Kota Basis Jiangnan, salah satu dari enam kota basis utama Tiongkok, sangat makmur. Di distrik pusat kota berdiri gedung pencakar langit setinggi 88 lantai. Pada dinding gedung tersebut terpampang dua huruf Inggris 'HR' yang sangat mencolok. Di sekitar lantai dasar gedung terdapat plaza indah dan air mancur terbesar di seluruh Kota Basis Jiangnan. Area sekitar plaza dijaga ketat oleh lebih dari seribu tentara bersenjata lengkap yang berpatroli, melarang siapa pun yang bukan anggota masuk.
Pejalan kaki yang lewat selalu melihat gedung pencakar langit itu dengan rasa ingin tahu dan kekaguman.
Sebagian besar penduduk Jiangnan tidak pernah masuk ke dalamnya seumur hidup mereka.
"Bip!"
Suara elektronik berbunyi.
Para tentara yang sedang berjaga dan berpatroli segera membuka jalan. Sebuah mobil militer bertuliskan 'HR' di bodinya memasuki area dan berhenti di depan lobi gedung. Dengan suara gesekan, pintu terbuka menampilkan tiga petarung bersenjata lengkap - satu membawa tombak besi, satu lagi pedang dan perisai, dan yang terakhir membawa dua kotak besi besar.
“Tuan, silakan masuk.” Pelayan pintu di lobi gedung pencakar langit memberikan salam hormat dengan penuh penghormatan.
Ketiga petarung itu langsung melangkah masuk ke dalam gedung pencakar langit.
“Ayo, Luo Feng, kita duduk dulu di meja bar sana menunggu kapten dan yang lain datang,” kata Chen Gu sambil tersenyum.
“Aku belum pernah bertemu kapten, tidak tahu seperti apa rupanya.” Luo Feng tersenyum, sambil mengamati Pusat Perbelanjaan HR Alliance ini. Aliansi bawah tanah yang dibentuk oleh berbagai keluarga super dan konglomerat dunia ini sebagai markas besar mereka di Kota Basis Jiangnan, dengan interior gedung yang sangat mewah.
Lantai lobi mengilap seperti cermin, bahkan ornamen sederhana pun terlihat istimewa.
Pelayan di lobi, pria tampan dan wanita anggun, semuanya tersenyum ramah bagai sinar matahari musim semi.
Luo Feng, Chen Gu, dan anggota lain ‘Zhang Ke’ duduk di sofa.
“Apa pesanan Tiga Tuan?” Pelayan sedikit membungkuk sambil bertanya dengan senyuman.
“Teh Tieguanyin!”
“Pu’er tea dengan aroma melati!”
Huo Pao Chen Gu dan Zhang Ke, dua petarung senior langsung memesan. Luo Feng terkejut, di Balai Ekstrim keduanya sering minum alkohol. Zhang Ke yang bertubuh kekar seperti lutung panjang itu berkata: “Luo Feng, di wilayah liar kita harus waspada, tidak boleh minum alkohol.”
Luo Feng tersadar, benar, di wilayah liar tidak boleh lengah, bagaimana bisa minum alkohol sekarang?
“Untukku, teh pu’er juga,” kata Luo Feng sambil tersenyum.
Suara musik yang tenang bergema di aula, ini adalah lagu yang dimainkan dengan seruling. Tentang jenis lagu apa, dengan selera sendiri, Luo Feng sama sekali tidak bisa mengenalinya. Namun alunan seruling kadang melankolis dan lembut, kadang cepat dan lincah, membuat seluruh pikiran terasa segar.
"Luo Feng, lantai satu adalah area penerimaan tamu. Mulai lantai dua ke atas adalah area penjualan barang mall." Chen Gu tersenyum, "Harga barang di Mall Aliansi Bawah Tanah ini umumnya lebih murah sedikit dibanding harga penuh di mall online 'Batas' Dojo. Tentu saja, lebih tinggi dari harga setengah untuk anggota internal."
Luo Feng mengangguk, harga setengah itu adalah hak anggota internal Dojo Batas.
"Keuntungan terbesar Mall Aliansi Bawah Tanah adalah...kita bisa menjual bahan-bahan dari monster yang kita buru dengan harga tinggi kepada mereka." Chen Gu menjelaskan, "Jika bahan hasil buruan monster kita dijual ke dojo, harganya lebih rendah tapi kita dapat poin kontribusi. Jika dijual ke sini, harganya lebih tinggi tapi tanpa poin kontribusi. Pilihan ada di tangan kita."
