Di padang luas nan sunyi, monster-monster terus menerus bertarung. Tujuan mereka membunuh lawan dan memakan daging serta darahnya untuk mengisi perut! Namun seorang petarung manusia bertubuh jauh lebih kecil dibanding monster, berjalan sendirian di padang itu tanpa menghindari satupun monster.
Menerobos dengan sembarangan!
“Menganggap para monster itu seperti semut, dulu banyak monster yang menyerang petarung manusia ini. Tapi hasilnya, bau darah di tubuh petarung ini semakin pekat. Bau darah mengerikan itu, terutama sisa-sisa darah monster kuat yang menciprati tubuhnya, membuat para monster di sepanjang jalan langsung menjauh saat melihat manusia ini.”
“Luo Feng!”
“Luo Feng!” Gumam Li Yao pelan, bagaikan binatang buas.
“Mengintailah, terus mengintailah. Kabur di awal bulan, kau takkan bisa kabur di pertengahan!” Li Yao tak menyangka mengejar Luo Feng yang masih 19 tahun ini begitu merepotkan. Tapi... dendam membunuh anaknya harus dibalas! Jika Luo Feng tidak tewas, dia takkan bisa tidur nyenyak.
“Hmm?” Tiba-tiba Li Yao merasakan getar di jam tangan komunikasinya. Setelah melihat teliti, jantungnya berdebar kencang, “Koordinat lokasi Luo Feng?”
Bersamaan dengan itu, sebuah telepon masuk.
“Halo.” Li Yao buru-buru menyambut.
“Yao, ini aku. Sudah terima koordinat lokasi Luo Feng kan?” Suara Venna terdengar dari jam tangan komunikasi.
“Kau dapat koordinat Luo Feng? Apa kau yakin?” Li Yao mendesak penuh semangat.
“Yao, koordinat ini baru kami dapatkan. Entah kenapa... jam tangan komunikasi Luo Feng tiba-tiba bisa dihubungi lagi! Ini berarti dia sendiri yang membukanya. Aku khawatir ini jebakan Luo Feng untuk memancingmu datang.” Kata Venna.
"Konspirasi, jebakan?" Li Yao tak bisa menahan tawa gila.
Tertawaannya bergema di sekitar daerah gurun, tak seekor monster pun berani mendekati manusia mengerikan ini.
"Aku punya 'Black God' dari situs peninggalan peradaban kuno, tak ada petarung Dewa Perang kelas atas yang bisa membunuhku. Kecuali Monster Level Raja, makhluk yang melampaui Dewa Perang, atau laser cannon... Sedangkan Luo Feng, hmph, aku benar-benar tak tahu cara ampuh apa yang dia miliki." Li Yao penuh keyakinan.
"Baiklah, tak peduli alamat ini benar atau palsu, aku harus memeriksanya." kata Li Yao.
"Hm." Venna juga tidak menolak.
Sebagai Dewa Perang kelas tinggi, dia tentu paham betul kemampuan sejati suaminya.
Tiga ancaman potensial bagi Li Yao:
1, Laser cannon? Bagaimana mungkin Luo Feng mendapatkan laser cannon dan mengoperasikannya.
2, Makhluk yang melampaui Dewa Perang. Jika Luo Feng bisa meminta bantuan makhluk seperti itu, masih perlukah konspirasi?
3, Monster Level Raja. Monster kelas Raja pasti dikelilingi banyak Monster Level Lord. Jika situasi memburuk, Li Yao pasti sudah mundur. Mana mungkin dia mengganggu Monster Level Raja?
"Masih 120 km dari sini." Li Yao melihat peta.
"Luo Feng, kuharap kau ada di sana."
Shuuk!
"Suara sonic boom yang mengerikan terdengar, Li Yao berubah menjadi cahaya hitam lurus melesat ke arah barat daya. Sekejap mata, dia telah menghilang di ujung pandangan dengan kecepatan mencapai dua kali kecepatan suara, benar-benar makhluk yang sangat menakutkan."
……
Di tepi danau luas yang diselimuti kabut, sebuah cahaya kilat berhenti mendadak dengan suara Sret. Wujudnya terkonsentrasi menjadi sosok Dewa Perang berjulukan Elang Botak - Li Yao yang berbalut hitam dengan wajah dingin.
"Luo Feng ini benar-benar ahli bersembunyi, sampai memilih pulau danau berkabut tebal seperti ini."
