Bau amis darah yang menyelimuti hotel membuat Kapten Pan Ya dipenuhi kecemasan: "Kematian Huzi dan kawan-kawan mungkin dibunuh monster. Tapi kemungkinan lebih besar adalah ada pejuang yang main serangan licik! Pejuang biasa mana mungkin berani menyinggung Tuan Li Wei, pasti orang yang punya dendam dengan Tim Harimau Taring kami!"
Dia sangat paham status tuan muda ini. Meskipun blasteran, ayah pemuda ini adalah warga Tiongkok.
Baik kemampuan ayahnya sendiri maupun latar belakangnya... menentukan bahwa hanya sedikit yang berani mengusik Tuan Li Wei.
"Tidak perlu." Pak Liu melambaikan tangan, "Dengan keberadaan saya dan Karlon, keamanan Tuan Muda terjamin."
Pria bule tinggi besar itu juga melirik anggota Tim Harimau Taring sambil tersenyum sinis.
“Tuan Muda Li.” Pan Ya tak bisa menahan diri untuk melihat ke arah pemuda blasteran itu.
“Rencana latihanku belum selesai.” Pemuda blasteran itu mengerutkan kening.
Senior Liu sedikit mengerutkan alisnya: “Sebagai seorang Petarung, kita memang berjalan di tepi kematian. Karena hal yang belum pasti, mana bisa terus takut-takut? Kalau begini, bagaimana bisa mencapai prestasi di masa depan?”
Pan Ya dan ketiga rekannya terdiam.
“Paling-paling, kalian berempat terus ikut kami. Bagaimana, setuju?” Begitu Senior Liu bicara, anggota Tim Harimau Taring termasuk Pan Ya saling bertukar pandang. Akhirnya mereka pun mengurungkan niat kembali ke kota basis. Dalam hati mereka juga paham... Mengikuti dua jenderal perang senior memang sangat aman.
“Senior Liu benar. Takut serigala di depan dan harimau di belakang, apa itu masih layak disebut Petarung? Kalau ada yang berani mengganggu kita, begitu ketahuan langsung kita habisi.” Sorot dingin melintas di mata Pan Ya.
“Kami ikuti perintah Senior Liu.” Pria bermata satu itu tersenyum.
Anggota Tim Harimau Taring semuanya menyatakan akan mengikuti Senior Liu.
“Tempat ini terlalu bau anyir darah, kita pindah lokasi.” Senior Liu memerintahkan.
Seketika, tujuh anggota Tim Thunder meninggalkan Hotel Rantai Jinjiang ini.
……
Di tempat persembunyian sebelumnya, Luo Feng mengamati dengan teleskop diam-diam.
“Benar-benar meninggalkan Hotel Jinjiang.” Dalam pandangan Luo Feng, tujuh anggota Tim Thunder berjalan cukup lama menyusuri jalan, lalu akhirnya menghilang dari jangkauan penglihatannya.
“Sial, villa ini terlalu rendah, jarak pandang terbatas.”
Luo Feng dengan cepat memasang tas ransel, perisai, dan pedang perang. Seperti seekor macan tutul, dia melesat keluar dari villa dan berlari kencang menuju gedung apartemen tinggi di seberang. Gedung setinggi 18 lantai ini memungkinkan perisai dan pedang di tubuhnya ditopang oleh Kekuatan Pikiran Spiritual, membuat kecepatannya luar biasa.
Bayangan samar terus berpindah cepat di tangga.
Ssshh! Ssshh! Ssshh!
Hanya dalam beberapa detik, dia sudah mencapai lantai 18 dari lantai 1! Di kamar lantai 18, Luo Feng mengamati jalanan bawah dengan teropong dari jendela utara. Dari ketinggian ini, pandangan ke bawah lebih jelas. Tak lama, terlihat tujuh anggota Tim Thunder berjalan di tepi jalan, akhirnya masuk ke gedung apartemen bobrok berlantai enam.
“Entah jebakan yang kusiapkan berhasil atau tidak.” Luo Feng menyipitkan mata, “Hasilnya terserah takdir.”
“Tunggu kesempatan berikut!”
Luo Feng kembali memulai hari-hari pengintaiannya.
Sebagai seorang Petarung, kesabaran dan kegigihan mutlak diperlukan! Tanpa itu, mustahil meraih kekuatan sehebat ini. Luo Feng sanggup bertahan melakukan pengintaian sendirian dalam waktu lama.