Luo Feng tersenyum, tentang hal ini dia sudah tahu dari beberapa thread di forum petarung.
Menjual ke dojo: dapat poin kontribusi dan uang.
Menjual ke Aliansi Bawah Tanah: hanya dapat uang, tapi nominalnya besar.
"Kakak Wang, kau sudah begadang semalaman, istirahatlah. Serahkan di sini padaku." Suara lembut nan jernih itu membuat Luo Feng yang sedang memegang cangkir teh terkejut, langsung menoleh ke sumber suara.
Di dalam bar terlihat seorang gadis berbaju putih dan celana panjang jas hitam sedang berganti shift dengan manajer lain.
Di bar ini terdapat total 12 pelayan dan 1 manajer yang beroperasi 24 jam dengan sistem shift 8 jam dan rotasi tiga regu.
"Xu Xin?" Luo Feng memandang tak percaya ke arah manajer wanita di balik bar yang berpenampilan profesional dengan aura elegan alami. Menjadi manajer di bar hall penerimaan Aliansi Bawah Tanah jelas bukan posisi untuk orang biasa. Ini adalah tempat khusus untuk melayani Petarung!
Bahkan pelayan biasa di sini mungkin harus lulusan universitas ternama dengan pelatihan etiket menyeluruh, apalagi seorang manajer bar.
"Xu Xin dia..."
Bagaimana bisa gadis SMA yang sederhana dulu tiba-tiba berubah total aura kepribadiannya?
"Kak Chen, Kak Zhang, saya mau ke sana dulu." Luo Feng meninggalkan tas ransel, perisai, dan pedang perangnya di sofa lalu berjalan sambil tersenyum menuju bar.
Area di balik bar.
Xu Xin sedang menunduk memeriksa persediaan minuman di bar ketika tiba-tiba -
"Xu Xin." Suara familiar terdengar.
"Hmm?" Xu Xin kaget. Di hall lantai ini yang biasanya memanggil nama aslinya hanyalah rekan kerja yang menyebut 'Manajer Xu', sementara Petarung biasa takkan tahu namanya. Siapa yang memanggilnya 'Xu Xin'? Suara itu terdengar sangat familiar. Xu Xin mengangkat kepala -
Saat ini, Luo Feng di luar bar menunduk melihat ke dalam, sementara Xu Xin yang sedang berjongkok memeriksa minuman kebetulan mengangkat kepala.
Pandangan mereka bertemu.
Pada saat itu, Luo Feng dan Xu Xin sama-sama merasakan getaran tak terduga di hati.
"Luo Feng, kenapa kamu di sini?" Xu Xin tersadar dan segera berdiri sambil tersenyum.
"Xu Xin saja bisa jadi manajer di sini, masa aku tidak boleh?" kata Luo Feng sambil memandangi gadis muda di depannya. Pikirannya melayang ke masa SMA ketika dia duduk di belakang kelas, terus menerus memandangi punggung Xu Xin dari jauh... Perasaan diam-diam yang tak sempat diungkapkan.
Dulu dia mengira takkan bisa bertemu Xu Xin lagi, tapi tak disangka justru bertemu di HR Alliance Mall ini. Itupun sebelum pergi ke wilayah liar untuk pertama kalinya.
"Ah, Luo Feng, kamu sudah jadi Petarung?" tanya Xu terkejut melihat pakaian Luo Feng.
"Iya, sebentar lagi berangkat ke wilayah liar," jawab Luo Feng sambil tersenyum.
"Wilayah liar?" Wajah Xu sedikit berubah.
Seluruh daratan di luar kota berbenteng disebut wilayah liar. Bagi penghuni kota benteng, wilayah liar adalah kematian - tempat yang dipenuhi berbagai monster. Ada yang licik dan misterius, ada yang kuat dan brutal, bahkan beberapa hampir tak terkalahkan.
“Tempat seperti itu, hanya para petarung kuat di antara manusia yang bisa menjelajahinya, bertarung melawan monster-monster.”
Xu Xin tidak menyangka... Luo Feng ternyata sudah menjadi Petarung, dan segera akan memasuki wilayah liar.
Tentang Luo Feng, sejujurnya Xu Xin juga tahu bahwa Luo Feng sedikit menyukainya... Sebenarnya hal ini sama sekali tidak bisa disembunyikan. Setiap hari di kelas, Luo Feng sering mencuri-curi pandang ke arah punggungnya. Ketika Xu Xin sesekali menoleh, dia secara alami melihat Luo Feng menatapnya. Dengan sendirinya, Xu Xin memahami perasaan Luo Feng.
