“Pembaca Pikiran puncak Dewa Perang kelas tinggi? Benar-benar luar biasa.” Komandan Li mulai mengamati sosok legendaris ini sejak Luo Feng masuk. Di hadapan mereka, Luo Feng mengenakan seragam latihan biasa dengan keringat di dahinya. Getaran tak kasat mata yang memancar dari pusat tubuh Luo Feng bagaikan aura monster legendaris.
Membuat Komandan Li dan Wakil Komandan Wang diam-diam terkejut.
Mereka tidak tahu bahwa ini disebabkan latihan _Tian Shen Tu Lu_ ribuan kali pagi tadi yang membuat Luo Feng terlalu lelah, sehingga Kekuatan Pikiran Spiritualnya tidak terkontrol sempurna dan banyak yang bocor.
"Silakan kalian ngobrol, saya duluan keluar ya." Wu Tong tersenyum.
"Terima kasih Ketua Wu."
Li Dawei dan Wang Luohan menatap Wu Tong keluar. Meskipun status Li Dawei sangat tinggi, Wu Tong tetap berada di bawah naungan 'Dojo Batas'. Militer Tiongkok selalu menjaga hubungan baik dengan anggota Dojo Batas.
"Komandan Li, Wakil Komandan Wang, mari kita duduk." Luo Feng tersenyum sambil duduk.
Li Dawei dan Wang Luohan pun duduk dengan ramah. Li Dawei tersenyum: "Sudah lama mendengar nama Tuan Luo Feng. Di Istana Dewa Perang, saya pernah melihat Tuan dari jauh. Namun saat bertatap muka, aura Tuan Luo Feng jauh lebih megah dibanding di Istana Dewa Perang."
"Komandan Li memuji saya lagi, saya bisa terbang nih." Luo Feng tertawa terbahak.
"Bukan pujian, tapi kekaguman!" Komandan Li tertawa, "Saya tahun ini 62 tahun, baru mencapai level Dewa Perang menengah. Seumur hidup sudah mentok. Menurut intel militer kami, Tuan Luo Feng pernah mengalahkan empat Dewa Perang kelas tinggi sendirian: Phantom Demon , Blood Shadow Ivan, Giant Bear Keita, dan Li Yao si Elang Botak. Tiga dari mereka bahkan memiliki 'Setelan Dewa Hitam'... Prestasi tempurnya sungguh luar biasa. Penilaian dewan tertinggi Dojo Batas sebagai 'Dewa Perang Tak Terkalahkan' memang sesuai dengan kemampuan Tuan. Sebagai petarung... Saya sungguh mengagumi Tuan Luo Feng."
Mendengar ini, Luo Feng tidak langsung terbawa emosi.
Sejujurnya, pujian dari sosok berstatus tinggi seperti komandan distrik militer tenggara memang membanggakan. Tapi mungkin karena Luo Feng tidak berkecimpung di dunia birokrasi - untuk menjadi komandan distrik militer, selain kompetensi, kemampuan bersosialisasi juga mutlak diperlukan.
Ucapan sederhana itu berhasil mencuri simpati Luo Feng.
Li Dawei dan Wang Luohan sangat paham - meski memiliki status tinggi di militer Tiongkok, apalagi Li Dawei yang menjabat sebagai komandan distrik militer besar dengan pangkat Jenderal Angkatan Darat... Luo Feng tetaplah Inspektur Dojo Batas. Sedangkan Dojo Batas adalah organisasi paling elit dan kuat di dunia!
Memiliki status yang transenden! Meski tidak mendirikan negara, lima kekuatan besar dunia tidak ada yang berani menantangnya, malah berusaha menjalin hubungan baik.
“Mereka ingin meminta bantuan Luo Feng, tentu harus menjilat Luo Feng, membuat suasana hatinya baik. Kalau tidak, jika diusir oleh Luo Feng... meskipun mereka adalah pemimpin distrik militer, tidak bisa berbuat apa-apa pada Luo Feng.”
“Tuan Luo Feng, jika tidak keberatan, saya akan memanggilmu Luo Feng. Kamu juga tidak perlu memanggil saya panglima... panggil saja Li Dawei, Lao Li, atau Kak Li.” Li Dawei tertawa.
“Haha, lebih baik saya panggil Lao Li saja.” Luo Feng tertawa, “Lao Li, kalian datang kali ini, ada urusan apa langsung saja katakan.”
Sebenarnya dalam email dari Dojo Batas kepada Luo Feng tentang ‘Tanggung Jawab Inspektur’, telah dijelaskan apa yang perlu dilakukan Inspektur, situasi seperti apa yang akan dihadapi... Semua sudah diingatkan. Luo Feng juga punya sedikit tebasan tentang tujuan kedatangan kedua orang ini.
