“Untuk apa Kapten meneleponku sekarang?” Angin dingin menderu di luar, salju beterbangan, tapi di saat ini berbagai pikiran berkelebat di benak Luo Feng. Akhirnya ia menarik napas dalam dan berbisik pelan: “Balas panggilan!”
Tuuut——tuuut——tuuut——
“Halo, Luo Feng.” Suara Kapten Gao Feng terdengar.
“Ada masalah, Kapten?” Luo Feng bertanya sambil tersenyum.
Suara Gao Feng menjadi berat: "Kamu sudah lihat hadiah buronan langit tinggi itu kan? Nilainya sampai 100 miliar, pasti membuat para petarung berebut. Ada keterangan khusus bahwa... pelakunya kemungkinan adalah petarung setingkat Dewa Perang atau Pembaca Pikiran! Jangan pernah membocorkan identitasmu sebagai Pembaca Pikiran, bisa bahaya... Apalagi Tim Palu Api dan Tim Harimau Taring sudah bermusuhan, dan dari empat korban ada Kapten Pan Ya dari mereka. Kalau statusmu terbongkar, orang langsung curiga. Ribuan mata akan mengawasimu. Sehati-hatinya pun, tetap ada risiko."
"Aku paham. Toh bukan aku pelakunya, tak perlu takut. Tapi Kapten, pelakunya memang kuat sekali. Bisa membuat keempat korban tewas tanpa sempat memberitahu identitas pembunuh pada pasangan suami istri itu, luar biasa." Luo Feng tak bisa menahan kekaguman.
"Benar-benar hebat." Gao Feng juga mengangguk kagum.
Luo Feng melanjutkan: "Lagipula dengan tewasnya Pan Ya, ini keuntungan besar. Tim Palu Api tidak akan ada masalah lagi ke depannya."
"Iya, ini menguntungkan kita. Sekarang aku hanya mengingatkanmu, berhati-hatilah tiga kali lipat! Masalah ini terlalu besar. Nanti juga akan kuingatkan Chen Gu dan yang lain. Tenang... Siapa yang berani bocorkan informasi, akan kuhabisi mereka."
“Ngomong-ngomong, kapan kamu kembali ke kota basis? Bahan-bahan monster yang kita buru itu masih disimpan di sana, menunggumu pulang untuk bersama-sama memutuskan cara mengurusnya.”
Luo Feng tersenyum: “Awalnya aku berencana tinggal lebih lama di wilayah liar. Tapi karena Kapten Huya sudah tewas, dan aku juga sudah aman, dalam dua hari ini aku akan kembali.”
“Baik, sampai jumpa nanti.” Suara Gao Feng terdengar dari jam tangan komunikasi.
“Sampai jumpa nanti.”
Setelah menutup telepon, ekspresi Luo Feng langsung berubah serius.
Panggilan ini terlihat seperti perhatian tulus sang Kapten. Saat pertama mendengar perkataannya, hatiku memang terasa hangat. Tapi setelah menganalisis seluruh kejadian dengan cermat, satu hal menjadi jelas—keempat anggota Tim Palu Api yang lain pasti sudah mencurigai diriku.
Namun mereka berempat tidak memiliki bukti konkret!
Apa yang harus mereka lakukan agar Luo Feng percaya pada mereka?
“Cara terbaik membuatku percaya adalah dengan TIDAK meneleponku. Tanpa komunikasi, mereka takkan bisa mendapatkan bukti pasti.” Luo Feng mengerutkan alis. “Tapi sang Kapten justru meneleponku, seolah menunjukkan kepedulian... Jika aku kurang waspada, ditambah tekanan psikologis dari 100 miliar ini, mungkin saja aku akan tergoda untuk mengaku di depan orang yang seolah peduli.”
Memikirkan hal ini, Luo Feng gemetar ketakutan!
“Memang, seorang pemuda di bawah 20 tahun yang baru saja membunuh tokoh penting dan terkena 'tawaran hadiah selangit' biasanya akan mengalami tekanan mental yang hebat. Di saat seperti ini, perhatian dari senior atau orang tua yang memiliki hubungan dekat bisa dengan mudah menyentuh hati sang pemuda, membuatnya terbawa emosi dan mungkin tanpa sengaja membocorkan rahasia!”
“Menggunakan berbagai cara untuk bertanya justru akan membuatku semakin waspada.”