Hanya saja, kedua pihak tidak membicarakan hal itu secara terbuka.
“Luo Feng, ketua sudah datang, kemarilah.” Chen Gu berteriak.
“Aku pergi dulu.” Luo Feng berkata kepada Xu Xin.
“Ya.” Xu Xin mengangguk.
Luo Feng kembali ke posisi semula. Saat itu datang tiga orang lagi, dua di antaranya berwajah mirip, jelas terlihat kembar. Keduanya membawa perisai dan sabit melengkung di punggung. Orang ketiga bertubuh sangat kekar, membawa dua palu besar berwarna hitam dengan kilau perak di punggungnya.
“Luo Feng, ini adalah ‘Sabit Bulan Ganda’ Wei bersaudara yang termashur, Wei Tie dan Wei Qing.” Chen Gu tersenyum.
Kedua saudara Wei itu mengangguk pada Luo Feng, meletakkan perisai dan sabit mereka, lalu duduk.
“Kak Tie, Kak Qing.” Luo Feng menyapa dengan ramah.
“Anggota lain Tim Hammer Api semuanya lebih tua dari Luo Feng, setidaknya sepuluh tahun lebih tua. Dibandingkan dengan lima anggota lainnya, Luo Feng memang seperti adik kecil.”
“Orang ini adalah kapten Tim Hammer Api kami, ‘Double Wind Hammer’ Gao Feng.” Chen Gu berkata. Luo Feng segera memperhatikan kapten ‘Gao Feng’. Tinggi badan Gao Feng tidak terlalu jangkung, hanya sedikit di atas 1,8 meter. Yang paling mencolok adalah tubuhnya yang sangat kekar, seperti patung besi.
Gao Feng tersenyum lebar, otot wajahnya berkerut seperti batu karang: “Luo Feng, kamu juga menggunakan pedang. Nanti saat masuk wilayah liar, banyak-banyaklah belajar pengalaman dari Wei Tie dan Wei Qing. Bakatmu bagus, aku yakin kamu akan cepat menjadi anggota tim kami.”
“En.” Luo Feng mengangguk.
Bagaimanapun juga, target pertamanya sekarang adalah tidak menjadi beban bagi tim elit peringkat warlord ini.
“Istirahat sebentar, kita segera berangkat.” Gao Feng memberi perintah.
“Siap, Kapten.”
Termasuk Luo Feng, lima orang mengangguk.
Hanya dua puluh menit kemudian, Gao Feng dan yang lain sudah berdiri setelah minum teh: “Ayo, berangkat ke wilayah liar!” Luo Feng segera mengikatkan Blood Shadow Combat Blade dan perisainya.
“Luo Feng.” Sebuah suara terdengar.
Luo Feng menoleh.
Dada Xu Xin naik turun dengan gelisah. Entah mengapa, memikirkan Luo Feng yang akan segera memasuki wilayah liar penuh bahaya membuat hatinya berdebar. Mungkin perasaannya terhadap pria yang diam-diam menyukainya sejak SMA ini mulai tumbuh sesuatu yang spesial.
“Hm?” Luo Feng menatap Xu Xin.
“Beberapa hari lagi aku masuk kuliah, tapi selama semester berjalan, pada hari Sabtu dan Minggu siang hari, aku akan bekerja sebagai manajer di sini.” Xu Xin berteriak, “Kamu pasti harus datang nanti.” Setelah berteriak, wajah Xu Xin sedikit memerah.
“Baik, aku pasti datang.”
Luo Feng menunjukkan senyum tipis.
“Cepat sekali kau berhasil mendekati, hebat ya!” Chen Gu di samping menepuk bahu Luo Feng sambil tertawa terbahak.
“Inilah keuntungan masih muda, wanita cantik malah yang mendekati.” Gao Feng di sebelah juga tertawa terbahak. Karena telah memutuskan menerima Luo Feng ke tim Palu Api, mereka menganggap Luo Feng sebagai saudara.
Luo Feng hanya tersenyum.
“Ayo pergi!”
“Naik mobil!”
Enam anggota tim Palu Api naik mobil khusus HR Alliance langsung menuju stasiun kereta, menggunakan kereta api untuk meninggalkan Kota Basis menuju kawasan liar.
Bagian Pertama: Kebangkitan Semalam Episode Tiga: Pisau Petir Sembilan Lapis
