27 Desember 2058 sore hari, di landasan pacu markas besar global Dojo Batas terdapat banyak pesawat tempur baik yang 'berbentuk piring terbang' maupun 'pesawat cerdas', masing-masing berharga sangat mahal. Pesawat Cerdas Kelas Raja milik Luo Feng di sini hanya termasuk level menengah, sama sekali tidak mencolok.
Karena hari ini lebih dari 30 Anggota Dewan telah datang ke sini!
……
Pukul 15.10, di Pengadilan Tertinggi bangunan pesawat raksasa markas besar, terkumpul lebih dari separuh Anggota Dewan terkuat di dunia beserta segelintir Dewa Perang yang memiliki status.
"Luo Feng, perkenalkan, ini Anggota Dewan Bai Gelei Fu." Di bawah perkenalan sahabat Luo Feng 'Inspektur Liu He', Luo Feng berkenalan satu per satu dengan tokoh-tokoh terkenal di dunia. Para Anggota Dewan ini juga memberi muka kepada calon Inspektur keenam Dojo Batas yang akan dilantik.
"Ini Anggota Dewan Zhu Xi." Liu He tersenyum, "Juga orang Tionghoa kita."
"Anggota Dewan Zhu Xi, salam kenal." Luo Feng mengulurkan tangan.
"Anggota Dewan Luo Feng, salam kenal." Pria berhidung bengkok bertubuh ramping 'Zhu Xi' juga menjabat tangan Luo Feng.
Secara sepintas adegan ini tak berbeda dengan perkenalan sebelumnya, namun Luo Feng dalam hati merasa sangat terharu. Tahun itu saat Dewa Perang 'Lu Gang' tewas, Anggota Dewan Zhu Xi datang menghadiri upacara duka. Pemandangan tokoh-tokoh besar dari dunia politik, bisnis, militer, dan kalangan petarung yang menyambut dengan hormat memberikan kesan mendalam bagi Luo Feng yang saat itu masih di Tim Palu Api.
Sekarang gilirannya sendiri yang menjadi Anggota Dewan.
“Luo Feng, lihat, pria berambut putih di sana yang sama sekali tak ada aura kehidupan itu adalah Anggota Dewan Yan Hai.” Liu He menurunkan suaranya, “Meski dia orang Tiongkok, tapi persahabatannya dengan Li Yao sangat erat. Kali ini kau membunuh Li Yao, berarti kau sudah bermusuhan dengannya! Sulit bagimu untuk berhubungan baik dengannya.”
“Kekuatannya sangat hebat, memenuhi syarat untuk menyerang kursi Ketua Dewan ke-5. Tapi tenang saja, dia tidak berani mengganggu Dojo Batas kita.” Liu He berbisik, “Tentu saja, selama tidak ada urusan, jangan cari masalah dengannya.”
Luo Feng melirik ke arah itu, hanya tersenyum.
Anggota Dewan Yan Hai? Bahkan jika itu Ketua Dewan ke-3, ke-4, atau ke-5, setelah aku menyelesaik latihan ‘Sembilan Sembilan Tempa Roh’ dan mencapai level planet pertama, mereka semua bukan lawanku.
……
Dari kejauhan, Yan Hai menatap Luo Feng dengan wajah datar sambil mendengus keras! Pengalaman bertarung bersama Li Yao di Era Nirwana dulu adalah petualangan hidup-mati yang sesungguhnya. Yan Hai menganggap Li Yao seperti anaknya sendiri. Ikatan yang terjalin dari pengalaman seperti itu memang sangat dalam.
Sayangnya, lawannya adalah anggota Dojo Batas. Meski ada dendam kecil di hatinya, Yan Hai harus menahan diri.
“Itukah Luo Feng?”
“Konon serangan tertinggi senjata rahasianya bisa mencapai 800-900 juta kilogram. Benar-benar setara dengan beberapa Anggota Dewan.”
“Bisa menyaingi kami, lalu apa? Dia toh belum melakukan terobosan, dalam hal kecepatan bergerak di darat, kecepatan lari, serta berbagai metode bertarung, dia masih belum bisa menyamai kelincahan dan kecerdikan kami! Jika benar-benar bertarung dengan Anggota Dewan, mungkin dia tidak bisa mengalahkan satu pun.”
“Beberapa Anggota Dewan bisa mengendalikan api, ada yang bisa mengendalikan es, dan lain-lain yang sulit diantisipasi. Dari segi metode serangan, memang lebih cerdik darinya.”
Di sudut-sudut ruang sidang pengadilan, beberapa Anggota Dewan berbisik-bisik sambil membentuk selubung energi di sekitar mereka untuk mencegah percakapan terdengar oleh Luo Feng. Para petarung tingkat planet ini tidak ingin bermusuhan dengan Luo Feng, hanya menyimpan sedikit rasa meremehkan dalam hati.