“Sedangkan perhatian seperti ini justru membuat orang lengah. Begitu aku membocorkan rahasia, mungkin Kapten sedang menggunakan perekam untuk merekam ucapanku.” Luo Feng menarik napas dalam-dalam, “Dikombinasikan dengan fakta bahwa aku memburu Tim Harimau Taring, statusku sebagai Pembaca Pikiran. Ditambah lagi orang tua Li Wei telah memastikan aku adalah salah satu Petarung yang berada di dekat lokasi kejadian saat itu.”
“Terakhir, ditambah dengan rekaman ini.”
Di dunia ini mana ada begitu banyak kebetulan dan bukti yang bisa memastikan identitas pelaku hampir 100 persen.
Luo Feng menarik napas dalam-dalam... Memang, jika aku mengaku langsung, masalahnya akan menjadi sangat besar.
Untungnya sejak kecil aku sudah terbiasa menanggung tekanan, terus berusaha untuk menjadi Petarung. Tekanan jangka panjang ini membuat ketahanan mentalku tidak rapuh seperti pemuda biasa di bawah 20 tahun.
……
Waktu terus berlawan detik demi detik, salju turun semakin lebat membentuk hamparan putih di cakrawala, suhu udara juga turun ke tingkat yang mengkhawatirkan. Tak terasa sudah menjelang senja.
Di dalam ruangan yang kotor dan kumuh.
Luo Feng duduk bersila di situ: "Hari ini total menerima dua telepon! Satu dari Kapten, satu dari Wei Qing. Kapten hanya menyampaikan kata-kata perhatian... Sedangkan Wei Qing, terlihat sangat terkejut." Pagi itu ketika Wei Qing menelepon, kalimat pertamanya adalah——"Wah, Si Gila, Kapten bilang ke kami untuk berhati-hati jangan sampai bocorkan identitasmu sebagai Pembaca Pikiran. Apakah keempat orang itu yang kau bunuh?"
Telepon dari Wei Qing dan Kapten, keduanya membuat Luo Feng mulai menaruh curiga.
Tentu, ini masih sebatas kecurigaan!
Mungkin Kapten benar-benar tulus peduli padanya, mungkin Wei Qing menganggapnya sebagai saudara sehidup semati sehingga bersikap santai seperti itu.
"Manusia, memang paling sulit ditembus. Bagaimanapun, hati manusia terpisah oleh perut."
"Di hadapan uang dalam jumlah fantastis, saudara saling membunuh, suami istri bercerai, ayah dan anak putus hubungan... Contoh seperti ini sudah terlalu banyak di internet! Apalagi kali ini hadiahnya mencapai 100 miliar!" Luo Feng hanya membuka beberapa forum melalui jam tangannya.
Dia menyadari betapa gila seluruh dunia saat ini menghadapi tawaran ini.
……
Malam, lebih dingin dari siang hari.
Luo Feng meringkuk di sudut dinding, hatinya terasa beku. Sejak mulai mencurigai Kapten Gao Feng dan Wei Qing, sikap mentalnya mulai berubah... Dulu dia sangat periang, seperti petarung biasa yang bisa berjuang bersama anggota tim lainnya dengan riang. Sudah lama menganggap mereka sebagai saudara sejati.
Tapi sekarang...
“Apakah mereka menganggapku sebagai saudara, atau ingin menukarku dengan hadiah besar? Mungkin karena tidak ada bukti cukup, mereka tidak melakukannya.” Mata Luo Feng memancarkan kedinginan.
“Apa yang sedang kupikirkan!”
“Terlalu sering curiga tanpa dasar.” Luo Feng menggelengkan kepala, akhirnya menyadari di bawah tekanan hadiah 100 miliar, mentalnya mulai goyah... Dia tidak yakin orang lain tidak tergoda 100 miliar, karena ini jumlah yang sangat besar. Jadi dia sering paranoid! Meski tahu sikap paranoid ini tidak baik, Luo Feng tidak bisa mengendalikan diri!
Tujuan Vinnie Panois tercapai... Tanpa disadari, Luo Feng terjebak dalam berbagai tekanan akibat buruan 100 miliar.
“Berhenti berpikir, berhenti berkhayal.”
Luo Feng segera menunduk melihat jam tangannya, menekan tombol dengan lembut, mulai melihat berbagai informasi di layar jam tangan komunikasi itu. Tiba-tiba dia membuka buku telepon, nama-nama di dalamnya membuat hatinya tenang...