"Dengan kabut sebesar ini, meriam laser sama sekali tidak bisa digunakan." Li Yao tak bisa menahan senyum sinis, mengolok-olok tindakan Luo Feng yang dianggapnya berlebihan... Menurutnya, meriam laser itu sudah disita oleh Dojo Batas. Tanpa meriam laser, bukankah bersembunyi di pulau berkabut ini sia-sia?
Swoosh!
Li Yao melompat tinggi puluhan meter, melesat lebih dari seratus meter seperti peluru meriam yang ditembakkan.
"Czzzz~~" Cahaya hitam di kaki Li Yao dengan cepat memanjang membentuk semacam rakit karet. Rakit yang terbentuk dari 'Black God' ini meluncur di permukaan danau dengan momentum lompatan sebelumnya, menerjang ombak!
Duduk di atas rakit, Li Yao memegang dua pedang pendek di tangannya, sesekali mendayung.
Dengan kekuatan lengan Li Yao yang luar biasa, setiap kali bilah pedang menyapu air, menghasilkan daya dorong yang mengagumkan.
“Roar~~~”“Gak gak~~”“Ssss~~” Berbagai suara aneh terdengar dari bawah permukaan danau, namun Li Yao tetap tenang, sama sekali mengabaikan teriakan monster air di bawahnya. Bagi seorang Jenderal Perang kelas tinggi, monster air di danau biasa memang tidak mengancamnya.
Sayangnya, Li Yao tidak mengetahui keunikan danau ini.
Rakit karet hitam ini melaju dengan kecepatan luar biasa, membelah ombak di danau dan bergerak cepat.
“Apa?!” Ekspresi Li Yao tiba-tiba berubah.
Sebuah benda mirip ekor ular sebesar tong raksasa dengan sisik ungu sepanjang 30 meter tiba-tiba menyembul dari air seperti kilat, melengkung di udara. Hanya dalam kurang dari seperseratus detik, ekor bersisik ungu raksasa itu sudah menyelimuti rakit.
Swoosh!
Rakit karet di bawah kaki Li Yao menghilang, seluruh tubuhnya kecuali mata, mulut, dan hidung terlindungi oleh baju hitam. Li Yao menginjak ekor bersisik raksasa itu dengan gesit, lalu melompat sambil berkata: "Ekor yang sangat panjang, kekuatan yang mengerikan! Serangan satu ini pasti setara kekuatan High Lord. Ada monster air sekuat ini di danau ini?"
Li Yao terkejut!
Saat Li Yao jatuh dari udara dan menyentuh permukaan air.
“Sreeek!”
Kilatan listrik biru yang berkelok-kelok seperti ular listrik tiba-tiba menyelimuti area sekitarnya. Kemampuan menghindar Li Yao di permukaan air jauh lebih buruk dibandingkan di darat. Tanpa bisa menghindar sama sekali, tubuhnya langsung tersambar kilatan listrik!
"Huh, untungnya setelan Black God-ku benar-benar anti listrik." Li Yao dalam hati sedikit lega.
"Czzzz~~"
Seutas benang putih nyaris seketika melilit salah satu kakinya. Sebuah kekuatan tak terduga menarik benang itu dengan keras. "Sial!" Wajah Li Yao berubah pucat. Dengan suara 'plung', tubuhnya tercebur sepenuhnya ke dalam air danau.
……
Di tepi pantai Pulau Kabut.
Luo Feng duduk bersila bagai patung batu. Gemericih air danau di sampingnya terus bergelombang, sesekali menghantam tepian pantai. Namun anehnya... tak ada satu pun monster air yang berani naik ke darat.
Lama berselang...
Luo Feng yang duduk bersila itu membuka matanya.
"Kenapa Li Yao belum juga datang?"
"Jangan-jangan..."
"Dia tewas di danau saat melewatinya?" Senyum tipis mengembang di wajah Luo Feng. "Jika benar mati di dasar danau, itu wajar. Meski punya setelan Black God, tapi kalau terperangkap monster air di dasar danau, perjuangannya justru akan menghabiskan oksigen lebih cepat. Tanpa persediaan oksigen di bawah air, bisa mati lemas."
Luo Feng menoleh memandang pulau itu.
Sunyi senyap!
Seluruh pulau sunyi sepi, hanya suara angin menghembus melalui ranting-ranting pohon yang bergemerisik.