Rasa meremehkan ini sebenarnya berasal dari kecemburuan.
Cemburu pada potensi Luo Feng! Mampu mencapai kekuatan serangan sehebat ini di level 'puncak Dewa Perang', jika Luo Feng berhasil terobosan ke tingkat planet, pasti akan menjadi yang terunggul di antara mereka!
“Potensi tinggi bagaimana pun, saat ini jika benar-benar melawan kami, masih kurang.” Ini adalah pikiran banyak Anggota Dewan.
……
Meski berinteraksi dengan banyak Anggota Dewan, Luo Feng tetap merasakan jarak yang dijaga mereka. Hanya Inspektur dari Dojo Batas yang bersikap akrab dengannya.
“Ketua Parlemen Pertama dan Kedua sudah datang.”
“Hong dan Dewa Guntur.”
"Di kursi penonton, para anggota dewan yang kuat dan beberapa Dewa Perang semuanya terdiam. Dari pintu samping pengadilan, muncul seorang pria berbaju hitam dan seorang biksu botak berjubah putih yang berjalan menuju kursi terdepan. Pria berbaju hitam Hong seolah menelan semua cahaya di sekitarnya, sedangkan biksu botak itu memancarkan aura yang membuat hati orang gemetar tanpa sadar."
"Hong, Tingkat Enam Planet."
"Dewa Guntur, Tingkat Tujuh Planet!" Luo Feng memandang kedua orang ini.
Hong si pria berbaju hitam, dingin dan tak berperasaan.
Dewa Guntur berjubah putih, ramah dan penuh senyuman, namun tetap menimbulkan rasa takut dan hormat.
Inilah dua petarung terkuat di dunia! Dalam hal kemampuan fisik, Dewa Guntur melebihi Hong. Tapi Hong dengan bidang kekuatannya sendiri, benar-benar mengungguli Dewa Guntur dalam pertarungan!
……
Setelah kedatangan Hong dan Dewa Guntur, persidangan segera dimulai. Luo Feng duduk di kursi penggugat, sementara Li Yao dan Venna berdiri di kursi terdakwa dengan borgol dan belenggu.
Pengadilan terhadap dua Dewa Perang kelas tinggi memang jarang terjadi dalam sejarah.
Pukul 16:20 sore, pengadilan menjatuhkan putusan.
"Li Yao, Vinina Boleinas, terbukti menyuruh orang membunuh keluarga anggota dewan. Dihukum mati! Dieksekusi segera!"
Wajah Li Yao dan Venna di kursi terdakwa berubah pucat. Sebenarnya mereka sudah mempersiapkan diri sebelum persidangan.
"Luo Feng!"
Kedua pasangan itu menatap tajam Luo Feng di kursi penggugat.
Luo Feng hanya memandangi keduanya dengan dingin. Pasangan Elang Botak dan Kalajengking Beracun berani mengincar keluarganya... Dia sudah melakukan kesalahan sekali, tidak boleh mengulanginya lagi. Ancaman seperti ini tidak boleh dibiarkan hidup. Membiarkan mereka hidup berarti mengabaikan keamanan keluarga dan tidak bertanggung jawab.
"Li Yao, serahkan Setelan Dewa Hitam." Dua anggota dewan kuat berdiri menghadang Li Yao.
Li Yao di kursi terdakwa melirik ruang pengadilan. Lebih dari 30 anggota dewan kuat hadir, termasuk Ketua Parlemen Pertama 'Hong' dan Ketua Parlemen Kedua 'Dewa Guntur'. Membunuhnya semudah membalik telapak tangan. Meski tidak rela, Li Yao terpaksa mengeluarkan Setelan Dewa Hitam dari tubuhnya dan menyerahkannya.
"Bawa tahanan ke wilayah liar untuk dieksekusi mati," putus hakim di Pengadilan Tertinggi.
……
Eksekusi mati diawasi dua anggota dewan: Liu He dari Dojo Batas dan Amuhan dari Asosiasi Petir. Atas permintaan khusus, Luo Feng diizinkan ikut mendampingi.
Di dalam sebuah Pesawat Cerdas Tingkat Qiankun.
Li Yao dan Venina dengan borgol dan belenggu kaki diawasi ketat oleh tiga anggota dewan: Luo Feng, Liu He, dan Amuhan.
"Luo Feng." Venna menatap Luo Feng dengan tatapan tajam, bahasa Mandarinnya sedikit tidak standar, sambil menggeretakkan gigi berkata, "Kalau berani, kemarin di kota basis langsung bunuh kami. Tak kusangka kau begitu hina sampai menggunakan pengadilan Istana Dewa Perang untuk menghakimi kami. Dasar bajingan tak tahu malu! Aku lebih baik mati daripada—"
"Diam!" Liu He yang duduk di seberang membentak kesal.