Di antara nama-nama itu, ada sahabat karib sejak kecil 'Wei Wen' yang bermain bersama sejak masih pakai celana terbuka.
“Entah bagaimana kabar Ah Wen sekarang.” Senyum tipis mengembang di wajah Luo Feng, mengingat kenangan lucu bersama Wei Wen dulu.
Di buku telepon, tercantum banyak nama teman SMA.
Ada juga nama-nama teman dari Dojo Batas.
Terdapat nama orang tua dan adiknya.
“Ayah, Ibu, Adik.” Sorot mata Luo Feng berlembut, “Bagaimanapun juga, kalian akan hidup baik! Rintangan ini pasti akan kulewati.”
Tiba-tiba——
"Luo Feng mengarahkan pandangannya pada sebuah nama — Xu Xin!"
Nomor telepon Xu Xin sudah mereka tukar sejak pertama kali berbincang di Pusat Perbelanjaan Aliansi HR, tapi selama ini Luo Feng belum pernah mengambil inisiatif menelepon.
"Hubungi nomor Xu Xin," kata Luo Feng.
Entah mengapa, kali ini dia memutuskan menelepon. Mungkin di hatinya ada kekhawatiran... suatu hari nanti ketika statusnya sebagai pembunuh terungkap, Keluarga Xu akan melarang Xu Xin berhubungan dengannya.
"Halo." Suara Xu Xin terdengar dari jam tangan komunikasi. "Luo Feng?"
"Ya, aku." Hati Luo Feng terasa hangat.
"Langka sekali Petarung besar sepertimu ingat meneleponku," canda Xu Xin. "Ada apa? Sudah kembali ke kota basis?"
"Masih di wilayah liar. Cuma... malem ini agak sepi, jadi..." Luo Feng tiba-tiba merasa canggung.
Malem sepi?
Kok jadi seperti orang yang menelepon PSK, malam sepi lalu mencari wanita.
"Ahem." Xu batuk kecil. "Tak kusangka Luo Feng juga begitu H."
"H? Eh... Bagaimana kuliahmu? Aku yang tak pernah kuliah jadi penasaran." Luo Feng cepat mengalihkan topik. Begitulah... mereka mengobrol lewat telepon. Mungkin karena ini pertama kalinya, ditambah suasana larut malam, obrolan mereka jadi sangat panjang.
Setelah menutup telepon, Luo Feng baru sadar... percakapan tadi ternyata berlangsung satu setengah jam.
"Apa ini yang disebut 'bertelepon lama'? Benar saja, satu setengah jam, 'bubur' sudah matang." Luo Feng merasa senang, pertama kali menelepon selama satu setengah jam dengan gadis yang diam-diam disukainya memang membuat bahagia.
Kepanikan dan kecurigaan yang muncul karena tawaran hadiah 100 miliar sebelumnya...
Semuanya lenyap seketika!
……
Perubahan dari perasaan panik dan curiga yang gelap, kembali ke kegembiraan polos seorang remaja yang sedang kasmaran... Perubahan suasana hati ini seolah menyucikan jiwa Luo Feng.
Perlahan Luo Feng menjadi tenang.
Sebuah ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, ketenangan transenden setelah mengalami pasang-surut emosi. Bagaimanapun, berapa banyak orang normal yang bisa mengalami fluktuasi emosi sebesar ini?
Pikiran tenang, bagai air yang menggenang!
"Perasaan ini sangat nyaman." Luo Feng menikmati ketenangan batin yang belum pernah dialaminya ini, dan saat itu muncul dorongan - dorongan untuk berlatih pedang!
Hush!
Mengeluarkan Pedang Bayangan Berdarah dari punggungnya.
Di tengah dinginnya malam, pada malam dimana banyak orang terperangah karena tawaran hadiah fantastis, Luo Feng justru berlatih "Sembilan Lapis Pedang Petir" sendirian di gedung residensial terbengkalai wilayah liar Kota 023. Dalam ketenangan batin yang belum pernah tercapai sebelumnya, setiap tebasan pedang terasa luar biasa lancar.
Satu tebasan, dua tebasan...
Kekuatan Pikiran Spiritual Luo Feng secara alami menyebar, setiap ayunan pedang yang menggetarkan udara sekitar terdeteksi dengan jelas oleh kekuatan ini.
Kilau dingin bagai salju beterbangan di dalam ruangan...