"Di antara Dewa Perang kelas tinggi, saat ini aku sudah hampir tak terkalahkan."
"Kecuali menghadapi Monster Level Raja, dalam kondisi normal biasanya aku tidak mungkin langsung terbunuh."
"Hmm, mari jelajahi bagian dalam pulau ini."
Luo Feng tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ditambah kepercayaan diri akan kekuatannya, dengan membawa Perisai heksagonal dan Pedang Bayangan Berdarah, konsentrasinya berada di level tertinggi. Siap kapan saja mengendalikan Pisau Terbang untuk menyerang. Dengan begitu... ia memasuki pulau itu dengan hati-hati, menghilang dalam kabut tebal di kejauhan, memulai eksplorasinya.
……
Beberapa lama kemudian, di bagian pantai lain pulau tersebut.
"Matilah!"
Terdengar teriakan marah yang menggema. Di tepi pantai, permukaan danau tiba-tiba menyembur, darah berceceran. Siluet hitam seorang manusia melayang ke udara lalu jatuh di pasir pantai.
"Akhirnya... sampai di darat." Sosok hitam itu langsung limbung terjatuh di pasir.
Butuh waktu lama sebelum napasnya kembali teratur.
"Mengerikan, danau ini benar-benar mengerikan." Li Yao dengan wajah masih dipenuhi ketakutan menatap danau raksasa di depannya. Di masa mudanya dulu, ia pernah menjelajahi seluruh penjuru dunia, bahkan pernah melewati rawa-rawa yang jauh lebih besar dari danau ini. Bahkan pernah bertarung melawan monster lautan!
Tapi...
"Li Yao tidak pernah sekacau ini, begitu dekat dengan kematian. Di tengah pelarian gila di dasar air tadi, monster air tingkat High Lord saja lebih dari sepuluh ekor! Jumlah monster lord lainnya bahkan lebih banyak lagi!"
"Artinya, sebagian besar monster air di danau ini sangat kuat."
"Monster air level beast general tak terhitung jumlahnya, sementara yang level Tentara justru sangat sedikit."
"Danau macam apa ini? Aku belum pernah dengar ada danau sebegitu menyeramkan di dunia." Wajah Li Yao pucat, "Sebuah danau seluas ratusan li, High Lord yang kuhadapi saja lebih dari sepuluh. Mungkin total High Lord di sini mendekati seratus ekor!"
"Proporsi seperti ini, mungkin bahkan di Kota No. 003 Tiongkok yang dijuluki Gua Iblis monster pun tidak jauh lebih baik."
"Sedangkan tingkat bahayanya, jelas danau ini lebih mengerikan daripada bekas Shanghai di Kota No. 003."
"Lagi pula monster air di sini lebih padat, dan air membatasi kemampuan petarung manusia."
"Hah, hah." Li Yao batuk-batuk, menyemburkan dua kali darah.
"Di dalam air memang sangat membatasi kekuatanku. Jika di darat, menghadapi sepuluh High Lord, meski tak bisa menang masih bisa kabur. Tapi kali ini... lukanya parah." Li Yao tak kuasa menyemburkan darah lagi. Ia bersila di pantai mulai beristirahat, sangat menyadari betapa parah lukanya kali ini.
Lengan kanan patah, tulang rusuk dada juga retak dua.
Organ dalam terluka parah!
“Meskipun setelan ‘Black God’ memiliki kemampuan perlindungan yang kuat, tetapi terhadap serangan gravitasi murni, gaya tumbukan tersebut relatif sulit dipertahankan. Di dalam air, Li Yao pernah terjebak hidup-hidup dan hampir tercekik, meskipun berhasil kabur dengan susah payah, tulang rusuknya remuk dan organ dalamnya mengalami luka parah.”
“Sekarang aku harus memulihkan cedera. Jika bertarung secara intensif, kerusakan tubuh akan lebih parah.” Li Yao tak lagi memiliki sedikit pun sifat arogan.
Dia benar-benar ketakutan oleh danau itu.
Untung ada setelan Black God, kalau tidak, sepuluh nyawa pun sudah habis.
“Venna.” Li Yao menghubungi istrinya lewat telepon, “Konfirmasikan koordinat posisi Luo Feng sekarang.” Saat berbicara, napasnya terengah-engah dengan dada yang sakit.