“Baik, saya akan langsung bicara.” Ekspresi Li Dawei sedikit serius, “Meskipun masyarakat kita memiliki petarung hebat dan Meriam Laser, tapi kekuatan perkumpulan monster terlalu kuat!”
“Bukan saya meniupkan semangat musuh! Jumlah monster kuat di darat saja sudah jauh melebihi manusia.” Li Dawei menggeleng sambil mendesah, “Kalau bukan karena ‘Meriam Laser’ sebagai senjata penangkal, bagaimana mungkin manusia bisa hidup aman di kota basis?”
Alis Luo Feng mengerut, mendengarkan dengan diam.
“Manusia dan monster darat membentuk situasi kebuntuan!”
"Kami tidak menggunakan meriam laser untuk menghadapi monster Level Raja. Dan monster Level Raja juga tidak akan ikut serta dalam serangan gelombang monster ke kota basis! Kedua belah pihak memiliki kesepahaman diam-diam." Li Dawei berdecak kagum, "Sebenarnya kesepakatan ini... adalah hasil negosiasi Ketua Dojo 'Hong' dengan para monster Level Raja tahun lalu."
Luo Feng tertegun.
Manusia bernegosiasi dengan monster? Hong yang bernegosiasi?
"Kelompok monster darat dan udara tidak terlalu gencar menyerang kita. Tahun lalu Tiongkok mengalami 1 kali serangan gelombang monster level 1, 6 kali level 2, dan 21 kali level 3. Semua masih dalam batas kemampuan negara kita." Li Dawei berbicara santai.
Luo Feng diam-diam terkejut...
Data-data rahasia ini tidak diketahuinya, tak menyangka negara setiap tahun mengalami serangan sebanyak itu.
"Bahaya terbesar bagi negara kita tetap monster lautan." Ekspresi Li Dawei serius, "Monster laut yang kuat bersembunyi di kedalaman samudra. Bahkan meriam laser tak bisa mengancam mereka. Jumlah monster laut juga jauh melebihi monster darat dan burung mutan, mana mungkin mereka mau bernegosiasi?"
"Ditambah lagi - petarung manusia yang masuk ke laut kekuatannya mungkin hanya tersisa 20-30%, kita sama sekali tak bisa melakukan serangan ofensif." Li Dawei menggeleng.
Luo Feng mengangguk diam-diam.
"Manusia di dalam air, kekuatan memang berkurang banyak. Bahkan danau di Pulau Kabut hampir membuatku binasa. Apalagi lautan yang luas. Saat ini manusia sama sekali tidak bisa aktif menyerang monster-monster di lautan."
"Kita hanya bisa, bertahan pasif." Ekspresi Li Dawei terlihat sedih, "Monster lautan bisa menyerbu ke pedalaman melalui sungai! Kemampuan monster lautan sangat misterius, selama jumlahnya cukup banyak, mereka bisa membuka saluran sendiri! Jadi kita manusia tidak boleh membiarkan mereka masuk, harus memanfaatkan keunggulan geografis, meriam laser, dan pasukan untuk menghadang!"
"Kerugian sangat besar." Li Dawei menggelengkan kepala.
"Bahkan jika kita membunuh puluhan juta monster lautan sekaligus, tapi... di lautan, mungkin dalam sehari saja jumlah monster yang lahir tidak terhitung. Monster-monster lautan saling memangsa seperti ikan besar makan ikan kecil, setiap hari banyak yang mati. Membunuh atau tidak... bagi seluruh populasi monster lautan, tidak ada pengaruhnya." Li Dawei tampak putus asa.
Luo Feng juga merasa tidak berdaya.
Memang—
Monster-monster juga saling membunuh, yang kuat memakan yang lemah. Monster laut yang dibunuh manusia sama sekali tidak mempengaruhi populasi monster lautan.
"Jadi saya mohon Luo Feng bisa membantu Distrik Militer Tenggara pada saat-saat genting, sesekali menghadapi monster lautan yang kuat. Tenang... Monster Level Raja tidak berani masuk ke sungai pedalaman. Meriam laser kami sedang menunggu mereka." Li Dawei buru-buru menjelaskan.
Seorang Dewa Perang Tak Terkalahkan...
Dalam pertempuran melawan monster, terkadang lebih efektif daripada 100.000 pasukan!
"Baik, saya terima." Luo Feng tidak ragu sedikit pun.
Perang antara manusia dan monster adalah pertarungan kelangsungan ras, sudah saatnya saya bertindak!
