Malam hari, bintang-bintang berkilauan.
Di bawah langit berbintang, sosok manusia seperti kilat hitam melesat cepat di tengah kota kabupaten yang runtuh. Kadang menyusuri jalanan, kadang melompati kompleks perumahan... Hanya dalam sekejap, sudah tiba di gedung apartemen enam lantai tempat anggota Tim Palu Api menunggu.
"Luo Feng datang."
"Hm, sepertinya tidak terluka."
Anggota Tim Palu Api mengangkat teropong menyaksikan Luo Feng memasuki tangga gedung. Sesaat kemudian, Luo Feng telah sampai di atap.
"Kapten, Kak Chen." Luo Feng menyapa sambil tersenyum.
"Tidak terluka, bagus. Bagaimana? Apa berhasil membunuh serigala buas Bulan Perak itu?" Kapten Gao Feng yang biasanya tenang tak kuasa menahan diri. Chen Gu, Saudara Wei, termasuk Zhang Ke yang terbaring, semua menatap penuh harap. Chen Gu berseru gembira: "Tas ransel Luo Feng tampak sangat penuh!"
Luo Feng tertawa lebar: "Kak Chen, matamu tajam sekali. Benar! Aku berhasil membunuh serigala Bulan Perak itu! Sudah kupreteli, semua bagian penting kumasukkan ke tas."
"Benar-benar terbunuh?" Anggota Tim Palu Api terbelalak tak percaya.
Serigala Bulan Perak!
Bangsawan di antara spesies serigala! Monster jenis serigala saja sudah langka, apalagi bangsawan 'Bulan Perak' ini.
“Kali ini aku juga beruntung.” Luo Feng tak bisa menahan perasaan harunya, “Kecepatan gerak Serigala Bulan Perak ini mungkin mencapai kecepatan suara! Serangannya juga luar biasa kuat, bulunya sangat kokoh. Jika bukan karena luka parah di perutnya sejak awal, akan sulit bagiku membunuhnya!”
“Kecepatan gerak mencapai kecepatan suara?” Chen Gu melotot.
“Terlalu mengerikan. Pantas disebut keluarga kerajaan serigala, setara dengan pemimpin tingkat awal babi hutan.” Wei Tie juga tak bisa menahan teriakannya.
“Tidak baik.” Ekspresi Gao Feng berubah drastis.
Luo Feng kaget oleh reaksi kapten.
“Kapten, apa yang tidak baik? Ada apa?” Luo Feng buru-buru bertanya.
“Serigala Bulan Perak ini sudah terluka parah, pasti sebelumnya bertarung dengan petarung manusia.” Gao Feng berkata dengan panik, “Regu petarung yang melukainya mungkin meninggalkan sinyal di bulunya. Jika regu itu mengejar dan menemukan kita, kita dalam masalah!”
Chen Gu juga terkejut: “Benar! Regu yang bisa melukai Serigala Bulan Perak pasti bukan level kita. Kemungkinan ada pejuang tingkat dewa!”
Mendengar ini, Luo Feng tak bisa menahan helaan nafas lega.
"Kapten, tenang saja. Meski aku tidak punya banyak pengalaman, sebelum pertama kali masuk ke wilayah liar, aku sudah mempelajari banyak materi referensi. Aku tahu dasar-dasar yang diperlukan. Setelah membunuh Serigala Bulan Perak, aku memeriksa tubuhnya. Memang ada sinyal yang tertanam di bulunya, tapi bagian itu sudah kupotong," kata Luo Feng.
Gao Feng dan Chen Gu akhirnya lega.
Kekhawatiran terbesar mereka adalah kurangnya pengalaman Luo Feng sebagai pendatang baru. Merebut monster yang sudah terluka parah dari orang lain bisa berbahaya jika ketahuan.
"Zhang Ke sekarang luka parah. Unit kita tidak bisa berlama-lama di wilayah liar. Istirahatlah di sini. Besok pagi saat fajar menyingsing, kita akan berangkat kembali ke Pangkalan Pasokan," kata Gao Feng.
"Siap, Kapten."
Semua anggota tim menjawab sambil tersenyum.
……
Keesokan harinya pagi-pagi, Tim Palu Api diam-diam meninggalkan County 0201. Mereka menyusuri jalan raya rusak menuju Pangkalan Pasokan.
……
Di distrik militer, Pangkalan Pasokan.
"Hei Kuro."
Zhang Zehu sedang merokok di sudut pangkalan bersama pria berjanggut tebal, "Apa kau lihat Tim Palu Api sudah kembali? Dasar keponakan Luo Feng itu membuatku rugi 100 juta. Aku harus balas dendam!"
"Belum, di data registrasi sebelumnya tidak ada informasi tentang kembalinya Tim Palu Api." Pria berjanggut tersenyum santai, "Hu Zi, kalau Luo Feng itu sudah membuatmu marah, lebih baik kamu memberinya pelajaran di wilayah liar. Di Pangkalan Pasokan dilarang keras berkelahi."
"Tentu aku mengerti, aku tidak ingin bunuh diri." Zhang Zehu tertawa.