Hari pertama, Tim Thunder kembali berburu sore hari. Kali ini ketujuh anggota berangkat bersama.
"Keesokan harinya, Tim Thunder pergi keluar sekali pada pagi dan sore hari untuk melatik tuan muda campuran mereka. Mereka tetap berangkat berlima, Luo Feng tidak punya kesempatan sama sekali."
"Hari ketiga, masih sama. Pagi dan sore mereka pergi sekali, tetap berangkat berlima."
"Sepertinya Tim Harimau Taring benar-benar mulai curiga." Luo Feng duduk di tempat tidur yang sudah sedikit dibersihkan di kamarnya, memandang keluar jendela. Malam ini gelap gulita dengan taburan bintang, cahaya bintang menerangi ruangan melalui jendela. Udara masih menyisakan bau darah samar.
"Harus bagaimana ini?" kening Luo Feng berkerut.
"Sepertinya jika terus begini, begitu program latihan tuan muda campuran itu selesai, mereka mungkin akan langsung kembali ke kota basis."
"Bzzz~~"
Luo Feng merasakan getaran halus di jam tangan komunikasinya. Melihat ke bawah, ternyata panggilan dari adiknya.
"Hubungi balik." Luo Feng memberikan perintah suara.
"Tuuut—tuuut—tuuut— Halo, Kakak!" suara Adik Luo Hua terdengar dari jam tangan.
"Luo Hua, kok tiba-tiba nelpon kakak?" Senyum merekah di wajah Luo Feng, hatinya berbunga-bunga. Kesepian di wilayah liar sendirian mengejar musuh... Bisa mengobrol dengan keluarga membuat hatinya hangat.
"Kangen sama Kakak dong." Luo Hua terdengar riang, "Kak, akhir-akhir ini aku bermain saham lagi untung besar. Benar-benar cuan gila, asyik banget!"
“Oh? Bagaimana cara menghasilkan uangnya?” Luo Feng bertanya sambil tersenyum.
Luo Hua penuh semangat dan antusias: "Delapan saham yang selalu saya perdagangkan, enam di antaranya termasuk saham kinerja unggul, dua lainnya murni saham spekulasi jangka pendek. Saham kinerja unggul itu sendiri kualitasnya bagus, laba bersih tahunannya juga tinggi. Dari enam saham kinerja unggul itu, ada satu yang tiba-tiba anjlok! Saya kaget, sempat mengira perusahaan itu ada masalah. Setelah diperiksa, tidak ditemukan masalah apa pun! Sialan, kalau saham spekulasi jangka pendek, pasti sudah saya jual rugi."
"Tapi untuk saham kinerja unggul ini, saya sangat yakin, lebih baik ditahan jangka panjang. Lagipula tidak ada masalah perusahaan? Takut apa?"
"Kalau turun, saya beli!"
"Secara bertahap terus menambah posisi, sial, turun selama sekitar sepuluh hari lebih. Anjlok hampir 50%, penambahan posisi saya hampir menghabiskan 80% dana. Tapi mulai dua minggu lalu tiba-tiba melonjak, kurang dari dua puluh hari tidak hanya kembali ke harga semula tapi malah lebih tinggi! Gila, dari transaksi ini saja dana operasional saya langsung berlipat ganda. Haha, mantap sekali."
Dari suara di jam tangan, Luo Feng bisa merasakan kegembiraan adiknya.
"Hebat sekali, jauh melebihi kemampuan kakakmu," puji Luo Feng sambil tertawa, "Sekarang danamu sudah lebih dari 100 juta ya?"
Sebelumnya dia sudah memberikan 50 juta lagi kepada adiknya, total modal adiknya seharusnya sekitar 80 juta lebih.
“Hmm, sekarang dana yang saya gunakan untuk spekulasi sekitar 170 juta.” Luo Hua tersenyum kecut, “Kakak, terutama karena kamu memberikan saya modal besar. Kalau bukan karena modal yang cukup, bagaimana saya bisa untung sebanyak ini?”
Sama-sama dapat keuntungan dua kali lipat.
Jika modal awalnya hanya 10.000 yuan, hanya akan menjadi 20.000 yuan saja.
Tapi dengan modal 80-90 juta, bisa menjadi 170-180 juta. Inilah sebabnya semua orang bilang satu juta pertama paling sulit diraih, juta kedua lebih mudah.