"Aku sudah mau mati, masih takut padamu?" Venna menyeringai dingin.
Sebagai orang Eropa, meski mengerti bahasa Mandarin, Venna jelas kesulitan mengumpat dalam bahasa tersebut. Luo Feng hanya memandangnya dingin, mengabaikan semua omong kosongnya... tak lebih dari makhluk menyedihkan yang sebentar lagi mati.
Li Yao si Elang Botak tetap membelalakkan matanya ke Luo Feng, tak bersuara sepatah kata pun.
"Meski kau pernah memburuku di benua Australia, setelahnya aku tak pernah mengganggumu. Membiarkanmu tenang di Kota Basis Paris." Luo Feng memandang Li Yao dengan dingin. "Tapi tak kusangka, begitu kabar kematianku tersiar, langsung kau serang keluargaku. Li Yao, Li Yao... kalau tidak kubunuh kau, aku bukan anak manusia!!!"
Li Yao tetap diam membisu, matanya tak lepas dari Luo Feng.
……
"Ah Wei, aku gagal membalaskan dendammu!"
"Aku tidak berguna!"
"Hancur, hancur, semuanya sudah berakhir."
“Luo Feng, Luo Feng!!! Meski mati pun jika ada arwah, aku takkan melepaskanmu.” Li Yao meski tak mengucap sepatah kata, namun hatinya terus mengaum geram. Namun betapa pun dalam kebencian dan dendamnya, segalanya pupus ketika Li Yao terbunuh!
“Aku tak rela, aku tak rela!”
“Aku tak rela mati seperti ini, tak rela!!!” Hati Li Yao mengaum, giginya yang terkunci mengeluarkan garis-garis darah.
Pesawat Cerdas Tingkat Qiankun perlahan mendarat.
“Turun.”
Li Yao dan Venna berjalan tertatih-tatih dengan langkah kecil karena belenggu di kaki. Di tengah padang gersang itu, keduanya berdiri tak bergerak.
“Liu He.” Anggota Dewan Amuhan di samping berkata, “Kau bunuh Li Yao, aku yang urus Venna.”
“Baik.” Liu He tersenyum mengiyakan.
Amuhan melangkah mendekati Venna. Wajah Venna yang elok memang cantik, namun sorot matanya dipenuhi dendam bahkan semburat air mata. Saat anggota Dewan Amuhan mendekat, pisau melengkung di pinggangnya menyambar kilat! Seperti kilatan cahaya, tubuh Venna yang berusaha menghindar tiba-tiba kaku tak bergerak.
Byur~~
Kepala langsung menggelinding jatuh, tubuh tak berkepala rubuh ke tanah.
“Venna.” Li Yao menatap mayat Venna, tak kuasa menahan kesakitan lalu menutup matanya.
“Semua menjadi kosong setelah mati.”
“Sekeras apapun aku, semuanya sia-sia, sama sekali tidak berguna.”
“Aku tidak rela, benar-benar tidak rela!!! Tapi, kematian membuat segalanya sirna!” Perasaan Li Yao yang sedang menutup mata bergolak hebat, antara kemarahan yang tak tertahankan dan kekecewaan yang mendalam. Sebenarnya kematian itu sendiri tidak terlalu menakutkan, namun menanti ajal inilah yang paling menyiksa batin.
Emosi yang bergolak luar biasa ini membuat tubuh Li Yao gemetar tak terkendali.
“Li Yao, Venna... Pasangan Elang Botak dan Kalajengking Beracun.” Luo Feng melirik mayat Venna, lalu memandang Li Yao, “Mari selesaikan semua dendam ini.”
“Luo Feng, maukah kau yang mengeksekusi?” Liu He menoleh ke Luo Feng.
“Kau saja yang bertindak.” Kata Luo Feng.
Liu He tersenyum lalu melangkah mendekati Li Yao. Seluruh tubuh Li Yao bergetar halus, matanya terpejam dengan semburat air mata di sudut mata.
“Li Yao, matilah.”
Liu He berkata dengan senyuman.
“Sreett~~”
Cahaya sekitar tiba-tiba berdistorsi. Li Yao yang awalnya diam tiba-tiba mundur cepat sejauh ratusan meter. “Aaaaaa~~!” Li Yao mendongak sambil meraung, kedua tinjunya menggemuruh—Krak! Borgol tangan terlepas. Kaki menyentak—Krak! Belenggu kaki hancur berkeping.
“Luo Feng！！！”Li Yao tiba-tiba melesat ke angkasa, “Aku pasti akan membunuhmu, pasti！！！”
“Mau kabur?”
Luo Feng menggeram keras, menginjak Dun Tian Suo, dan segera melesat ke atas.