Kota basis dan distrik militer semuanya berada di bawah naungan pemerintah dan militer. Sekalipun permusuhan antar petarung sangat besar, mereka tidak berani bertengkar di area militer karena konsekuensinya akan sangat fatal. Pangkalan Pasokan pada dasarnya hanyalah bagian kecil yang dialokasikan di wilayah militer, dengan keamanan dan aspek lain yang menjadi tanggung jawab distrik militer.
"Hei Ge, kabari aku kalau Luo Feng kembali." Zhang Zehu tersenyum.
"Baik, urusan kecil." Pria berjanggut mengangguk sambil tersenyum.
Zhang Zehu melemparkan puntung rokok ke tanah dan menginjaknya, "Kalau begitu aku pergi dulu, nanti kita lanjutkan obrolannya." Ia kemudian berjalan menuju area dekat gerbang Pangkalan Pasokan yang lebih menyerupai kompleks perumahan, dan segera bertemu dengan dua anggota tim lainnya di bawah pohon besar.
"Bagaimana, Hu Zi?" Pria bermata satu bertanya dengan suara rendah.
"Belum kembali, tidak ada kabar sama sekali." Zhang Zehu tersenyum tipis.
Pria botak berotot di sebelah tersenyum sinis: "Sampai sekarang belum ada yang kembali. Menurutku, mereka pasti tewas di tengah kawanan monster. Bagus kalau Tim Palu Api mati semua, jadi tidak ada masalah lagi." Tim Taring Harimau sama sekali tidak takut dengan Tim Palu Api, tapi jika ada anggota Tim Palu Api yang selamat, tetap akan sedikit merepotkan.
"Tim Palu Api, hmph, salahkan saja Luo Feng itu." Zhang Zehu tersenyum dingin, "Berani membuatku mengeluarkan uang. Ngomong-ngomong, sudah ada kabar siapa yang mencuri Hunter kita?"
"Tidak." Pria bermata satu mengerutkan kening sambil menggeleng, "Sama sekali tidak ada informasi. Kapten sedang marah-marah dan melempar botol minuman di dalam kamar."
"Menurutku, saat kita pulang tidak bisa mengejar, sekarang ingin menyelidiki siapa yang mencuri Hunter kita, sudah tidak ada harapan lagi." Pria botak berotot menggeleng, tiba-tiba wajahnya berubah pucat, menatap tajam ke arah pintu gerbang Pangkalan Pasokan di kejauhan. Dua orang lainnya yang melihat reaksinya juga menoleh, dan wajah mereka langsung berubah pucat!
Terlihat Gao Feng, Chen Gu, Wei Qiang, Wei Tie, Luo Feng, bahkan Zhang Ke sedang berdiri di pintu gerbang pangkalan.
"A9, Lao Gao, sepertinya kalian mengalami masalah kali ini." Penjaga pintu melihat lengan Zhang Ke yang sudah putus dan terbungkus perban.
"Bangsat, jangan ditanya. Bukan monster yang melukai kami, tapi anjing-anjing dari Tim Taring Harimau itu yang mengkhianati kami!" Gao Feng mengumpat keras.
"Kapten, Tim Taring Harimau ada di sana!!!" Chen Gu tiba-tiba berteriak kencang.
"Berhenti!" Semua anggota Tim Palu Api segera menoleh dan melihat tiga orang yang sedang berteduh di bawah pohon tak jauh. Melihat mereka, wajah semua anggota tim memerah marah, terutama Zhang Ke yang wajahnya pucat sambil memanggul ransel, berteriak keras:
Zhang Zehu dan dua lainnya langsung gemetar ketakutan saat melihat enam anggota Tim Palu Api, lalu bergegas membalikkan arah.
Mereka memang tidak punya alasan yang kuat dalam masalah ini!
Tapi tak disangka Chen Gu langsung melihat mereka.
"Mau lari?!" Gao Feng meraung marah.
Enam anggota Tim Palu Api berlari mendekat. Teriakan ini langsung menarik perhatian banyak petarung di Pangkalan Pasokan. Justru sekarang Zhang Zehu dkk tidak berani kabur. Jika benar-benar lari, bukankah itu berarti mengakui kesalahan? Meski sudah berbuat, mereka tak boleh mengaku!
"Gao Feng, berisik apa kau?!" Pria bermata satu menoleh sambil membentak, "Kau kira ini tempat apa? Ini wilayah distrik militer, Pangkalan Pasokan petarung. Ini tempat untuk semena-mena?!"
"Membuat onar tapi tidak lihat tempat." Pria botak juga menyeringai dingin.
Bagaimanapun, mereka tak boleh terlihat lemah dalam hal sikap.
"Masih sombong kalian!" Gao Feng meraih dua palu berat di punggungnya, mata merah menyala sambil mengayunkan palu dan menerjang, "Minta dipukul!"
Wajah pria bermata satu, Zhang Zehu dan kawanannya langsung berubah pucat.
Mereka tidak punya keberanian, karena memang berada di pihak yang salah.
"Tit!""Tit!""Tit!" Bunyi klakson menusuk terdengar, sebuah regu dua belas orang berbaju seragam tempur berlari mendekat. Pemimpin regu berteriak: "Letakkan senjata! Dilarang berkelahi di Pangkalan Pasokan. Jika melanggar, pasukan pengawal berwenang menembak mati kalian!"
