!!!” Luo Feng menyeringai penuh amarah, menggigit gigi siap menyerang.