"Terima kasih!" Li Dawei berkata penuh rasa syukur.
Seorang Dewa Perang Tak Terkalahkan... sekaligus Pembaca Pikiran!
Dalam pertempuran gelombang monster laut tanpa partisipasi 'Monster Level Raja', lebih berguna daripada 10 meriam laser!
"Luo Feng, sesuai prosedur kami, militer akan menganugerahimu pangkat 'Mayor Jenderal Angkatan Darat'. Meski tidak punya wewenang nyata, ini mewakili status sosial. Kedepannya saat ke kesatuan militer, bisa mengurangi banyak masalah." Li Dawei tersenyum, "Pangkat ini cukup berguna, komandan distrik militer saja hanya berpangkat Mayor Jenderal Angkatan Darat."
"Haha... Lao Li, sejujurnya dulu saat ujian masuk perguruan tinggi saya pernah berniat mendaftar ke Akademi Militer." Luo Feng tertawa.
"Oh, kenapa akhirnya tidak masuk? Kalau tidak, talenta sepertimu pasti ada di distrik militer kami." Li Dawei cepat menimpali.
"Takdir hidup manusia, sulit diprediksi." Luo Feng menggeleng sambil tersenyum.
Ingin masuk akademi militer gagal, eh malah jadi Mayor Jenderal Angkatan Darat!
Perlu diketahui, saat ini dunia sudah tidak memiliki angkatan laut. Angkatan udara? Lihat saja harga sebuah pesawat tempur, skala angkatan udara pasti kecil. Jadi - militer negara sekarang ini dikuasai angkatan darat. Seorang Mayor Jenderal Angkatan Darat memang termasuk pangkat sangat tinggi.
“Luo Feng, kamu mendapatkan pangkat panglima muda Angkatan Darat. Meski tidak punya banyak kewenangan, sesuai konvensi, dengan kekuatanmu sebagai 'Dewa Perang Tak Terkalahkan', kamu berhak mendapatkan pasukan pengawal berjumlah 900 orang.” kata Li Dawei.
“Oh, pasukan pengawal 900 orang? Bagaimana dengan Inspektur Asosiasi Petir?” tanya Luo Feng sambil tersenyum.
“Pasukan pengawalnya 500 orang.” Li Dawei dan Wang Luohan yang diam sepanjang waktu di sampingnya tertawa.
Mereka semua tahu, Dojo Batas dan Asosiasi Petir selalu bersaing. Kedua perguruan silat ini tersebar luas di seluruh dunia. Dua Kepala Dojo ini – satu ranking pertama dunia, satu ranking kedua. Keduanya muncul pesat di Era Nirwana! Dewa Guntur bahkan dijuluki sebagai yang tercepat di dunia dan memiliki kekuatan tubuh terkuat.
Mungkin dalam hal kekuatan masih kalah dari Hong. Tapi jelas dialah yang paling mendekati Hong.
……
Melalui percakapan itu, Luo Feng resmi menjadi panglima muda Angkatan Darat Tiongkok dengan 900 pasukan pengawal. Tugasnya adalah – membantu Distrik Militer Tenggara saat kritis dalam menghadapi serangan monster laut!
……
Hari berganti hari, semakin mendekati tanggal 1 September. Malam tanggal 1 September ini, akan diadakan jamuan besar di Balai Pusat Ekstrim di distrik utama untuk menyambut Inspektur baru.
Malam 31 Agustus.
Di ruang audio-visual, layar di dinding menampilkan video Xu Xin.
“Luo Feng, menurutmu bagaimana gaun ini? Apakah cocok untuk jamuan malam nanti?” Di layar, Xu Xin sedang mengenakan gaun malam kuning muda.
“Lumayan.” Luo Feng mengangguk dengan senyum tipis.
“Kenapa kamu selalu bilang 'lumayan'?” Xu Xin di layar terlihat kesal, “Sekarang jawab aku dengan tiga opsi saja - tidak cantik, biasa saja, sangat cantik.”
Luo Feng mengusap hidungnya sambil tersenyum: “Baiklah, setelan ini... terasa biasa. Tidak secantik yang ungu yang kamu pakai tadi.”
“Oh, aku akan coba setelan berikutnya.” Xu Xin berlari kecil dan menghilang dari layar.
Tiba-tiba jam tangan komunikasi di pergelangan tangan Luo Feng berbunyi — Bip! Bip!
“Hmm?”
“Ada surel?” Luo Feng segera menekan tombol untuk membuka kotak surat, judulnya tertulis — 《Notifikasi Keberangkatan ke Situs Peninggalan Peradaban Kuno》.