“Kamu memang hebat. Kakakmu ini membunuh di wilayah liar selama dua bulan, untungnya belum sampai 100 juta.” Luo Feng berkata sambil dalam hati berdecak kagum... Pantas saja orang di bidang keuangan mudah kaya, ini seperti uang melahirkan uang! Tapi kalau rugi juga bisa gila-gilaan.
“Tapi, Kak, kesempatan seperti ini tidak sering terjadi.” Adiknya tertawa.
Adik ini sudah beberapa tahun bermain saham, jarang ada keuntungan besar dalam waktu singkat seperti ini.
“Hmm.”
Luo Feng mulai mengoperasikan jam tangan komunikasinya, membuka layar sentuh untuk masuk ke rekening bank, mentransfer 180 juta ke rekening adiknya.
“Aduh!” Luo Hua terkejut, “Kak, rekening saya tiba-tiba dapat...”
“Kakakmu baru saja dapat rezeki nomplok. Ini untuk modal sahammu. Usaha keras saja! Kalau suatu hari modal sahammu bisa mencapai 15 miliar, kakak akan beri kejutan besar!” Luo Feng tersenyum, masih menyembunyikan rahasia tentang 'Air Kehidupan' dari adiknya.
"Lagipula harganya terlalu mahal, tapi menurut rencana Luo Feng, aku yang cari uang, adik bermain saham..."
Uangku dipisahkan sebagian untuk modal adik bermain saham. Dengan cara mengembangbiakkan uang terus-menerus seperti ini, mungkin target 30 miliar bukanlah hal mustahil!
"15 miliar?" Luo Hua terkesiap.
"Tenang, aku juga akan meminjamkan modal yang cukup besar." Luo Feng tersenyum. Nanti uang di tangan adik ditambah uangku, diperkirakan totalnya mencapai 30 miliar.
Dengan uang sebanyak itu, kita akan berusaha membeli 'Air Kehidupan' agar adik bisa berjalan lagi!
"Oke, Kakak, aku pasti akan berusaha keras." Luo Hua penuh semangat.
"Hmm." Luo Feng mengangguk sambil tersenyum. "Sudah, kamu juga istirahat lebih awal."
"Iya, Kakak, di wilayah liar juga hati-hati ya."
Percakapan kedua bersaudara itu pun cepat ditutup.
……
Di rumah Luo Feng di Perumahan Mingyue, di kamar lantai satu tempat adiknya tinggal, Luo Hua yang duduk di kursi roda menutup ponsel dengan girang, lalu membuka obrolan online di komputer.
"Hua Zi, kelihatannya senang sekali ya." Gadis di layar video tersenyum.
"Hehe, tentu saja senang." Luo Hua mengobrol penuh semangat dengan gadis di layar yang berwajah sedikit tembam, berambut pendek sepanjang telinga, terlihat sangat manis dan bersih. Ini adalah pacar Luo Hua, 'Xiao Nan'.
……
Karena kampus Xiao Nan berada di kota ini, meski kuliah, dia tetap tidur di rumah.
Xiao Nan sedang berada di kamar tidurnya, mengobrol via video dengan Luo Hua menggunakan komputer.
Di luar kamar tidur, di ruang tamu.
Sepasang pasangan paruh baya sedang duduk di sofa ruang tamu, meski menonton TV tapi perhatian mereka jelas tidak tertuju pada layar.
"Bagaimana ini?" Wanita paruh baya itu berkata dengan cemas, "Kamu juga tahu sifat Xiao Nan. Jika kita memaksa memisahkan mereka, dia pasti akan membenci kita."
"Biar saja benci! Kita juga ingin yang terbaik untuknya!"
Pria paruh baya itu tak tahan membentak, "Dia sejak kecil tidak pernah merasakan kesulitan, masih berpikir hidup di negeri dongeng? Meski keluarga kita bukan kaya raya, tapi hidup kita berkecukupan. Putri kita cantik dan berakhlak baik, kenapa harus bersama seorang cacat? Kakak si cacat itu Petarung! Lalu apa? Bukan kakaknya yang pacaran dengan putri kita!"
"Bagaimanapun juga, aku tidak bisa membiarkan putri kita terjun ke lubang api!"
"Kalau bukan Lao Li yang memberitahu, aku tidak akan tahu putri kita diam-diam sering berkencan dengan si cacat dari Perumahan Mingyue. Benar-benar membuatku marah!" Wajah pria paruh baya itu memucat karena emosi.
